ekspansif dengan tokohnya yang paling terkenal Julia Kristeva. Dalam semiotika jenis ini, pengertian tanda kehilangan tempat sentralnya karena
digantikan oleh pengertian produksi arti. Tujuan semiotika ekspansif adalah mengejar ilmu total dan bermimpi menggantikan filsafat.
19
Berdasarkan semiotika
yang dikembangkan
Saussure, Barthes
mengembangkan dua sistem penandaan bertingkat, yang disebutnya sistem denotasi dan konotasi. Sistem denotasi adalah sistem pertandaan tingkat
pertama, yang terdiri dari rantai penanda dan petanda, yakni hubungan materialitas penanda atau konsep abstrak di baliknya. Pada sistem konotasi
— atau sistem penandaan tingkat kedua
—rantai penandapetanda pada sistem denotasi menjadi penanda, dan seterusnya berkaitan dengan petanda yang lain
pada rantai pertandaan lebih tinggi. Secara terperinci, Barthes dalam bukunya Mythology menjelaskan bahwa
sistem signifikasi tanda terdiri atas relasi R = relation antara tanda E = expression dan maknanya C = content. Sistem signifikasi tanda tersebut
dibagi menjadi sistem pertama primer yang disebut sistem denotatif dan sistem kedua sekunder yang dibagi lagi menjadi dua yaitu sistem konotatif
dan sistem metabahasa. Di dalam sistem denotatif terdapat antara tanda dan maknanya, sedangkan dalam sistem konotatif terdapat perluasan atas
signifikasi tanda E pada sistem denotatif. Sementara itu di dalam sistem metabahasa terhadap perluasan atas signifikasi makna C pada sistem
19
Ibid h. 82-83
denotatif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sistem konotatif dan sistem metabahasa merupakan perluasan dari sistem denotatif.
20
E. Majalah
Media cetak adalah berita-berita yang disiarkan melalui benda cetak
21
, ada beragam jenis media cetak, diantaranya yaitu surat kabar, tabloid, dan majalah.
Majalah menurut Kurniawan Djunaedie ialah media cetak yang terbit secara berkala, tetapi bukan terbit setiap hari. Media cetak itu haruslah bersampul,
setidak-tidaknya punya wajah, dan dirancang secara khusus. Majalah adalah barang cetakan yang bentuknya setengah surat kabar harian dan umumnya full
color. Mempunyai ukuran yang biasa dipakai 29cm x 42cm, sedangkan jumlah halamannya bisa dimulai dari 12, 18, 24, 32, 40, 64, yang penting kelipatan
empat.
22
Sedangkan oleh beberapa ahli, majalah didefinisikan sebagai kumpulan berita, artikel, cerita, iklan, dan sebagainya yang dicetak dalam lembaran
kertas ukuran kuarto atau folio dan dijilid dalam bentuk buku, serta diterbitkan secara berkala, seperti seminggu sekali, dua minggu sekali atau sebulan
sekali.
23
Setelah memaparkan definisi tentang majalah di atas maka penulis berpendapat bahwa majalah merupakan salah satu penerbit persediaan yang
diterbitkan secara berkala, yang isinya memuat berbagai macam tulisan seperti
20
Roland Barthes, Mitologi, Jogjakarta: Kreasi wacana, 2009 hlm. 158-162
21
Zaenuddin HM, The Journalist, Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2007, h. 12
22
Adiguna, Mengenal Ukuran Tabloid, Majalah dan Surat Kabar, artikel diakses pada 2 April 2013 dari http:adiguna.com200806mengenal-
ukurantabloidmajalah-dansuratkabar
23
Ahmad Husein “PASANG SURUT MAJALAH”, artikel diakses pada 2 April
2013 dari http:duamata.blogspot.com200602pasang-surut-majalah.html
berita, artikel, cerita, iklan, dan sebagainya, penyajiannya sering kali disertai oleh gambar atau ilustrasi. Majalah di jilid dengan jumlah halaman tertentu
seperti berbentuk buku yang dilapisi oleh sampul cover yang didesain khusus. Umumnya pengemasan cover majalah dibuat semenarik mungkin dan
sejumlah tulisan dikanan kirinya dan sering kali dihiasi dengan foto atau ilustrasi.
Majalah bernafaskan Islam, khususnya yang ada di Indonesia telah berkembang sebelum kemerdekaan. Majalah-majalah tersebut muncul dengan
tujuan mencoba menyebarkan gagasan modernisasi di kalangan umat Islam, menyebarkan semangat pembaharuan Islam, juga menyuarakan perjuangannya
melawan kekuasaan colonial dan pengaruh asing.
24
Selain itu majalah Islam juga menjadi media penyebaran ilmu pengetahuan dan kebudayaan untuk
dakwah dan pembangunan umat.
25
Kebutuhan kaum muslim akan informasi dan semangat pembaharu Islam membuat majalah-majalah Islam terus bermunculan sampai pada era Orde
Baru. Pembangunan orde baru yang telah mendorong proses intelektualisasi yang massif dan melahirkan kelas menengah terpelajar di Indonesia, dimana
mayoritas adalah berasal dari kalangan santrimuslim, ikut mempengaruhi muncul dan berkembangnya media massa seperti majalah dengan kualitas
yang lebih baik.
26
24
Kurniawan Djunaedhi, Rahasia Dapur Majalah Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum, 1995, h. 307
25
Ibid, h. 311
26
M. Syafi’I Anwar, Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia, Jakarta: Paramadina, 1995, h. 120
Pada perkembangannya sampai saat ini majalah Islam semakin beragam, kini majalah Islam bermunculan untuk kalangan yang lebih khusus, yaitu
ditujukan untuk kaum perempuan. Majalah seperti Femina dan Kartini adalah contoh dari majalah yang didesain khusus untuk kaum wanita. Dengan