Sedangkan foto yang menjadi objek penelitian penulis adalah jenis foto jurnalistik tunggal yang bertemakan friendship.
F. Sistematika Penulisan
BAB I
membahas mengenai pendahuluan. Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metedologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II membahas mengenai landasan teori. Dalam bab ini berisi tentang teori-
teori yang digunakan yang sesuai dengan permasalahan. Isi penelitian dari hasil pustaka, seputar fotografi, sejarah dan perkembangannya, tentang fotografi
jurnalistik, pengertian semiotika, juga bagaimana memahami makna atau simbol yang terdapat pada foto menggunakan analisis semiotik berdasarkan
teori Roland Barthes, pengertian majalah dan pengertian rubrik.
BAB III membahas mengenai gambaran umum majalah Moslem Girls
Indonesia. Dalam bab ini berisi sejarah singkat majalah Moslem Girls Indonesia, visi dan misi majalah Moslem Girls Indonesia dan struktur redaksi
majalah Moslem Girls Indonesia.
BAB IV membahas tentang temuan data dan pembahasan. Dalam bab ini berisi
tentang tanda-tanda, makna, pesan yang terdapat pada tiga lembar foto yang termasuk dalam foto karya jurnalistik pada foto yang bertema friendship dalam
rubrik Fotografi Majalah Moslem Girls Indonesia Edisi 004Tahun 2012 dengan menggunakan teori Roland Barthes yaitu denotatif, konotatif dan mitos.
BAB V penutup, membahas mengenai kesimpulan dan saran dari penelitian ini.
10
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP
I. Landasan Teori
A. Semiotika Roland Barthes
Semiotika adalah ilmu tentang tanda. Salah satu tokoh penting semiotika adalah Roland Barthes. Ia banyak menulis buku seputar semiotika, antara lain
Mythologies 1973, Element of Semiology 1977, The Fashion System 1983, dan Camera Lucida 1994.
1
Teori semiotika seperti yang diungkapkan oleh Shidarta kerap digunakan untuk menelaah tanda-tanda dalam bentuk iklan. Dengan teori ini, sebuah iklan
tidak hanya bisa ditelaah secara apa yang tersurat, melainkan juga bisa sampai pada mitos di baliknya. Jika kita melihat iklan rokok di televisi, hampir tidak
kita jumpai wujud fisik rokok diperlihatkan di sana. Bahkan anjuran untuk merokok pun tidak tersajikan. Sebaliknya, pada akhir iklan justru ada pesan
bahwa rokok itu membahayakan kesehatan. Namun, kita tidak dapat menghindari bahwa iklan ini membawa pesan tertentu, bahkan sampai pada
sebuah mitos yang ingin terus dipelihara bahwa merokok itu jantan macho, supel, trendy, cekatan, disukai lawan jenis, dan berbagai karakter positif
lainnya.
2
1
Shidarta, The Reasoned Actioned Theory, http:darta- anekateori.blogspot.com . akses tanggal 1 Juni 2013
2
Ibid