28
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraski sempurna Depkes
RI, 2000. b. Soxhlet
Soxhlet adalah ekstraski menggunakan pelarut yang selalu baru umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi
kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik Depkes RI, 2000.
c. Digesti Digesti adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu
pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan kamar 40-50
o
C Depkes RI, 2000. d. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air bejana infus terceluo dalam penangas air mendidih,
temperatur terukur 96-98
o
C selama waktu tertentu 15-20 menit Depkes RI, 2000.
e. Dekok Dekok adalah
infus pada аaktu yang lebih lama ≥γ0
o
C dan temperatur sampai titik didih air Depkes RI, 2000.
2.6. Penapisan Fitokimia
Tujuan utama dai penapisan fitokimia adalah mengetahui informasi awal golongan senyawa sehingga memudahkan proses pengisolasiannya.
selain itu juga bertujuan untuk mengetahui apakah suatu jenis tumbuhan tersebut potensial untuk dimanfaatkan. Pendekatan ini meliputi analisa
kualitatif kandungan dalam tumbuhan atau bagian tumbuhan akar, batang, daun, bunga, dan biji terutama kandungan metabolit sekunder seperti
29
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, antrakuinon, dan glikosida Harborne, 1987.
a. Alkaloid Alkaloid adalah senyawa yang mengandung satu atau lebih atom
nitrogen, biasanya dalam gabungan, sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid biasaya tidak berwarna, seringkali bersifat optis aktif, dan
umumnya berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan pada suhu kamar, misalnya nikotin Harborne, 1987.
Alkaloid umumnya berada dalam bentuk garamnya dan larut dalam air. Adanya alkaloid dapat diuji dengan pereaksi Mayer, di mana hasil
positif ditandai dengan terbentuknya endapan putih. Endapan tersebut diperkirakan terjadi karena terbentuknya kompleks K+ dari kalium
tetraiodomerkurat II dan nitrogen pada alkaloid.
Uji alkaloid juga dapat dilihat dengan pereaksi Dragendorff. Hasil positif alkaloid dengan pereaksi ini ditandai dengan terbentuknya endapan
coklat muda sampai kuning. Endapan tersebut adalah kalium-alkaloid.
[sumber : Marliana dkk, 2005]
Gambar2.8 : Reaksi Uji Dragendorff
[sumber : Marliana dkk, 2005]
Gambar 2.7 : Reaksi Uji Mayer
30
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Flavonoid Flavonoid merupakan senyawa yang umumnya terdapat pada
tumbuhan berpembuluh, terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid. Dalam menganalisa flavonoid, yang diperiksa adalah aglikon
dalam ekstrak tumbuhan yang sudah dihidrolisis. Pada ekstraksi senyawa ini dilakukan dengan etanol mendidih untuk menghindari oksidasi enzim
Harbone, 1987. Flavonoid dapat diekstraksi dalam keadaan segar, kering atau beku. Kepolaran sangat penting menentukan ekstraksi flavonoid,
flavonoid yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon, flavanon termetilasidan flavonol diekstraksi dengan kloroform, diklorometan, dietil
eter, etil asetat, sementara flavonoid glikosida dan aglikon yang lebih polar dapat diekstraksi dengan alkohol-campuran alkohol Anderson
Markham, 2006. Pendeteksian adanyaa flavonoid dapat dilakukan dengan metode
wilstater sianidin. Uji wilstater sianidin biasa digunakan untuk mendeteksi senyawa yang mempunyai inti alfa-benzophiron. Warna merah yang
terbentuk pada uji wilstater disebabkan karena terbentuknya garam flavilium Marliana dkk., 2005.
[Sumber : Achmad, 1986 dalam Marliana, dkk., 2005]
Gambar 2.9: mekanisme reaksi pembentukan garam flavilium
31
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
c. Saponin Saponin adalah glikosida triterpen yang merupakan senyawa aktif
permukaan dan bersifat seperti sabun yang jika dikocok kuat akan menimbulkan busa. Harbone, 1987. Identifikasi saponin dapat dilakukan
dengan mengocok ekstrak bersama air di dalam tabung reaksi dan akan timbul busa yang dapat bertahan lama tidak hilang selama 30 detik
Marliana dkk., 2005.
