Pengertian Manajemen Logistik Manajemen Logistik Obat di Rumah Sakit

sebesar kurang lebih 1.000 unit, tetapi direncanakan sebesar 10.000 unit. Akibatnya akan mengacaukan suatu siklus manajemen logistik secara keseluruhan mulai dari pemborosan dalam penganggaran, membengkaknya biaya pengadaan dan penyimpanan, tidak tersalurkannya obatbarang tersebut sehingga barang bisa rusak, kadaluarsa yang bagaimanapun baiknya pemeliharaan di gudang, tidak akan membantu sehingga perlu dilakukan penghapusan yang berarti kerugian Seto, 2004. Oleh sebab itu dilakukan pengendalian pada setiap fungsi fungsi tersebut. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197MENKESSKX2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, pengelolaan perbekalan farmasi berfungsi untuk: a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit. b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal. c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku. d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku. f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian. g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit

2. Fungsi – Fungsi Pengendalian Persediaan Obat di Rumah Sakit

a. Fungsi Perencanaan dan Penentuan Kebutuhan

Perencanaan dan penentuan kebutuhan merupakan aktivitas dalam menerapkan sasaran, pedoman, pengukuran, penyelenggaraan bidang logistik. Penentuan kebutuhan menyangkut proses memilih jenis dan menetapkan dengan prediksi jumlah kebutuhan persediaan barangobat perjenis di apotek ataupun di rumah sakit. Penentuan kebutuhan obat di rumah sakit harus berpedoman kepada daftar obat essensial, formularium rumah sakit, standar terapi dan jenis penyakit di rumah sakit, dengan mengutamakan obat-obat generik. Adapun tujuan dari perencanaan kebutuhan obat adalah untuk mendapatkan: a. Jenis dan jumlah yang tepat sesuai kebutuhan b. Menghindari terjadnya kekosongan obat. c. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional. d. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat. Menurut Depkes 2002 perencanaan kebutuhan obat merupakan kegiatan utama sebelum melakukan proses pengadaan obat. Langkah- langkah yang diperlukan dalam kegiatan perencanaan kebutuhan obat antara lain: 1. Tahap Pemilihan Obat Fungsi dari pemilihan atau penyeleksian obat adalah untuk menentukan apakah obat bener-bener diperlukan dan disesuaikan dengan jumlah penduduk serta pola penyakit. Dasar-dasar seleksi kebutuhan obat meliputi: a Obat dipilih berdasarkan seleksi ilmiah, medis dan statistik yang memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan dengan resiko efek samping yang ditimbulkan. b Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin untuk menghindari duplikasi dan kesamaan jenis. Apabila jenis obat dengan indikasi sama dalam jumlah banyak, maka memilih berdasarkan “drug of choise” dari penyakit yang prevalensinya tinggi. c Jika ada obat baru, harus ada bukti yang spesifik untuk terapi yang lebih baik. d Mudah dipilih dengan harga terjangkau. e Obat sedapat mungkin merupakan sediaan tunggal. Pada tahap seleksi obat harus pula dipertimbangkan antara lain sepeti dampak administrasi, biaya yang ditimbulkan, kemudahan dalam mendapatkan obat, kemudahan dalam penyimpanan, kemudahan obat untuk di distribusikan, dosis obat sesuai dengan kebutuhan terapi, obat yang dipilih sesuai dengan standar yang terjamin. Sedangkan untuk menghindari resiko yang dapat terjadi harus pula mempertimbangkan kontra indikasi, peringatan dan perhatian juga juga efek samping obat. 2. Tahap Kompilasi Pemakaian Obat Kompilasi pemakaian obat berfungsi untuk mengetahui pemakaian bulanan tiap-tiap jenis obat selama setahun dan sebagai data pembanding bagi stok optimum. Informasi yang didapatkan dari kompilasi pemakaian obat adalah: a Jumlah pemakaian tia jenis obat pada tiap Unit Pelayanan Kesehatan. b Persentase pemakaian tiap jenis obat terhadap total pemakaian setahun seluruh Unit Pelayanan Kesehatan. c Pemakaian rata-rata untuk setiap jenis obat untuk tingkat kabupatenkota. Manfaat dari informasi-informasi yang di dapat yaitu sebagai sumber data dalam menghitung kebutuhan obat untuk pemakaian tahun mendatang dan sebagai sumber data dalam menghitung stokpersediaan pengaman dalam rangka mendukung penyusunan rencana distribusi. 3. Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat Menentukan kebutuhan obat merupakan tantangan berat bagi seorang apoteker dan tenaga farmasi yang bekerja di Unit Pelayanan Kesehatan maupun di Gudang Farmasi. Masalah kekosongan obat atau kelebihan jenis obat tertentu dapat terjadi apabila perhitungan hanya berdasarkan teoritis. Dengan koordinasi dan proses perencanaan untuk pengadaan obat secara terpadu serta melalui tahapan, maka diharapkan obat yang direncanakan dapat tepat jenis, tepat jumlah, serta tepat waktu. Menurut Depkes RI 2008, pendekatan perencanaan kebutuhan dapat dilakukan melalui beberapa metode, antara lain: a Metode konsumsi Yaitu metode yang paling mudah bila terdapat data yang akurat. Tidak memerlukan data epidemiologi dan standar pengobatan. Dengan metode ini dapat menghitung perkiraan kebutuhan: • Pemakaian nyata pertahun yang merupakan hasil perhitungan dari stok awal ditambah dengan penerimaan dikurangi sisa stok dan dikurangi jumlah hilang atau rusak atau kadaluarsa. • Pemakaian Pertahun Merupakan jumlah obat yang dikeluarkan ditambah dengan perkiraan kebutuhan saat kosong selama setahun. • Perkiraan Kebutuhan Tahun Depan Dengan menghitung perkiraan kenaikan jumlah kunjungan • Kebutuhan Selama Lead Time Pemakaian rata-rata perbulan dikalikan waktu tunggu dalam bukan. • Kebutuhan Buffer Stock Kebutuhan pelayanan kesehatan akan logistik obat dapat dihitung dengan pendekatan ini, berdasarkan persediaan barang yang masih tersedia pada akhir tahun, kebutuhan tahun lalu dan kecendrungan yang akan terjadi di masa yang akan datang.