memang sumber daya manusia yang berperan dalam pengelolaan obat di gudang farmasi masih kurang mencukupi.
Pada hasil ini petugas pelaksana gudang farmasi juga berperan sebagai petugas pengurus barang, sedangkan dalam PP No. 51 tahun
2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian dilakukan oleh orang yang berbeda. Selain itu juga menurut PP No. 51 tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian BAB III pasal 33 2, seharusnya tenaga teknis kefarmasian berlatar belakang pendidikan sarjana farmasi, D3 Farmasi,
Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi. Kurang mencukupinya SDM yang ada di gudang farmasi
terutama untuk pertugas pelaksana harian gudang menyebabkan petugas pelaksana sering merasa kelelahan dan merasa pusing untuk
menyelesaikan pekerjaannya. Beban kerja yang dimiliki menjadi lebih banyak dan itu harus ia kerjakan sendiri, akibanya ada pekerjaan yang
tidak dapat terlaksana. Minimnya jumlah petugas gudang farmasi RSUD Kota Sekayu
menyebabkan terhambatnya kegiatan pelayanan yang dilakukan di gudang farmasi tersebut. Ketika terjadi kekosongan stok pada unit
rumah sakit dan petugas farmasi sedang libur atau sedang keluar sementara tidak ada petugas yang menjaga gudang farmasi, maka
petugas unit akan mengambil obat yang dibutuhkan sendiri ke gudang farmasi. Dan terkadang petugas unit tidak mencatat obat apa saja yang
diambil. Hal ini menyulitkan petugas gudang saat pencatatan sehingga, menyebabkan data obat tidak sesuai dengan jumlahya.
Kesesuaian antara pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh SDM pengelolaan obat di gudang farmasi dinilai sudah sesuai,
meskipun memang masih perlu diberikan pelatihan untuk petugas pelaksana yang ada di gudang farmasi terkait dengan proses
penyimpanan obat yang baik. Dalam pelaksanaannya pun tugas gudang tidak merasa kesulitan untuk melaksanakan tugasnya di gudang farmasi
dan tidak memerlukan waktu yang lama unuk belajar mengenai kegiatan yang ada di gudang farmasi karena pada dasarnya
pendidikannya adalah ahli madya farmasi. Ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Mardiyoko 2008, diketahui bahwa tingkat pendidikan sangat berpengaruhi terhadap kemampuan seseorang dalam melaksanakan
tugasnya yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan kompetensi. Menurut penelitian tersebut dapat diartikan bahwa semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang maka semakin memahami pula rasa tanggung jawabnya dalam menjalankan tugasnya.
Hasibuan 2006 juga menyebutkan bahwa faktor penting yang perlu diperhatikan dalam penempatan jabatan adalah kesesuaian
pengetahuan dan keterampilan petugas, kemudian dari situ akan mencul disiplin kerja. Penelitian Oskar 2005 menunjukkan bahwa kesesuaian
pengetahuan dan keterampilan dalam penempatan jabatan kerja memiliki pengaruh sebesar 63,9 dalam menentukan prestasi kerja
seorang pegawai. Terjadinya permasalahan pada sumber daya manusia yang
terdapat di gudang farmasi rumah sakit, dapat menghambat kegiatan
pengelolaan persediaan obat terutama pada proses penyimpanan obat. Minimnya sumber daya manusia yang tersedia di gudang farmasi dapat
membuat kegiatan dalam proses penyimpanan tidak dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu perlu adanya proses rekrutmen dan seleksi
untuk memenuhi kebutuhan akan SDM, karena SDM yang ada saat ini untuk pendistribusian obat hanya dilakukan satu orang.
C. Anggaran
Anggaran merupakan salah satu input yang menunjang pelaksanaan dalam proses pengelolaan obat di gudang farmasi.
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa tidak adanya anggaran yang khusus disediakan oleh Rumah Sakit yang berkaitan dengan
pengelolaan persediaan obat. Rumah sakit hanya menyediakan anggaran rutin untuk pengadaan obat-obatan saja. Karena sejauh ini
rumah sakit belum merasa perlu untuk menyediakan anggaran terkait dengan pengelolaan persediaan obat.
Dalam pedoman pengelolaan obat yang dibuat oleh Dirjend Bina Farmasi dan Alat Kesehatan 2010 menyebutkan bahwa salah satu
input yang perlu disediakan dalam pengelolaan obat adalah anggaran. Anggaran rutin pengelolaan yang perlu disediakan antara lain anggaran
untuk pemeliharaan gudang dan prasarana lainnya yang terdapat di gudang farmasi seperti perawatan AC, printer dan komputer. Akan
tetapi pengelolaan anggaran untuk pemeliharaan gudang dan sarana dan prasarana lainnya di gudang farmasi sudah dianggarankan dalam
anggran Logistik Barang Umum.
