Perjanjian Arbitrase TINJAUAN UMUM ARBITRASE

Arbitrase Nasional Indonesia BANI, Badan Arbitrase Syariah Nasional BASYARNAS, Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia BAPMI, Badan Arbitrase Perdagangan Berjangka Komoditi BAKTI di Indonesia, Nederlands Arbitrage Institut di Belanda, dan The Japan Commercial Arbitration Association di Jepang. Selanjutnya Contoh dari Arbitrase institusional yang bersifat internasional, yakni Court Arbitration of the international chamber of commerce ICC, The International Centre For Settlement of Investment Disputes ICSID. Badan atau lembaga arbitrase institusional yang bersifat nasional dan internasional tersebut memiliki peraturan dan sistem arbitrase sendiri, jadi para pihak terikat segala pengaturan arbitrase, dari mulai biaya, pemilihan arbiter, prosedur serta tata cara pelaksanaan arbitrase dan lainnya.

F. Perjanjian Arbitrase

Kebolehan para pihak dalam menentukan penyelesaian suatu sengketa yang timbul maupun yang akan timbul melalui arbitrase didasari pada pasal 7 Undang- Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Dalam menentukan penyelesaian sengketa melalui arbitrase, harus didasari kesepakatan para pihak yang dituangkan secara tertulis melalui suatu perjanjian yakni perjanjian arbitrase. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Pasal 1 ayat 3 yang dimaksud Perjanjian Arbitrase adalah : “suatu kesepakatan berupa klausul arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para pihak sebelum timbulnya sengketa, atau suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbulnya sengketa.” Pada dasarnya perjanjian arbitrase adalah sebuah ikatan dan kesepakatan di antara para pihak, bahwa mereka akan menyelesaikan perselisihan yang timbul dari perjanjian melalui mekanisme arbitrase dan mengenyampingkan penyelesaian melalui badan peradilan. 43 Perjanjian arbitrase tidak melekat menjadi suatu kesatuan dengan materi pokok perjanjian. Perjanjian arbitr ase yang lazim disebut “klausul arbitrase”, merupakan tambahan yang diletakkan pada perjanjian pokok. meskipun keberadaannya hanya sebagai tambahan pada perjanjian pokok, dan sama sekali tidak mempengaruhi pelaksanaan pemenuhan perjanjian. Jadi, pada prinsipnya kontrak arbitrase merupakan suatu kontrak tambahan accesoir, tetapi ada beberapa sifat yang menyebabkan sifatnya sebagai accesoir tersebut tidak diikuti secara penuh, yaitu jika perjanjian pokok batal maka kontrak arbitrase tidak menjadi batal Pasal 10 huruf h Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Perjanjian arbitrase terdiri dari dua bentuk, yaitu: 1. Klausul arbitrase atau clause compromissoire Pactum De Compromittendo 43 Yahya Harahap, h.62 Klausul arbitrase merupakan suatu ketentuan yang tercantum di dalam perjanjian atau kontrak yang menyebutkan bahwa setiap perselisihan yang timbul di kemudian hari sehubungan dengan perjanjian atau kontrak tersebut akan diserahkan pada arbitrase untuk diputuskan. 44 Dapat diketahui bahwa klausul arbitrase dipersiapkan untuk mengantisipasi perselisihan yang timbul di masa yang akan datang. Dalam klausul arbitrase para pihak bebas menentukan sesuai kesepakatan dengan menunjuk sebuah badan arbitrase tertentu, lokasi arbitrase berlangsung, hukum dan aturan-aturan yang akan digunakan, kualifikasi para arbiter dan bahasa yang dipakai dalam proses arbitrase. 45 Jadi, pactum de compromittendo atau klausul arbitrase yang tercantum dalam perjanjian pokok pada dasarnya dibuat untuk penyelesaian sengketa yang mungkin timbul dimasa mendatang atau dibuat sebelum adanya suatu sengketa dengan dilengkapi semua hal yang terkait penyelesaian sengketa yang akan ditempuh sesuai kesepakatan para pihak. 2. Akta Kompromis Akta kompromis adalah suatu kesepakatan di antara para pihak yang telah terlibat dalam suatu sengketa, untuk mengajukan sengketa mereka agar 44 Gatot soemartono, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006 h.32 45 Gatot soemartono, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia. h.32 diputuskan oleh arbitrase. 46 Akta kompromis pada dasarnya sebuah perjanjian arbitrase yang dibuat setelah timbulnya perselisihan antara para pihak dalam sebuah perjanjian tertulis yang telah ditandatangani oleh para pihak atau dibuat dalam bentuk akta notaris. Mengenai akta kompromis telah diatur dalam pasal 9 ayat 1 s.d 4 Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, berdasarkan ayat 3 mengenai persyaratan dalam hal pembuatan akta kompromis harus memuat : a. Masalah yang dipersengketakan; b. Nama lengkap dan tempat tinggal para pihak; c. Nama lengkap dan tempat tinggal arbiter atau majelis arbitrase; d. Tempat arbiter atau majelis arbitrase akan mengambil keputusan; e. Nama lengkap sekretaris; f. Jangka waktu penyelesaian sengketa; g. Pernyataan kesediaan dari arbiter; dan h. Pernyataan kesediaan dari pihak yang bersengketa untuk menanggung segala biaya yang diperlukan untuk penyelesaian sengketa melalui arbitrase; Persyaratan dalam hal pembuatan akta kompromis ini, bersifat wajib dan jika tidak dipenuhi akan batal demi hukum berdasarkan pasal 9 ayat 4 Undang- undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

G. Kewenangan Arbitrase