Pengaruh Penambahan Serat Polietilen terhadap Kekasaran Permukaan dan Penyerapan Air Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas

(1)

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT POLIETILEN

TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN DAN

PENYERAPAN AIR BAHAN BASIS

GIGITIRUAN RESIN AKRILIK

POLIMERISASI PANAS

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

KHAIRINA ATYQA NIM : 100600083

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Prostodonsia Tahun 2015 Khairina Atyqa

Pengaruh Penambahan Serat Polietilen terhadap Kekasaran Permukaan dan Penyerapan Air Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas

xiii + 66 Halaman

Resin akrilik polimerisasi panas merupakan bahan basis gigitiruan yang sering digunakan karena estetisnya yang baik, tidak toksik, serta pembuatan dan pemolesan yang relatif mudah, tetapi bahan ini memiliki ketahanan fraktur yang rendah. Untuk meningkatkan kekuatan resin akrilik polimerisasi panas, maka ditambahkan bahan penguat serat polietilen. Bahan penguat serat polietilen yang ditambahkan diharapkan tidak mempengaruhi kekasaran permukaan dan penyerapan air. Permukaan yang kasar dapat menyebabkan peningkatan penyerapan air. Penyerapan air yang tinggi dapat menurunkan kekuatan resin akrilik polimerisasi panas. Penelitinan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan serat polietilen 1% terhadap kekasaran permukaan dan penyerapan air bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Rancangan penelitian ini adalah eksperimental laboratoris. Sampel terbuat dari resin akrilik polimerisasi panas berbentuk silindris berukuran (50±1 x 0,5±0,05) mm (ISO 1567 : 1999). Jumlah sampel sebanyak 40 sampel untuk 2 kelompok. Seluruh sampel dilakukan uji kekasaran permukaan dan penyerapan air, kemudian dianalisis dengan


(3)

uji-t independen untuk mengetahui pengaruh penambahan serat polietilen 1% terhadap kekasaran permukaan dan penyerapan air, serta uji korelasi Pearson untuk mengetahui korelasi antara kekasaran permukaan dan penyerapan air dengan penambahan serat polietilen 1%. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada pengaruh penambahan serat polietilen 1%terhadap kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan p = 0,42 (p > 0,05). Ada pengaruh penambahan serat polietilen 1% terhadap penyerapan air bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan p = 0,01 (p < 0,05). Ada korelasi antara kekasaran permukaan dan penyerapan air bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat polietilen 1% dengan r = 0,71 dan P = 0,01 (P < 0,05). Dapat disimpulkan, penambahan serat polietilen 1% tidak mempengaruhi kekasaran permukaan, tetapi mempengaruhi penyerapan air (penurunan nilai penyerapan air) bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas sehingga serat polietilen 1% aman untuk digunakan, ditinjau dari segi kekasaran permukaan dan penyerapan airnya.


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 17 Februari 2015

Pembimbing : Tanda Tangan

Syafrinani, drg., Sp.Pros (K) NIP. 19570831 198503 2 002


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji Pada tanggal 17 Februari 2015

TIM PENGUJI KETUA : Ricca Chairunnisa, drg., Sp.Pros ANGGOTA : 1. Syafrinani, drg., Sp.Pros (K)


(6)

3. Siti Wahyuni, drg

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta, yaitu Ayahanda (Ir. Khairul Anwar Lubis, M.Si) dan Ibunda (Ernawati, S.Pd) yang telah membesarkan, memberikan kasih sayang yang tidak terbalas, doa, semangat, dan dukungan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada adik tercinta (Ikhsan Kamal Lubis) dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan dukungan dan doa kepada penulis selama penulisan skripsi ini.

Dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan, saran dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat disusun dengan baik. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Syafrinani, drg., Sp.Pros (K) selaku Ketua Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam membimbing dan memberikan pengarahan, serta dorongan dan semangat kepada penulis selama penulisan skripsi ini hingga selesai dengan baik.

2. Prof. H. Nazruddin, drg., Ph.D., C.Ort, Sp.Ort selaku dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes, Sp.Pros (K) selaku koordinator skripsi yang telah turut memberikan bimbingan, bantuan, serta arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(7)

4. Ricca Chairunnisa, drg., Sp.Pros selaku ketua tim penguji skripsi serta Ariyani, drg., MDSc dan Siti Wahyuni, drg selaku anggota tim penguji yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Pitu Wulandari, drg., Sp.Perio, S.Psi selaku penasehat akademik yang telah memberikan bimbingan dan motivasi selama masa pendidikan maupun selama penulisan skripsi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh staf pengajar serta pegawai Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas motivasi dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini hingga selesai.

7. Yudi Syahputra selaku laboran serta pimpinan dan seluruh karyawan Unit Uji Laboratorium Dental Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam pembuatan sampel penelitian dan memberikan dukungan kepada penulis.

8. Drs. Moch. Agus Zaenuri selaku Kepala Bagian Laboratorium CNC Politeknik Negeri Medan dan Erly Sitompul, M.Si., Apt. selaku Kepala Bagian Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama pelaksanaan penelitian skripsi ini.

9. Arnita, M.Si selaku staf pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara atas bantuannya kepada penulis dalam analisis statistik.

10. Sahabat-sahabat terbaik penulis di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara: Rezeki, Kurnia Danianti, Ellin Faradina, Khairunnisa’, Awanda Nauli, Cut Manda Meutia, Joseph Dede G, M. Ikhwan Zulmi, Cynthia Anggraini Putri, Jannah Keman, Ayu Maulida D, Rosmi Alvida, Mariatul Kiptia, Azrai Sirait, dan Yohanes Dwi Nugroho atas semangat, dukungan, bantuan, dan doa yang diberikan, serta seluruh teman-teman angkatan 2010 lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas dukungannya kepada penulis selama penulis menjalani pendidikan sarjana kedokteran gigi maupun selama penulisan skripsi ini.


(8)

11. Sahabat-sahabat terbaik penulis lainnya: Rindhy Utami Muris, Luthfia Ikhwana, Meutia Keumala Putri, Fitri Khairani G, Rara Jaka Desy, Refika Meilitha, Swastika Nusantari, Rizky Annisa, Tomy Kesuma P, Ricky, dan Olan atas perhatian, semangat, dukungan, dan doa yang telah diberikan kepada penulis selama penulisan skripsi ini.

