Tanya: Bagaimana dengan sasaran dakwahnya sendiri?

Nama : Husein Muhammad Moslem Scholar  Tanggapan mengenai ibu Sinta Nuriyah di yayasan Puan amal hayati dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dengan mengkaji ulang kitab kuning atau dinamakan FK3 yang di pelajari di pondok pesantren yaitu: Kitab Uqud al-Lujjayn merupakan kitab yang berbicara mengenai relasi suami istri yang relatif banyak digunakan sebagai referensi di pesantren- pesantren. Suami boleh memukul istri hanya istri tidak menggunakan parfum. Menurut saya saat ini cara mendidik dengan memukul sudah tidak bisa kita terima lagi ini tidak absah untuk dijadikan dasar hukum. Peryataan bahwa perempuan itu akalnya lebih rendah dari laku-laki itu saya kira itu tafsir dari orang bukan Nabi. Nama : Ibu Sinta Nuriyah Wahid Status : Aktivis pejuang perempuan  Pandangan serta tanggapan dan awal perjuangan Ibu Sinta Nuriyah Wahid dalam memperjuangkan hak-hak perempuan yaitu: Perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama, dan agama Islam itu agama rahmatan’lilallamin yang mengayomi semua orang. Selama saya mulai menulis tesis, saya sering menjumpai masalah-masalah tentang perempuan. Ketidak adilan terhadap perempuan, kekerasan serta subordinasi dan marjinalisasi. Tesis saya itu juga menyangkutkan dengan masalah agama dari situ. Dari situ sayawaktu itu saya menggunakan kitab uqud al-lujjayn sebagai bandingan tentang perlakuan terhadap perempuan itu. di situ banyak sekali hal yang sangat-sangat menindas perempuan. Nahh itu kan tidak adil bagi perempuan ketika harus tau mayoritas masyarakat Indonesia adalah agama Islam untuk menata kehidupan mereka, kitab-kitab yang dibaca itu sebagai pegangan adalah kitab kuning semuanya ada di pesantren dan semuanya itu masih sangat pasrial hal, dan untuk itu kita harus punya senjata untuk bisa menerobos masuk kedalam pesantren senjata itu adalah mereraid mengkaji ulang kitab kelasik yang masih patrial hal. Dalam kitab Uqud al-Lujjayn yang ditulis oleh Syaikh Nawawi, mengatakan bahwa perempuan itu kedudukannya di hadapan suaminya bagaikan budak terhadap tuannya. Saya itu mulai menjadi aktivis tidak pada saat saya menjadi ibu negara, tapi saya menjadi aktivis jauh sebelum itu saya sudah menjadi aktivis. Perjuangan saya tidak akan berhenti, karena tidak adanya bapa..perjuangan