Pemeliharaan gudang farmasi dan seluruh peralatannya dengan baik merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan oleh pihak
manajemen rumah sakit. Berdasarkan hasil penelitian Damanik 2003 menyebutkan bahwa paling tidak manajemen perlu menyisihkan biaya
untuk pemeliharaan sebesar 1 dari biaya peralatan yang ada. Kurang baiknya pemeliharaan terhadap gudang farmasi dan peralatan yang
terdapat didalamnya sering kali berakibat pada pendeknya masa pakai peralatan tersebut, dan berdampak pada meningkatnya tambahan biaya
yang diperlukan untuk pemeliharaan mencapai 20-30. Tidak tersedianya anggaran tentunya dapat mempengaruhi dalam
proses pengelolaan obat. Jika terdapat barang gudang yang rusak, dapat menghambat pekerjaan petugas dan petugas mejadi tidak bisa
menyelesaikan pekerjaannya.
Belum lagi
manajemen harus
memperbaiki barang rusak dan mengeluarkan biaya yang cukup besar. Ini tentu akan menimbulkan kerugian ganda bagi rumah sakit.
D. Sarana dan Prasarana
Kelengkapan fasilitas merupakan suatu faktor yang harus dipenuhi oleh setiap wadah pemberi pelayanan kesehatan, dengan
terlengkapinya fasilitas yang digunakan dalam memberikan suatu pelayanan, maka pelayanan akan dapat diberikan dengan maksimal.
Begitu juga dengan fasilitas yang digunakan dalam pengelolaan persediaan obat di RSUD Kota Sekayu. Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan di gudang farmasi RSUD Kota Sekayu diketahui bahwa fasilitas yang digunakan untuk pengelolaan persediaan obat sudah
mencukupi. Fasilitas-fasilitas tersebut digunakan untuk mendorong terwujudnya pelayanan kefarmasian di gudang farmasi dengan baik.
Menurut Buchri 2001 dalam Ermiati dan Sembiring 2012 mengatakan
bahwa fasilitas
adalah penyedia
perlengkapan- perlengkapan
fisik untuk
memberikan kemudahan
kepada penggunanya, sehingga kebutuhan-kebutuhan dari pengguna fasilitas
tersebut dapat dipenuhi. Namun ada beberapa kendala yang ditemukan diantaranya kurang
memadainya kondisi luas gudang dan tata letak barang-barang sehingga terjadi penumpukkan barang dilantai. Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara diketahui bahwa luas gudang penyimpanan ini dinilai masih kurang mencukupi untuk kegiatan penyimpanan obat di RSUD Kota
Sekayu. Sarana penyimpanan obat yang tersedia di RSUD Kota Sekayu berupa gudang penyimpanan yang memiliki 3,2 m
2
x 3 m
2
, sedangkan Departemen
Kesehatan dalam
pedoman pengelolaan
gudang menyebutkan bahwa luas gudang penyimpanan obat minimal adalah 3
x 4 m
2
. Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian Prihatiningsih 2012
yang menyebutkan bahwa adanya hubungan antara luas gudang dengan kegiatan penyimpanan. Luas gudang yang kurang memadai tentunya
sangat menghambat petugas dalam melakukan tugas penyimpanan obat di gudang farmasi. Dari hasil penelitian tersebut juga diketahui bahwa
gudang penyimpanan tidak hanya digunakan untuk menyimpan obat, namun juga digunakan untuk menyimpan alat kesehatan, selain itu
dengan kondisi gudang yang kurang memadai tersebut, banyak barang-
barang yang menumpuk. Oleh karena itu petugas gudang menjadi tidak leluasa bergerak pada saat melakukan pekerjaannya.
Luas gudang yang kurang memadai tentunya sangat menghambat petugas dalam melakukan tugas penyimpanan obat di gudang tersebut.
Petugas gudang menjadi tidak leluasa bergerak pada saat akan menyusun barang atau obat-obatan yang baru diterimanya. Minimnya
luas gudang farmasi juga menyebabkan petugas terpaksa harus menumpuk kardus obat-obatan yang disimpan didalamnya. Ini tentu
menyulitkan petugas dalam melakukan pengambilan obat. Lengkap atau tidaknya suatu fasilitas atau sarana dan prasarana
yang dimiliki oleh rumah sakit akan mempengaruhi terhadap kegiatan pengelolaan persediaan obat, sehingga dengan kelengkapan sarana dan
prasarana yang ada di gudang farmasi, maka dapat dinilai apakah pengelolaan persediaan obat berjalan dengan lancar atau tidak.
Kegiatan akan terlaksana dengan baik jika segala fasilitas atau sarana dan prasarana dilihat sudah cukup baik dan lengkap.
E. Prosedur
Menurut Oktaviani 2011 Standar operasional prosedur SOP adalah pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan
menggerakan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Berikut ini adalah beberapa karakteristik prosedur, diantaranya adalah:
1. Prosedur menunjang tercapainya suatu organisasi.
2. Prosedur mampu menciptakan adanya pengawasan yang baik dan
menggunakan biaya yang seminimal mungkin.