12. Teman-teman seperjuangan yang melaksanakan penulisan skripsi di Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara: Haifa Izzatur, Vicky Amalia, Wennie Fransisca, Fany Yunita, Ferianny Primma, Winnie Neormansyah, Sunny Chalies, Dendy Dwi Rizky G, Vincent Gomulia, Jack Loo, Dresiani Mareti, Gustriani Putri, Indah, Nurul Rahmy, Tiffany, Margo Febrianco, dan para senior PPDGS Departemen Prostodonsia atas dukungan dan bantuannya selama penulisan skripsi.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan dan memberikan kemudahan kepada kita. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan selama penulis melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi ini. Dengan kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Medan, 17 Februari 2015 Penulis

( Khairina Atyqa) 100600083


(9)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 4

1.3 Rumusan Masalah ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 5

1.5.2 Manfaat Praktis ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan ... 7

2.1.1 Pengertian ... 7

2.1.2 Persyaratan ... 7

2.1.3 Bahan ... 8

2.1.3.1 Logam ... 8

2.1.3.2 Non-Logam ... 9


(10)

2.2.1 Pengertian ... 10

2.2.2 Jenis ... 10

2.3 Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 11

2.3.1 Komposisi ... 11

2.3.2 Manipulasi ... 12

2.3.3 Kelebihan dan Kelemahan ... 13

2.3.4 Sifat... 14

2.3.4.1 Mekanis ... 14

2.3.4.2 Fisis ... 14

2.3.4.3 Biologis ... 15

2.3.4.4 Kemis ... 16

2.3.5 Kekasaran Permukaan ... 16

2.3.6 Penyerapan Air ... 17

2.4 Bahan Penguat ... 18

2.4.1 Logam ... 19

2.4.2 Kimia ... 19

2.4.3 Serat ... 19

2.4.3.1 Serat Alami ... 19

2.4.3.2 Serat Buatan ... 20

2.5 Serat Polietilen ... 21

2.5.1 Pengertian ... 21

2.5.2 Komposisi ... 22

2.5.3 Manipulasi ... 23

2.5.4 Bentuk... 23

2.5.4.1 Anyaman ... 23

2.5.4.2 Potongan Kecil ... 24

2.6 Landasan Teori... 25

2.7 Kerangka Konsep ... 26

2.8 Hipotesis Penelitian ... 27

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 28

3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian ... 28

3.2.1 Sampel Penelitian ... 28

3.2.2 Besar Sampel Penelitian ... 28

3.3 Variabel Penelitian ... 29

3.3.1 Klasifikasi Variabel ... 29

3.3.1.1 Variabel Bebas ... 29

3.3.1.2 Variabel Terikat ... 29

3.3.1.3 Variabel Terkendali ... 29

3.3.2 Defenisi Operasional ... 30

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

3.4.1 Tempat Pembuatan Sampel ... 33

3.4.2 Tempat Pengujian Sampel ... 33

3.4.3 Waktu Penelitian ... 33 vii


(11)

3.5 Alat dan Bahan Penelitian ... 34

3.5.1 Alat Penelitian ... 34

3.5.2 Bahan Penelitian ... 37

3.6 Cara Penelitian ... 38

3.6.1 Pembuatan Model Induk... 38

3.6.2 Pembuatan Sampel ... 38

3.6.3 Pengukuran Kekasaran Permukaan ... 42

3.6.4 Pengukuran Penyerapan Air ... 43

3.7 Kerangka Operasional ... 45

3.8 Analisis Data ... 46

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Kekasaran Permukaan Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Tanpa dan Dengan Penambahan Serat Polietilen 1% ... 47

4.2 Penyerapan Air Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Tanpa dan Dengan Penambahan Serat Polietilen 1% ... 48

4.3 Pengaruh Penambahan Serat Polietilen 1% terhadap Kekasaran Permukaan Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 49

4.4 Pengaruh Penambahan Serat Polietilen 1% terhadap Penyerapan Air Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 50

4.5 Korelasi antara Kekasaran Permukaan dan Penyerapan Air Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Dengan Penambahan Serat Polietilen 1% ... 51

BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Metodologi Penelitian ... 53

5.2 Hasil Penelitian ... 53

5.2.1 Kekasaran Permukaan Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Tanpa dan Dengan Penamabahan Serat Polietilen 1% ... 53

5.2.2 Penyerapan Air Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Tanpa dan Dengan Penambahan Serat Polietilen 1% ... 54

5.2.3 Pengaruh Penambahan Serat Polietilen 1% terhadap Kekasaran Permukaan Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas ... 56

5.2.4 Pengaruh Penambahan Serat Polietilen 1% terhadap Penyerapan Air Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas... 57


(12)

5.2.5 Korelasi antara Kekasaran Permukaan dan Penyerapan Air Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi

Panas Dengan Penambahan Serat Polietilen 1%... 58 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 60 6.2 Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA ... 62 LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1 Definisi operasional variabel bebas ... 30 2 Definisi operasional variabel terikat ... 31 3 Definisi operasional variabel terkendali ... 31 4 Kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik

Polimerisasi panas tanpa dan dengan penambahan serat polietilen

1% ... 47 5 Penyerapan air bahan basis gigitiruan resin akrilik

polimerisasi panas tanpa dan dengan penambahan serat polietilen 1% ... 49 6 Hasil uji-t independen pada kekasaran permukaan bahan basis

gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa dan dengan

penambahan serat polietilen 1% ... 50 7 Hasil uji-t independen pada penyerapan air bahan basis gigitiruan

resin akrilik polimerisasi panas tanpa dan dengan penambahan serat

polietilen 1% ... 51 8 Hasil uji korelasi Pearson antara kekasaran permukaan dan

penyerapan air bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi

panas tanpa dan dengan penambahan serat polietilen 1% ... 52


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Struktur kimia polietilen ... 22