[sumber : Marliana dkk, 2005]
Gambar 2.10: Reaksi hidrolisis saponin dalam air
d. Tanin Tanin merupakan senyawa umum yang terdapat pada dalam
tumbuhan berpembuluh, memiliki gugus fenol, memiliki rasa sepat dan mampu menyamak kulit karena kemampuannya menyambung silang
protein membentuk kopolimer mantap yang tidak larut dalam air Harborne, 1987. Tanin pada ekstrak tumbuh-tumbuhan diidentifikasi
dengan uji gelatin dengan prinsip pengendapan protein dari gelatin oleh tanin. Dan hasil positif juga diberikan oleh pereaksi ferri klorida FeCl3,
di mana tanin terhidrolisa memberikan warna biru atau biru-hitam, sedangkan kondensasi tanin memberikan warna biru-hijau. Senyawa
polifenol juga memberikan reaksi warna spesifik dengan FeCl3, tetapi tidak memberikan endapan dengan gelatin Tiwari, et al., 2011 dan
Marliana dkk., 2005.
32
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
e. Antrakuinon Antrakuinon mungkin dijumpai baik dalam bentuk glikosida
dengan ikatan O- atau C-glikosida maupun aglikonnya. Biasanya digunakan sebagai zat warna dan katartiks Purgatives. Identifikasinya
dilakukan dengan cara uji Borntrager’s. Antrakuinon memberikan аarna spesifik dengan basa seperti merah, violet, dan hijau Marliana dkk.,
2005.
f. Glikosida Glikosida merupakan senyawa yang bila dihirolisis akan terurai
menjadi gula glikon dan senyawa lain aglikon atau genin, contohnya adalah amigdalin dan biasnya memiliki aktivitas sebagai antidiare Tiwari
et al., 2011. uji Keller Kiliani juga dapat digunakan untuk identifikasi
kandungan glikosida. Uji keller kiliani positif menunjukkan adanya deoksi gula untuk glikosida. Warna merah yang terbentuk kemungkinan
disebabkan terbentuknya kompleks. Atom oksigen yang mempunyai pasangan elektron bebas pada gugus gula bisa mendonorkan elektronnya
pada Fe
3+
membentuk kompleks. Perkiraan reaksi yang terjadi pada uji Keller Killiani adalah sebagai berikut:
[sumber : Marliana dkk, 2005]
Gambar 2.11: perkiraan uji keller kiliani
33
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian dan Metode
Jenis penelitian yang dikerjakan termasuk ke dalam jenis penelitian eksperimental. Metode penelitian menggunakan ekstrak etanol 70 buah
parijoto yang diekstraksi dengan cara dingin, yaitu maserasi, selanjutnya dilakukan standarisasi pada ekstrak. Ekstrak yang diperoleh diberikan ke
hewan uji yang diberi induksi kolesterol dan lemak untuk melihat efek antihiperlipidemia, yang dievaluasi pada hari ke-43 melalui pengukuran
kolesterol total, trigliserida dan VLDL.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium penelitian I, Penelitian II, Laboratorium Fitokimia, Laboratorium PMC, Laboratorium Biokimia, dan
Laboratorium Animal House, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ciputat, selama empat bulan, selama bulan
November hingga April 2015.
3.2. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spektrofotometer UV-Vis single beam, spektrofotometer UV-Vis double beam, kuvet,
sentrifugator, mikrotube, mikropipet, spuit, sonde lambung, timbangan analitik, timbangan hewan, tanur, rotatory evaporator, alkoholmeter,
desikator, waterbath, Tabung ependorf, tabung EDTA, serta alat-alat gelas.
3.3. Bahan
3.3.1. Bahan Uji
Buah Medinilla speciosa Blume dengan spesifikasi warna merah muda keunguan dan rasa asam sepat.