yang bersengketa berdasarkan suatu perjanjian yang dibuat sebelum atau setelah terjadinya sengketa, dan dalam proses penyelesaiannya ditengahi oleh pihak ketiga
yaitu arbiter.
B. Sumber Hukum Arbitrase
Sumber hukum yang mengatur keberadaan arbitrase dalam sistem tata hukum Indonesia, yaitu bertitik tolak pada pasal 377 Herzien Inlandsch Reglement HIR
atau Pasal 705 Rechtsreglement Buitengewesten RBG, yang berbunyi: “Jika orang
Indonesia dan orang timur asing menghendaki perselisihan mereka diputuskan oleh juru pisah, maka mereka wajib menuruti peraturan pengadilan yang berlaku bagi
bangsa eropa.” Pasal ini menegaskan mengenai kebolehan pihak-pihak yang bersengketa
untuk:
23
1. Menyelesaikan sengketa melalui “juru pisah” atau arbitrase;
2. Arbitrase diberi fungsi dan kewenangan untuk menyelesaikannya dalam bentuk
“keputusan”; 3.
Untuk itu, baik para pihak maupun arbitrator atau arbiter, wajib tunduk menuruti peraturan hukum acara yang berlaku bagi bangsa atau golongan eropa
Dengan demikian, berdasarkan pasal 377 HIR705 RBG memberikan ruang kepada para pihak untuk dapat membawa dan menyelesaikan perkara yang timbul di
luar jalur kekuasaan pengadilan, apabila menghendakinya dengan begitu penyelesaian
23
Yahya harahap, Arbitrase ditinjau dari Reglemen Acara Perdata RV, Peraturan dan prosedur BANI, International Center For the Settlement Of Investment Dispute ICSID, UNCITRAL
Arbitration Rules, Convention on the Recognition and Enforcement of Foreing Arbitral Award, Perma No.1 Tahun 1990, Jakarta: Sinar Grafika,2006. h.1
dan keputusannya dapat mereka serahkan sepenuhnya kepada juru pisah yang lazim dikenal dengan nama arbitrase.
24
Pada pasal 377705 RBG yang merupakan landasan dari penyelesaian arbitrase ini tidak memberikan aturan lebih lanjut mengenai arbitrase, hanya dalam
pasal tersebut menyebu tkan “maka mereka wajib menuruti peraturan pengadilan
yang berlaku bagi bangsa eropa”. Maka selanjutnya mengikuti aturan yang mengatur golongan penduduk eropa, yakni kitab undang-undang hukum acara perdata
Reglement op de Bergerlijk rechsvordering atau RV, arbitrase diatur pada buku ketiga tentang aneka acara.
Mengenai arbitrase, undang-undang hukum acara perdata Reglement op de Bergerlijk rechsvordering atau RV mengaturnya dalam lima bagian pokok:
25
1. Bagian pertama 615-623 Rv: persetujuan arbitrase dan pengangkatan arbitrator
atau arbiter. 2.
Bagian kedua 624-630 Rv: pemeriksaan di muka badan arbitrase 3.
Bagian ketiga 631-640 Rv: putusan arbitrase 4.
Bagian keempat 641-647 Rv: upaya-upaya terhadap putusan arbitrase. 5.
Bagian kelima 647-651 Rv: berakhirnya Acara-acara arbitrase Kebolehan penyelesaian sengketa diluar pengadilan juga termaktub dalam
Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman, undang-undang tersebut mengatur mengenai penyelenggara kekuasaan kehakiman di Indonesia yaitu
yang dilaksanakan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan dibawahnya
24
Yahya harahap, Arbitrase ditinjau dari Reglemen Acara Perdata RV, Peraturan dan prosedur BANI, International Center For the Settlement Of Investment Dispute ICSID, UNCITRAL
Arbitration Rules, Convention on the Recognition and Enforcement of Foreing Arbitral Award, Perma No.1 Tahun 1990, h.2
25
Yahya Harahap, h.2.
dilingkup peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer, peradilan tata usaha negara dan oleh Mahkamah Konstitusi. Dan mengenai kebolehan penyelesaian
sengketa melalui arbitrase termaktub dalam pasal 58 yang berbunyi: “Upaya
penyelesaian sengketa perdata dapat dilaksanakan melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa.”.
Mengenai arbitrase, Indonesia telah lama membahas tentang perubahan pedoman arbitrase yang sesuai dan dapat diterima, baik secara nasional dan
internasional serta perlunya pelembagaan alternatif penyelesaian sengketa, maka melalui perangkat perundang-undangan pada tanggal 12 Agustus 1999 pemerintah
mengesahkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.
26
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa pasal 5, objek sengketa arbitrase hanya sengketa
dibidang perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh para pihak yang bersengketa dan
sengketa yang dapat diselesaikan melalui perdamaian. Dalam undang-undang ini pun diatur mengenai alternatif penyelesaian sengketa ke dalam beberapa jenis yaitu
konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi atau penilaian ahli. Selanjutnya, pengaturan mengenai arbitrase asing di Indonesia dapat dilihat
dengan disahkannya UU No.3 Tahun 1968 yang merupakan persetujuan atas
26
Frans Hendra Winarta, Hukum Penyelesaian Sengketa; Arbitrase Nasional Indonesia dan Internasional Jakarta: Sinar Grafika,2011, h.7
Konvensi tentang Penyelesaian Perselisihan Antar negara dan Warga Negara Asing Mengenai Penanaman Modal Convention on the Settlement of Investment Disputes
Between States and national of Other States ICSID. Tujuan menetapkan persetujuan ratifikasi atas konvensi tersebut untuk mendorong dan membina
perkembangan penanaman modal asing atau joint venture di Indonesia. Sebab dengan diakui konvensi tersebut oleh Pemeritah Indonesia sedikit banyak akan memberikan
banyak keyakinan kepada pihak pemodal asing bahwa sengketa yang timbul kelak dapat dibawa ke forum arbitrase.
27
Pengaturan lain mengenai keberlakuan arbitrase asing ialah Keputusan Presiden Keppres No.34 Tahun 1981. Keppres ini mengatur tentang pengesahan
Covention on the Recognition and Enforment of Foreign Arbitral Award yang lazim disebut Konvensi New York 1958. Dengan berlakunya Keppres ini Indonesia telah
mengikatkan diri dengan suatu kewajiban hukum, untuk mengakui dan mematuhi pelaksanaan eksekusi atas setiap putusan arbitrase asing di Indonesia namun tidak
terlepas dengan asas resiprositas, dengan kata lain pelaksanaan putusan arbitrase asing di Indonesia didasarkan atas asas ikatan
“bilateral” atau “multilateral”. Selanjutnya, pada tanggal 1 maret 1990 telah berlaku Peraturan Mahkamah Agung
No.1 Tahun 1999 Selanjutnya disebut Perma No. 1 Tahun 1990. Perma No. 1 Tahun 1999 mengatur tata cara pelaksanaan putusan arbitrase asing, yang bertujuan
27
Yahya harahap, Arbitrase ditinjau dari Reglemen Acara Perdata RV, Peraturan dan prosedur BANI, International Center For the Settlement Of Investment Dispute ICSID, UNCITRAL
Arbitration Rules, Convention on the Recognition and Enforcement of Foreing Arbitral Award, Perma No.1 Tahun 1990, h.5
untuk mengantisipasi hambatan atau permasalahan pengakuan dan pelaksanaan eksekusi putusan arbitrase asing.
C. Asas-asas dalam Arbitrase