2 Serat polietilen berbentuk anyaman ... 23

3 Serat polietilen berbentuk potongan kecil ... 24

4 Bentuk dan ukuran sampel untuk uji kekasaran permukaan dan penyerapan air ... 28

5 Pres hidrolik (OL57 Manfredi, Italy) ... 34

6 Timbangan digital (AUY Analytical balance, China)... 35

7 Unit kuring(Fili manfredi, Italy) ... 35

8 Desiccator vacuum (Duran, Germany) ... 36

9 Profile meter (Mitutoyo-Surf Test 301, Japan) ... 36

10 Inkubartor (INB 400 Memmert, Germany)... 37

11 Resin akrilik polimerisasi panas (QC 20, England) ... 37

12 Model induk yang telah ditanam dalam kuvet ... 39

13 Sampel yang telah dihaluskan ... 41

14 Sampel yang sedang diukur kekasaran permukaannya dengan menggunakan profile meter ... 42

15 Sampel yang telah direndam 7 hari ... 44


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. ... Data Penelitian

2. ... Analisis Statistik

3. ... Surat Izin Penelitian Laboratorium Dental FKG USU

4. ... Surat Izin Penelitian Laboratorium Computer Numerically Controlled (CNC) Teknik Mesin Politeknik Medan

5. ... Surat Izin Penelitian Laboratorium Mikrobiologi Farmasi USU

6. ... Surat Keterangan Selesai Penelitian Laboratorium Computer Numerically Controlled (CNC) Teknik Mesin Politeknik Medan

7. ... Surat Keterangan Selesai Penelitian Laboratorium Mikrobiologi Farmasi USU


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gigitiruan merupakan suatu alat yang dibuat untuk menggantikan gigi yang hilang dan jaringan lunak di sekitarnya.1 Salah satu bagian dari gigitiruan adalah basis.2 Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada permukaan jaringan lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan, mendistribusikan kekuatan pengunyahan sehingga dapat mengurangi resorpsi tulang alveolar, serta sebagai pengganti jaringan tulang alveolar yang telah teresorpsi.3,4

Syarat bahan basis gigitiruan yang baik harus memenuhi sifat-sifat, antara lain tidak toksik dan tidak mengiritasi jaringan rongga mulut, tidak berbau dan tidak berasa, mempunyai kekuatan impak dan transversal yang tinggi, tahan terhadap abrasi, konduktivitas termal yang tinggi, dimensi yang stabil dan akurat, estetis dan stabilitas warna yang baik, permukaan yang halus, tidak larut dalam saliva, ringan, perlekatan yang baik dengan anasir gigitiruan dan bahan lining, radiopak, mudah dibuat, mudah direparasi apabila fraktur, harga murah, dan mudah dibersihkan, namun sampai saat ini belum ada satupun bahan basis gigitiruan yang memenuhi semua persyaratan di atas.5-10

Gigitiruan mulai dibuatkan untuk menggantikan gigi yang hilang sejak tahun 700 SM. Berbagai bahan telah dipergunakan untuk pembuatan basis gigitiruan, antara lain kayu, tulang, gading, porselen, vulkanit, dan lain-lain. Pada tahun 1937, Dr. Walter Wright memperkenalkan bahan basis gigitiruan dari bahan polimetil metakrilat, dan sejak itu kebanyakan basis gigitiruan dibuat dari bahan resin akrilik (polimetil metakrilat).11,12 Resin akrilik terdiri atas akrilik polimerisasi sinar, resin akrilik swapolimerisasi, dan resin akrilik polimerisasi panas. Resin akrilik yang paling umum digunakan untuk pembuatan basis gigitiruan adalah resin akrilik polimerisasi panas.4,7,8 Resin akrilik mempunyai sifat yang cukup baik yaitu tidak toksik, tidak mengiritasi, mudah direparasi apabila terjadi fraktur, estetis, namun


(17)

masih terdapat kekurangan, salah satunya adalah sifat mekanis yang cukup rendah, hal ini mengakibatkan gigitiruan sering mengalami fraktur.8,9,13

Ketahanan gigitiruan terhadap fraktur terdiri dari kekuatan impak dan kekuatan transversal. Kekuatan impak merupakan besar energi yang diperlukan untuk mematahkan suatu material dengan tekanan yang tiba-tiba, biasanya terjadi akibat gigitiruan terjatuh pada saat pasien membersihkan gigitiruannya, batuk, ataupun bersin. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh El-Sheikh dan Al-Zahrani (2006), gigitiruan dengan kekuatan impak yang rendah akan mudah mengalami fraktur apabila terjatuh dan merupakan kasus yang paling sering terjadi, yaitu sebesar 80,4%.13 Kekuatan transversal mempengaruhi ketahanan gigitiruan dalam menerima beban yang terus menerus terjadi pada daerah gigitiruan yang menerima tekanan. Kekuatan kompresi, tarik, dan geser yang terjadi pada saat aktivitas pengunyahan dapat menyebabkan frakturnya basis gigitiruan, terutama pada bagian midline. Hasil penelitian yang sama menunjukkan bahwa kasus fraktur midline yang terjadi oleh tekanan pengunyahan yang berulang-ulang adalah sebesar 16,1%.5,13,14

Kelemahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang mudah fraktur ini dapat diatasi dengan penambahan bahan penguat pada bahan basis gigitiruan. Bahan penguat tersebut dapat berupa bahan logam, kimia, ataupun serat.11,14 Salah satu bahan yang dapat ditambahkan ke dalam bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah serat polietilen. Serat ini memiliki kelebihan antara lain biokompatibel terhadap jaringan rongga mulut, lebih estetik, lebih ringan apabila dibandingkan dengan bahan lain, tidak rapuh, tidak mudah mengalami

fatigue, tidak mudah menyerap air, tahan terhadap bahan kimia, abrasi, dan kelembaban, serta memiliki kekuatan impak dan transversal yang cukup tinggi.11,15,16

Penambahan serat polietilen pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas menyebabkan peningkatan kekuatan impak dan transversal. Selain itu, menurut Ladizesky dkk. (1993), keunggulan dari bahan penguat serat polietilen adalah tidak mengakibatkan terjadinya peningkatan kekasaran permukaan. Setelah prosedur pemolesan dilakukan, tidak terlihat adanya serat polietilen yang ekstrusi meskipun telah dilakukan pembesaran 400x dengan mikroskop.17 Hal ini berbeda


