“Wahai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu sekalian dari seorang pria dan seorang wanita dan kami
menjadikan kamu berbagai bangsa dan suku, agar kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantaramu di sisi Allah ialah orang yang saling
bertaqwa”. Q.S. al-Hujarat, 49:13. “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.
Oleh karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu mendapat rah
mat”. Q.S. al-Hujarat, 49:10
“Wahai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mencela kaum yang lain karena boleh jadi mereka
yang dicela lebih baik dari mereka yang mencela dan jangan pula wanita-wanita mencela wanita-wanita lain
karena boleh jadi wanita yang dicela itu lebih baik dari wanita yang mencela dan jangalah kamu mencela dirimu
sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah panggilan yang
buruk sesudah iman. Dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-
orang yang dzalim.” Q.S. al- Hujarat, 49:11.
Beberapa ayat tersebut di atas, jelas sekali membimbing umat manusia agar menjalin persaudaraan terhadap sesamanya. Saling berpesan mengenai
kebenaran, ketabahan dan kesabaran. Dalam beberapa wasiat Nabi s.a.w. banyak sekali dipesankan agar umat
manusia menjalin persaudaraan dengan sesamanya. “Engkau jumpai orang-orang yang beriman dalam hal
saling mengasihi, saling mencintai dan beriba hati antara mereka bag
aikan tubuh yang satu...” H.R. Muttafaq „alaih. “Siapa yang tidak bersikap kasih terhadap sesamanya,
maka Allah tidak akan mengasihinya.” H.R. Muttafaq „alaih.
Pesan Arafah yang mulia itu akan tetap abadi, yang dapat kita petik dari pesan itu kali ini, bagaimana kita dapat membangkitkan kembali semangat
persaudaraan dan ukhuwah di tengah-tengah masyarakat. Apalagi dalam
suasana krisis ekonomi, sosial, politik dan kepercayaan seperti sekarang ini, sehingga pesan itu benar-benar terwujud dalam kehidupan sehari-hari. Peran
para pemimpin, ulama atau ilmuwan dan tokoh masyarakat sangat penting dalam memasyarakatkan pesan kemanusiaan yang luhur itu.
Islam meletakkan dasar-dasar persamaan derajat dan hak asasi bagi setiap diri manusia. Dengan konsepsi itu tertolaklah segala pandangan yang
berlawanan dengan peradaban manusia yang luhur. Sebagai wujud dari kemanusiaan yang luas, Islam mengajarkan agar tetap memelihara kelestarian
kehidupan alam semesta. Agama Islam sesuai dengan namanya yang berarti selamat, damai, patuh dan taat, sangat menaruh perhatian terhadap kelestarian
alam semesta. Kehidupan umat manusia dibentuk dalam persaudaraan dan perdamaian, demikian juga dengan kelestarian makhluk lain, seperti benda
mati, flora dan fauna.
II. Kerangka Konsep
A. Fotografi
Fotografi berasal dari bahasa latin yaitu, Photos yang artinya adalah cahaya atau sinar dan Graphos artinya adalah menulis, mencatat, melukis. Jadi
fotografi adalah kegiatan mencatat, melukis dan menulis dengan cahaya.
4
Dalam seni rupa, fotografi adalah proses menulis atau melukis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses
atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang
4
Agus Rusmana, Tanya Jawab Dasar-Dasar Fotografi, Bandung, Penerbit Armico, 1981, h. 1
peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Jadi dapat disimpulkan tidak ada cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.
Fotografi merupakan gabungan dari proses fisika dan kimia. Proses fisika terjadi ketika cahaya memantul dari objek melewati lensa dan terekam pada
film yang peka cahaya. Proses kimia terjadi ketika gambar yang terekam di film tersebut dimunculkan dengan larutan-larutan kimia tersebut.
5
Seiring perkembangan teknologi proses kimia ini diganti dengan proses elektronik, dimana film sebagai media perekam digantikan dengan sensor
ekektronik yang mengubah pantulan cahaya yang melewati lensa menjadi data digital yang dapat diproses melalui komputer.
Suatu foto yang baik adalah yang mampu mewakili seribu kata dari sang fotografer, dan foto juga menjadi alat yang esensial dalam suatu media cetak.
Kualitas sebuah foto juga tergantung dari kualitas si pengambil gambar; subjek foto tergantung dari penggunaan kamera yang penuh daya angan-angan atau
imajinatif. B.
Jurnalistik
Dalam ilmu k omunikasi istilah “jurnalistik” mempunyai arti cara
penyampaian isi pernyataan dengan menggunakan media massa periodik. Yang termasuk media massa periodik adalah pers surat kabar, majalah,
bulletin kantor berita, radio, televisi dan film.
6
5
Aida Islamie, “Analisis Semiotik Foto Daily Life Stories pada world Press Photo 2009”. Skripsi S1, Jakarta: FIDIKOM-UIN, Ilmu Komunikasi, 2010, h. 13.
6
Hoeta Soehoet, Dasar-Dasar Jurnalistik Jakarta: Yayasan Kampus Tercinta IISIP, 2003, h. 6
Istilah jurnalistik berasal dari bahasa Belanda Journalistiek, seperti halnya dengan istilah Inggris Journalism yang bersumber pada kata journal, ini
merupakan terejemahan dari bahasa latin diurnal yang berarti “harian” atau
“setiap hari”.
7
Adinegoro Sumandria: 2006, 2 menjelaskan, jurnalistik adalah semacam kepandaian mengarang yang pokoknya memberi perkabaran kepada
masyarakat dengan selekas-lekasnya agar tersiar seluas-luasnya. Astrid S. Susanto menyebutkan jurnalistik adalah kegiatan pencatatan dan atau
pelaporan serta penyebaran tentang kejadian sehari-hari.
8
Djen Amar Sumandria: 2006, 2 menekankan, jurnalistik adalah kegiatan mengumpulkan, mengolah, dan menyebarkan berita kepada khalayak seluas-
luasnya dengan secepat-cepatnya. Erik Hodgins, redaktur majalah Time menyatakan, jurnalistik adalah pengiriman informasi dari sini ke sana dengan
benar, seksama, dan cepat, dalam rangka membela kebenaran dan keadilan berpikir yang selalu dapat dibuktikan Sumandria: 2006, 2.
9
Dilihat dari segi bentuk dan pengolahannya, jurnalistik dibagi kedalam empat bagian, yaitu jurnalistik media cetak, jurnalistik media elektronik audio,
jurnalistik media elektronik audio visual, dan jurnalistik media online. Pertama Jurnalistik media cetak yaitu media yang menekankan pada
kemampuan seorang wartawan dalam menyusun kata dalam rangkaian kalimat dan paragraf yang efektif dan komunikatif contoh seperti, koran, tabloid,
7
Onong Uchana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, cet-19, h. 151
8
Aris Sumandria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Professional Bandung: Simbioas Rekatama Media, 2006, h. 2
9
Ibid, h. 97