SALINAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI RI Diunduh dari laman : www.mahkamahkonstitusi.go.id
sebagai sarana untuk memperjelas norma batang tubuh, tidak boleh mengakibatkan terjadinya ketidakjelasan norma yang dijelaskan;
2. Penjelasan tidak dapat digunakan sebagai dasar hukum untuk membuat peraturan lebih lanjut. Oleh karena itu hindari membuat
rumusan norma di bagian penjelasan; 3. Dalam penjelasan dihindari rumusan yang isinya memuat perubahan
terselubung terhadap ketentuan perundang-undangan yang bersangkutan;
A.5. Bahwa berdasarkan uraian di atas, Penjelasan Pasal 70 UU AAPS bukan dan tidak berfungsi sebagai penjelasan yang memberikan tambahan
pengertian atau keterangan dari Pasal 70 UU AAPS, melainkan berubah menjadi ketentuan normatif baru yang tidak selaras dan sesuai dengan
maksud dan arti dari substansi pokok ketentuan normatif yang diatur di dalam pasal yang dijelaskannya;
B. PENJELASAN PASAL 70 UU AAPS TIDAK OPERASIONAL DAN MENGHALANGI HAK HUKUM PENCARI KEADILAN.
B.1. Bahwa ketentuan tentang permohonan pembatalan putusan arbitrase yang diatur di dalam UUAAPS ditentukan limitasi waktunya sebagaimana
diatur di dalam Pasal 71 yang berbunyi: “Permohonan pembatalan putusan arbitrase harus diajukan secara tertulis dalam waktu paling lama
30 tiga puluh hari terhitung sejak hari penyerahan dan pendaftaran putusan arbitrase kepada Panitera Pengadilan Negeri”;
B.2. Bahwa jika Pasal 71 UU AAPS dikaitkan dengan ketentuan Pasal 70 dan Penjelasannya, maka secara normatif pengajuan permohonan
pembatalan putusan arbitase ke Pengadilan Negeri harus memenuhi kualifikasi: a memenuhi salah satu dari tiga alasan yang ditentukan; b
harus disertai bukti adanya putusan pengadilan terkait dengan salah satu alasan tersebut; dan c harus diajukan dalam waktu paling lambat 30 hari
sejak penyerahan dan pendaftaran putusan arbitrase ke Panitera Pengadilan Negeri. Waktu pendaftaran putusan arbitrase ke Panitera
Pengadilan Negeri adalah paling lambat 30 hari sejak putusan diucapkan vide Pasal 59 UU AAPS;
Sehingga, jika ditotal, maka batas waktu maksimal yang dimiliki pihak yang ingin mengajukan permohonan pembatalan putusan arbitrase ke
Salinan putusan ini tidak untuk dan tidak dapat dipergunakan sebagai rujukan resmi atau alat bukti. Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
SALINAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI RI Diunduh dari laman : www.mahkamahkonstitusi.go.id
Pengadilan Negeri adalah 60 hari, jika pelaksana arbitrase in casu BANI mengambil batas maksimal untuk pendaftaran putusan ke Panitera
Pengadilan Negeri; Pertanyaan yang muncul terkait dengan norma-norma pasal-pasal di atas
adalah apakah dalam jangka waktu 60 hari dengan asumsi waktu maksimal akan dimungkinkan adanya sebuah putusan pengadilan yang
dapat memutus dan berkekuatan hukum tetap dalam dugaan tindak pidana terkait putusan arbitrase yang telah diputuskan? Dalam praktik
proses perkara pidana yang meliputi penyelidikan, penyidikan, hingga pemeriksaan di pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap
mungkin sampai dengan kasasi, apakah dapat diselesaikan dalam jangka waktu 30 hari atau katakanlah paling lama 60 hari untuk
memenuhi persyaratan yang ditentukan pasal-pasal di atas? Pertanyaan inilah yang muncul dalam proses di Pengadilan Negeri sebagai judex
factie dalam kasus yang dialami oleh para Pemohon terkait dengan pelaksanaan atau operasionalisasi ketentuan Pasal 70, Penjelasan Pasal
70, dan Pasal 71 UUAAPS sebagaimana tertuang dalam pertimbangan Putusan Pengadilan Negeri Bandung Nomor 157Pdt.G2013PN.BDG
hal 74-75 sebagai berikut: “Menimbang, bahwa dalam praktik proses perkara pidana mulai dari
penyelidikan, penyidikan, pemeriksaan di persidangan hingga perkara diputus oleh pengadilan dan memperoleh kekuatan hukum tetap tidak
mungkin dilaksanakan hanya dalam waktu 30 tiga puluh hari, apalagi proses perkaranya melalui banding hingga kasasi:
Menimbang, bahwa Majelis berpendapat bahwa bukankah kata-kata yang tercantum dalam Pasal 70 UUAAPS adalah kata “...diduga...” yang berarti
belum pasti keberadaannya, mengapa dalam Penjelasan Pasalnya mengharuskan adanya putusan pengadilan yang nota bene sebagaimana
telah dipertimbangkan di atas harus diartikan sebagai putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap?;
Menimbang, bahwa Penjelasan dari pasal-pasal yang bersangkutan Pasal 70 dan Pasal 71 UUAPS seharusnya berfungsi untuk
memperjelas atau mempertegas, namun karena tidak sejalan yang dapat
Salinan putusan ini tidak untuk dan tidak dapat dipergunakan sebagai rujukan resmi atau alat bukti. Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
SALINAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI RI Diunduh dari laman : www.mahkamahkonstitusi.go.id
menghambat hak dari pihak pencari keadilan, maka manakah yang harus dipertahankan dan mana yang harus dikesampingkan?”
B.3. Bahwa berdasarkan uraian di atas, secara nyata ketentuan Pasal 70 dan Penjelasannya dikaitkan dengan Pasal 71 tidak dapat dilaksanakan,
membuat kebingungan dan ketidakpastian hukum, serta justru menghalangi hak para pencari keadilan untuk menggunakan haknya
yang telah diberikan sendiri oleh UU AAPS terkait dengan pembatalan putusan arbitrase;
C. PENJELASAN PASAL 70 UU AAPS MENCIPTAKAN KERANCUAN DAN PERTENTANGAN HUKUM