(18)

dengan bahan penguat serat kaca dimana bahan tersebut akan mengalami ekstrusi di atas permukaan basis gigitiruan sehingga meningkatkan kekasaran permukaan (Vallittu dkk, 1999).18 Nilai kekasaran permukaan yang dipertimbangkan ideal menurut Quirynen dkk., yaitu mendekati atau kurang dari 0,2 µm.19

Permukaan yang kasar dari suatu bahan basis gigitiruan dapat mengakibatkan ketidaknyamanan dan kesulitan menjaga oral hygiene karena debris

makanan dan plak dapat melekat dengan mudah.20 Bahan dengan permukaan yang kasar akan memperlihatkan jumlah mikroorganisme yang lebih banyak. Jika bahan basis gigitiruan memiliki permukaan yang kasar, maka akan mempermudah perlekatan mikroorganisme patogen dan pembentukan biofilm, serta dapat mengakibatkan terjadinya infeksi.21 Kekasaran tersebut juga dapat mengakibatkan iritasi dan resesi dari jaringan lunak mulut setelah berkontak lama dengan gingiva, selain itu juga dapat menyebabkan terjadinya peningkatan penyerapan air.18,22 Penyerapan air yang tinggi dapat mempengaruhi stabilitas dimensi bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang dapat mengakibatkan terjadinya ekspansi, serta dapat menurunkan kekuatan impak dan transversal dari bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas karena bertindak sebagai plasticizer yang akan mempengaruhi ikatan rantai polimer.12 Nilai penyerapan air resin akrilik polimerisasi panas yang diperbolehkan menurut spesifikasi ISO 1567 : 1999 harus lebih kecil daripada 32 µg/mm3

.23

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gutteridge (cit. Karacaer O, 2003) dan Ferasima R (2013), diperoleh hasil bahwa penambahan serat polietilen 1% potongan kecil berukuran 3 mm dapat meningkatkan kekuatan impak dan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.11,15,16 Hasil penelitian tersebut menjadi dasar penggunaan serat polietilen konsentrasi 1% berbentuk potongan kecil berukuran 3 mm pada penelitian ini.


(19)

1.2 Permasalahan

Salah satu bahan basis gigitiruan yang paling sering digunakan adalah resin akrilik polimerisasi panas. Gigitiruan yang baik harus memenuhi sifat-sifat gigitiruan yang ideal, salah satunya adalah mempunyai kekuatan impak dan transversal yang tinggi karena keduanya mempengaruhi ketahanan gigitiruan terhadap fraktur, namun basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas memiliki kekuatan impak dan transversal yang rendah sehingga mudah mengalami fraktur saat terjadi benturan ataupun oleh tekanan pengunyahan secara terus menerus. Kekuatan impak dan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dapat ditingkatkan dengan menambahkan bahan penguat serat polietilen.

Bahan penguat serat polieteilen yang ditambahkan diharapkan tidak mempengaruhi kekasaran permukaan dan penyerapan air. Penyerapan air lebih besar terjadi pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang memiliki permukaan yang lebih kasar. Bahan basis gigitiruan yang tidak mudah menyerap air dapat menjaga stabilitas dimensi dari gigitiruan agar tetap stabil dan tidak mempengaruhi kekuatan gigitiruan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ladizesky dkk. (1993), serat polietilen yang ditambahkan ke dalam bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tidak menyebabkan peningkatan kekasaran permukaan dan penyerapan air.

Dari uraian di atas, timbul permasalahan apakah ada pengaruh penambahan serat polietilen 1% terhadap kekasaran permukaan dan penyerapan air pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

1.3 Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, diperoleh rumusan masalah, yaitu:

1. Berapa nilai kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa dan dengan penambahan serat polietilen 1%?

2. Berapa nilai penyerapan air bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa dan dengan penambahan serat polietilen 1%?


(20)

3. Apakah ada pengaruh penambahan serat polietilen 1% terhadap kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas?

4. Apakah ada pengaruh penambahan serat polietilen 1% terhadap penyerapan air bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas?

5. Apakah ada korelasi antara kekasaran permukaan dan penyerapan air bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat polietilen 1%?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui nilai kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa dan dengan penambahan serat polietilen1%.

2. Untuk mengetahui nilai penyerapan air bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa dan dengan penambahan serat polietilen1%.

3. Untuk mengetahui pengaruh penambahan serat polietilen 1% terhadap kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

4. Untuk mengetahui pengaruh penambahan serat polietilen 1% terhadap penyerapan air bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

5. Untuk mengetahui korelasi antara kekasaran permukaan dan penyerapan air bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat polietilen 1%.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang Prostodonsia.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut mengenai bahan penguat serat polietilen.


(21)

1.5.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan laboratorium dental dalam menambahkan serat polietilen sebagai salah satu bahan penguat bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.


(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Basis Gigitiruan

2.1.1 Pengertian

Basis gigitiruan merupakan bagian gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak mulut, terutama pada daerah kehilangan gigi. Basis gigitiruan mendapatkan dukungan dari mukosa rongga mulut pada daerah tidak bergigi. Basis berfungsi sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan yang akan mengembalikan fungsi pengunyahan.2

Pada awalnya, bahan-bahan seperti kayu, tulang, gading, keramik, logam, aloi, dan beberapa jenis polimer digunakan sebagai basis gigitiruan. Selanjutnya, digunakan bahan lain sebagai basis gigitiruan, antara lain vulkanit, nitroselulosa, dan fenol-formaldehid, tetapi bahan-bahan tersebut mempunyai banyak kelemahan, seperti vulkanit yang memiliki sifat tidak toksik, tidak mengiritasi, dan mempunyai sifat mekanis yang baik, namun bahan ini dapat menyerap saliva, susah dibersihkan, kurang estetis, dan mudah terjadi perubahan dimensi, selain itu fenol-formaldehid sulit dibuat dan terjadi perubahan warna di dalam rongga mulut.5,9

2.1.2 Persyaratan

Bahan basis gigitiruan yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:5-10

a) Biokompatibel, tidak toksik, dan tidak mengiritasi b) Tidak berbau dan tidak berasa

c) Kekuatan impak dan transversal tinggi d) Tahan terhadap abrasi


(23)

f) Dimensi stabil dan akurat g) Estetis dan stabilitas warna baik h) Permukaan halus

i) Tidak menyerap cairan j) Ringan

k) Mudah direparasi apabila fraktur l) Mudah dibuat dan ekonomis

2.1.3 Bahan

Bahan yang digunakan sebagai basis gigitiruan dibagi menjadi dua kelompok yaitu logam dan non-logam.24,25

2.1.3.1 Logam

Bahan logam biasanya keras, mempunyai kekuatan yang tinggi, berkilat, radiopak, padat, serta penghantar listrik dan panas yang baik.Beberapa jenis logam yang dapat digunakan sebagai bahan basis gigitiruan, antara lain kobal kromium, aloi emas, alumunium, dan stainless steel.5,9,25

Kelebihan logam sebagai bahan basis gigitiruan, antara lain:26

a) Bahan logam memiliki kekuatan yang tinggi sehingga basis gigitiruan dapat dibuat lebih tipis. Hal ini memungkinkan ruang gerak lidah relatif lebih luas.

b) Bahan logam tahan abrasi karena memiliki permukaan yang licin dan mengkilat, serta tidak menyerap cairan mulut sehingga deposit makanan dan kalkulus sulit melekat.

c) Bahan logam merupakan penghantar panas yang baik. Setiap perubahan suhu akan dihantarkan ke jaringan lunak di bawahnya sehingga akan memberikan rangsangan dan mempertahankan kesehatan jaringan rongga mulut.

d) Basis logam memiliki stabilitas dimensi yang baik sehingga tidak terjadi perubahan bentuk selama pemakaian gigitiruan. Hal ini menciptakan kontak yang baik dengan jaringan mulut di bawahnya sehingga meningkatkan retensi gigitiruan, yang disebut dengan interfacial surface tension.


(24)

Di samping beberapa kelebihan yang dimilikinya, basis logam juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:26

a) Basis logam tidak mungkin dilapis atau direparasi kembali. b) Warna basis logam tidak estetis.

c) Relatif lebih berat.

d) Perluasan basis logam sampai ke lipatan bukal maupun pengembalian kontur pipi dan bibir sulit dilakukan dengan basis logam.

e) Pembuatan basis gigitiruan dengan bahan logam lebih rumit dan mahal. Indikasi pemakaian basis logam:26

a) Penderita hipersensitif terhadap resin b) Penderita dengan gaya kunyah abnormal c) Ruang intermaksilar kecil

d) Kasus basis dukungan gigi dengan desain unilateral

e) Pertimbangan khusus, misalnya atas permintaan pasien, pasien mempunyai kebiasaan menyikat gigi secara berlebihan atau kasus dengan tulang pendukung yang stabil.

2.1.3.2 Non-Logam

Berdasarkan sifat termalnya, bahan non-logam dibagi menjadi dua kelompok, yaitu termoplastik dantermoset.8,10,24

1) Termoplastik

Bahan termoplastik adalah bahan yang tidak mengalami perubahan kimia selama proses pembuatannya dimana produk yang terbentuk sama dengan bahan awalnya, kecuali dalam hal bentuk. Bahan ini dapat dilunakkan melalui proses pemanasan dan mengeras saat didinginkan, serta dapat dibentuk menjadi bentuk lain. Saat peningkatan temperatur, gaya ikatan rantai hilang. Sementara saat temperatur diturunkan, ikatan rantai terbentuk kembali dan polimer akan mengeras. Contoh bahan termoplastik yang pernah digunakan sebagai basis gigitiruan adalah polistiren, seluloid, nitrat selulosa, resin vinil, nilon, dan resin akrilik.8,10,24


(25)

2) Termoset

Bahan termoset adalah bahan yang mengalami perubahan kimia selama proses pembuatannya dimana produk yang terbentuk berbeda dari bahan awalnya. Setelah proses pembuatan selesai, bahan termoset tidak dapat menjadi lunak oleh pemanasan. Polimer bahan ini mempunyai cross-linked kovalen di antara rantai polimer yang berdekatan. Pada saat peningkatan temperatur, ikatan ini mengikat rantai polimer untuk menahan gerakan vibrasi dan rotasi rantai sehingga menyebabkan bahan ini tidak melunak pada saat terjadi penurunan temperatur. Contoh bahan termoset adalah vulkanit, fenol-formaldehid, dan resin akrilik.8,10,24

2.2 Resin Akrilik

2.2.1 Pengertian

Resin akrilik merupakan bahan yang terdiri dari bubuk dan cairan. Bahan ini mulai digunakan sejak diperkenalkan oleh Dr. Walter Wright pada tahun 1937 sebagai bahan basis gigitiruan.11,12 Resin akrilik dapat diaktivasi dengan panas, cahaya, atau secara kimiawi (swapolimerisasi) sehingga molekul-molekul monomer akan bergabung membentuk molekul yang lebih besar (polimer) yang dikenal dengan polimetil metakrilat. Konsistensi bahan resin akrilik tergantung pada suhu, bentuk dan ukuran partikel polimer, jumlah plasticizer dalam polimer, derajat polimerisasi, dan rasio polimer monomer selama proses pengadukan.24

2.2.2 Jenis

Resin akrilik dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu resin akrilik polimerisasi sinar, resin akrilik swapolimerisasi, dan resin akrilik polimerisasi panas.5,8 Resin akrilik polimerisasi sinar terdiri dari matriks uretan dimetakrilat, microfine silica, dan

camphorquinone yang berperan sebagai inisiator. Proses polimerisasinya menggunakan unit kuring khusus dengan sinar tampak sebagai aktivator dengan panjang gelombang 400-500 nm selama kira-kira 10 menit. Bahan resin akrilik


(26)

polimerisasi sinar memiliki kekuatan yang lebih rendah dan permukaan yang lebih kasar.5,7,8,12

Resin akrilik swapolimerisasi merupakan resin akrilik yang mengalami polimerisasi pada suhu kamar. Resin akrilik swapolimerisasi mengandung aktivator kimia yang berfungsi untuk mengaktifkan benzoil peroksida yang terdapat di dalam polimer sehingga dapat terjadi proses polimerisasi. Aktivator kimia yang biasanya digunakan adalah amina tersier, contohnya adalah dimetil paratoluidin. Kekuatan resin akrilik swapolimerisasi cukup rendah, stabilitas warna dan stabilitas dimensi kurang baik, jumlah monomer sisa yang dihasilkan lebih banyak daripada monomer sisa yang dihasilkan oleh resin akrilik polimerisasi panas.5,8,12,24

Resin akrilik polimerisasi panas terdiri dari bubuk dan cairan dimana setelah mengalami proses pencampuran dan pemanasan akan membentuk suatu bahan yang kaku.8 Resin akrilik polimerisasi panas digunakan untuk hampir semua basis gigitiruan. Bahan basis gigitiruan ini memerlukan energi panas untuk proses polimerisasi, yaitu dengan menggunakan waterbath.12

2.3 Resin Akrilik Polimerisasi Panas

2.3.1 Komposisi

Komposisi resin akrilik polimerisasi panas dan fungsinya, yaitu:8 a. Bubuk

- Polimetil metakrilat : polimer

- Benzoil peroksida : inisiator

- Titanium oksida : opacifier

- Dibutil pthalate: plasticizer

- Pigmen : pewarna


(27)

b. Cairan

- Metil metakrilat : monomer

- Hidroquinone : inhibitor untuk mencegah polimerisasi selama penyimpanan

- Etilen glikol dimetakrilat : ikatan silang

2.3.2 Manipulasi

Dilakukan penyiapan mold dalam kuvet.12 Selanjutnya lakukan pengadukan polimer dan monomer dengan perbandingan volume 3 : 1 atau perbandingan berat 2,5 : 1. Apabila jumlah polimer terlalu banyak, maka tidak semua polimer terbasahi oleh monomer sehingga mengakibatkan resin akrilik bergranul, sedangkan apabila jumlah polimer terlalu sedikit, maka dapat terjadi penyusutan yang besar.9

Adonan polimer dan monomer akan melalui empat tahapan, yaitu:9,12

1) Sandy stage, konsistensi seperti cairan berpasir. Hanya sedikit atau tidak terjadi interaksi tingkat molekuler.

2) Stringy stage, dikarakteristikkan dengan adonan berserat ketika disentuh atau ditarik. Polimer mulai larut dengan monomer.

3) Dough stage, adonan lembut dan tidak lengket pada dinding pot pengaduk resin akrilik. Merupakan tahapan yang tepat untuk memasukkannya ke dalam mold.

4) Rubbery / elastic stage, terjadi apabila adonan dibiarkan terlalu lama. Adonan menjadi terlalu kaku seperti karet dan tidak dapat lagi dimasukkan ke dalam mold.

Selanjutnya dilakukan mould lining untuk mencegah monomer berpenetrasi ke dalam bahan mold dan berpolimerisasi di dalamnya. Selain itu, proses ini berguna untuk mencegah cairan dari mold masuk ke dalam resin akrilik.9 Kemudian resin akrilik dimasukkan ke dalam mold. Apabila resin akrilik yang dimasukkan terlalu banyak, dapat menyebabkan basis gigitiruan menjadi terlalu tebal dan mengakibatkan malposisi dari anasir gigitiruan. Apabila resin akrilik yang dimasukkan terlalu sedikit, dapat menimbulkan porositas pada bagian basis gigitiruan.12


(28)

Resin akrilik yang berlebihan dibuang. Lakukan pengepresan kembali sampai tidak ada lagi resin akrilik yang berlebihan. Kemudian kuvet dimasukkan ke dalam oven ataupun waterbath pada suhu 70oC selama 90 menit dan ditingkatkan menjadi 100oC selama 30 menit. Suhu tidak boleh terlalu rendah karena dapat meningkatkan jumlah monomer sisa. Suhu pemanasan juga tidak boleh terlalu tinggi karena dapat menyebabkan terjadinya internal porositas.9,27

Setelah proses kuring selesai, kuvet dikeluarkan dan dibiarkan sampai mencapai suhu kamar. Kuvet dipisahkan dan resin akrilik dikeluarkan, dilakukan penyelesaian akhir, dan pemolesan.9,27

2.3.3 Kelebihan dan Kelemahan

Kelebihan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah:5,7-9 1. Tidak larut dalam cairan rongga mulut

2. Temperatur pelunakan lebih tinggi daripada suhu makanan dan minuman

3. Koefisien termal ekspansi tinggi

4. Ikatan yang baik antara basis dengan anasir gigitiruan resin akrilik 5. Tidak toksik

6. Tidak mengiritasi 7. Tidak berbau dan berasa 8. Estetis

9. Pembuatan dan pemolesan mudah

10. Murah dan mudah direparasi apabila terjadi fraktur

Kelemahan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah:8,9,26

1. Ketahanan terhadap fraktur rendah 2. Ketahanan terhadap abrasi rendah 3. Konduktivitas termal rendah

4. Adanya monomer sisa yang dapat mengakibatkan reaksi alergi 5. Dapat menyerap cairan


(29)

6. Dapat terjadi perubahan dimensi 7. Dapat terjadi distorsi

2.3.4 Sifat

2.3.4.1 Mekanis

a) Kekuatan Impak

Bila dibandingkan dengan bahan logam, resin akrilik dapat digolongkan sebagai bahan basis gigitiruan yang lemah. Bahan resin akrilik mempunyai kekuatan impak yang rendah, yaitu sekitar 4,73 J/mm2.28 Nilai kekuatan impak ini jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan resin akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan dengan serat karbon, yaitu 13,20 J/mm2 ataupun yang ditambahkan dengan serat polietilen, yaitu 19,92 J/mm2.29 Hal ini mengakibatkan apabila gigitiruan terjatuh pada permukaan yang keras, maka kemungkinan besar akan mengalami fraktur.

b) Kekuatan Transversal

Resin akrilik polimerisasi panas juga mempunyai kekuatan transversal yang rendah apabila dibandingkan dengan resin akrilik high impact yang mempunyai kekuatan transversal sebesar 132,8 MPa.30 Gigitiruan sering mengalami fraktur apabila menerima tekanan pengunyahan yang besar. Hal ini dapat disebabkan oleh desain gigitiruan yang tidak baik mengakibatkan gigitiruan melengkung setiap menerima tekanan pengunyahan.3,27

2.3.4.2 Fisis

a) Konduktivitas Termal

Konduktivitas termal resin akrilik polimerisasi panas kira-kira sebesar 6 x 10-4 cal/gram.cm2. Konduktivitas termal ini cukup rendah sehingga dapat mengakibatkan masalah selama proses pembuatan gigitiruan.8 Sifat brittle resin akrilik polimerisasi panas dapat meningkat melalui adanya pemanasan. Hal ini mengakibatkan gigitiruan menjadi rapuh sehingga mudah terjadi fraktur.31


(30)

b) Porositas

Basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dapat terjadi porositas, baik pada bagian permukaan maupun di dalam resin akrilik, biasanya cenderung terjadi pada bagian basis gigitiruan yang lebih tebal. Porositas dapat mengakibatkan kekuatan basis gigitiruan menjadi lebih rendah. Selain itu, pembersihan gigitiruan menjadi tidak efektif sehingga gigitiruan menjadi tidak bersih dan penampilan gigitiruan pun menjadi berkurang.5,9,12

c) Kekasaran Permukaan

Beberapa peneliti menyatakan bahwa resin akrilik polimerisasi panas memiliki permukaan yang halus dan mampu mempertahankan pemolesan yang baik selama jangka waktu pemakaian yang panjang. Kekasaran permukaan terjadi dalam beberapa bulan setelah pemakaian gigitiruan yang merupakan awal dari perlekatan sisa makanan. Gigitiruan dengan permukaan yang kasar dapat menyebabkan perlekatan plak bakteri.5,12,19

2.3.4.3 Biologis

a) Biokompatibilitas

Syarat utama bagi seluruh bahan kedokteran gigi adalah tidak membahayakan pasien.3 Resin akrilik yang telah mengalami polimerisasi harus biokompatibel dengan jaringan di sekitar rongga mulut. Reaksi alergi terhadap resin akrilik dapat terjadi, akan tetapi dalam jumlah yang kecil. Hal ini disebabkan oleh adanya monomer sisa, yang berkisar 0,4% dari gigitiruan. Batas maksimal konsentrasi monomer sisa untuk resin akrilik polimerisasi panas menurut ISO adalah 2,2%.24

b) Kolonisasi Bakteri

Kemampuan basis gigitiruan dalam menyerap cairan berhubungan dengan kemampuan mikroorganisme untuk mengkolonisasi permukaan gigitiruan, misalnya

Candida albicans, terutama pada pasien dengan kebersihan rongga mulut yang buruk.3,7


(31)

2.3.4.4 Kemis

a) Stabilitas Warna

Yu-lin Lai dkk. (2003) mempelajari stabilitas warna dan ketahanan terhadap stain dari nilon, silikon, serta dua jenis resin akrilik dan menemukan bahwa resin akrilik menunjukkan nilai diskolorasi yang paling rendah setelah direndam dalam larutan kopi. Beberapa penulis juga menyatakan bahwa resin akrilik polimerisasi panas memiliki stabilitas warna yang baik.5

b) Penyerapan Air

Resin akrilik menyerap air secara perlahan melalu proses difusi dan mencapai titik keseimbangan sekitar 2% setelah periode beberapa hari atau minggu tergantung pada ketebalan gigitiruan. Difusi adalah berpindahnya suatu substansi melalui rongga yang menyebabkan ekspansi pada resin atau melalui substansi yang dapat mempengaruhi kekuatan rantai polimer. Dari hasil klinikal menunjukkan bahwa penyerapan air yang berlebihan dapat menyebabkan diskolorasi dan perubahan dimensi pada basis gigitiruan.5,12

2.3.5 Kekasaran Permukaan

Kekasaran permukaan merupakan ukuran ketidakteraturan permukaan yang telah dipoles dan diukur dengan satuan micrometer (µm).19 Permukaan yang kasar pada basis gigitiruan akrilik dapat mempermudah perlekatan kolonisasi bakteri dan mengakibatkan terbentuknya plak gigi. Kekasaran permukaan dari bahan kedokteran gigi yang dipertimbangkan ideal oleh Quirynen dkk. dan Bollen dkk. adalah mendekati 0,2 µm atau kurang. Untuk resin akrilik, sedikit perbedaan dari 0,2 µm dapat diabaikan.19

Kekasaran permukaan dapat diukur dengan dua metode, yaitu metode tanpa sentuhan dan metode sentuhan. Metode tanpa sentuhan dapat diukur dengan menggunakan interferometry, confocal microscop, variasi fokus, cahaya terstruktur,

electrical capacitanc, mikroskop elektron dan photogrametry. Alat pengukuran metode tanpa sentuhan ini memiliki keterbatasan, yaitu alat pengukuran yang mengandalkan penggunaan optik tidak dapat mengukur kekasaran yang lebih kecil


(32)

dari frekuensi panjang gelombang yang digunakan alat tersebut. Keterbatasan ini dapat menyulitkan untuk mengukur kekasaran dengan akurat bahkan pada benda yang umum, karena kekasaran benda yang diukur mungkin lebih kecil daripada panjang gelombang cahaya. 32

Metode sentuhan dapat dilakukan pada pengukuran dua dan tiga dimensi. Pada pengukuran dua dimensi, stylus biasanya mengikuti suatu garis lurus di atas suatu permukaan yang rata atau suatu garis lengkung mengelilingi suatu permukaan silindris. Panjang perjalanan stylus disebut panjang pengukuran (measurement length), sedangkan pengukuran tiga dimensi, stylus diaplikasikan untuk meneliti (scan) suatu daerah dua dimensi di atas suatu permukaan. Dalam beberapa kasus, masalah utama pengukuran metode sentuhan adalah sifat fisis dari profile meter yang dapat mempengaruhi data hasil pengukuran. Stylus yang terlalu tumpul dapat menggores permukaan yang halus, membentuk lekukan yang dalam dan dapat membulatkan permukaan yang tajam. . 32

2.3.6 Penyerapan Air

Polimetil metakrilat dapat menyerap air, nilai penyerapannya adalah sebesar 0,69 mg/cm2. Penyerapan air dipengaruhi oleh polaritas molekul polimetil metakrilat dan mekanisme difusi. Koefisien difusi resin akrilik polimerisasi panas adalah sebesar 0,011 x 10-6 cm2/detik pada suhu 37oC. Molekul air berpenetrasi ke dalam resin akrilik dan menempati posisi di antara rantai polimer sehingga memisahkan ikatan rantainya. Hal ini mengakibatkan terjadinya ekspansi dan mengganggu ikatan rantai polimer yang berakibat pada penurunan kekuatan gigitiruan.Molekul air dapat berdifusi diantara makromolekul resin karena diameter molekul air kurang dari 0,28 nm, yang lebih kecil daripada jarak antara satu makromolekul dengan makromolekul lainnya.8,12,16 Penyerapan air lebih besar terjadi pada resin akrilik dengan permukaan yang lebih kasar.33

Nilai penyerapan air resin akrilik polimerisasi panas yang diperbolehkan menurut spesifikasi ISO 1567 : 1999 harus lebih kecil daripada 32 µg/mm3


(33)

Berdasarkan hasil penelitian terbaru diperoleh nilai penyerapan air resin akrilik dari jenis yang berbeda berkisar 10-25 µg/mm3

.23,34,50

Daya serap air pada basis gigitiruan dapat diukur dengan menggunakan timbangan digital. Prosedur standart ISO 1567 : 1999 untuk mengukur besarnya nilai penyerapan air, basis gigitiruan didesikasi dengan menggunakan alat desikator selama 24 jam. Desikasi adalah pengeringan suatu bahan atau benda dengan menggunakan alat desikator sehingga bahan atau benda yang didesikasi akan mengalami pengurangan berat dan diperoleh berat bahan atau benda yang sebenarnya. Kemudian basis gigitiruan ditimbang dengan timbangan digital diperoleh berat sebelum perendaman (M1), basis direndam dalam larutan akuades selama 7 hari dengan suhu 37°C dan ditimbang kembali sehingga diperoleh berat sesudah perendaman (M2). Basis yang sudah direndam dikeringkan lalu ditimbang (M3). Penyerapan air dihitung berdasarkan volumenya dengan menggunakan rumus ISO, yaitu: . 34

Water sorption = Keterangan :

Water sorption : nilai penyerapan air (µg/mm3)

M2 : berat sampel sesudah perendaman (µg)

M3 : berat sampel sesudah perendaman dan sesudah dikeringkan dengan desiccator vacuum (µg)

V : volume (mm3), yaitu πr2 x t

2.4 Bahan Penguat

Resin akrilik polimerisasi panas memiliki kekuatan impak dan kekuatan transversal yang rendah, dimana keduanya mempengaruhi ketahanan gigitiruan terhadap fraktur. Beberapa cara digunakan untuk menambah kekuatan gigitiruan, antara lain penambahan serat, penguat logam, maupun penambahan bahan kimiawi ke dalam resin akrilik polimerisasi panas.11


(34)

2.4.1 Logam

Penambahan logam dapat meningkatkan kekuatan impak dan transversal basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Bahan penguat dapat berupa kawat kobal-kromium, kawat metal, filler perak, alumunium, maupun keramik. Penambahan bahan logam juga dapat meningkatkan konduktivitas termal dan mengurangi pengerutan saat kuring dan penyerapan air. Akan tetapi bahan ini memiliki estetik yang buruk, ikatan adhesi antara logam dan resin akrilik yang tidak baik, dan dapat terjadi korosi pada bahan logam.14,35-7

2.4.2 Kimia

Peningkatan kekuatan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dapat diperoleh dengan penambahan cross-linking agent ke dalam monomer resin akrilik. Penambahan cross-linking agent dapat menambahan ikatan kovalen sehingga dapat meningkatkan sifat mekanis resin akrilik polimerisasi panas. Bahan kimia lainnnya yang dapat digunakan sebagai bahan penguat adalah butadiene styrene rubber yang dapat meningkatkan kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas.15

2.4.3 Serat

Bahan penguat serat digunakan untuk meningkatkan kekuatan impak dan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Kemampuan serat dalam menguatkan basis gigitiruan bergantung kepada sifat serat dan matriks resin, penyatuan serat dengan resin, adhesi serat terhadap matriks, jumlah serat, orientasi serat, dan lokasi serat pada gigitiruan.14

2.4.3.1 Serat Alami

Pada umumnya, serat dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu serat alami dan buatan. Serat alami dapat berasal dari tumbuhan, hewan, dan mineral. Contoh serat alami yang berasal dari tumbuhan, yaitu kapas dan rami. Contoh serat alami yang


(35)

berasal dari hewan adalah wol dan sutera. Contoh serat yang berasal dari mineral adalah asbes.15

2.4.3.2 Serat Buatan

Serat buatan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu serat yang berasal dari alam, namun kemudian mengalami proses polimerisasi lanjutan seperti asetat, serat yang berasal dari proses polimerisasi seperti serat polietilen, rayon, dan nilon, dan serat buatan yang berbahan dasar anorganik seperti serat kaca dan karbon.15

Serat nilon merupakan serat poliamida. Keuntungan utama bahan serat nilon terletak pada ketahanannya terhadap shock dan stress. Akan tetapi, serat nilon memiliki sifat penyerapan air yang tinggi sehingga dapat mempengaruhi sifat mekanis dan stabilitas dimensi basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.11,34

Serat karbon sebagai bahan penguat basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas diperkenalkan oleh Larson dkk (1991). Serat karbon dapat meningkatkan kekuatan impak dan transversal, tetapi serat karbon sudah jarang digunakan karena serat ini sukar dipoles, warna hitam yang tidak estetis, dan bersifat toksik.11,36

Serat kaca merupakan substansi anorganik yang telah dibekukan menjadi bentuk yang kaku tanpa melalui proses kristalisasi. Serat kaca memiliki modulus elastisitas yang sangat tinggi, sehingga kebanyakan stress dapat diterima tanpa menimbulkan deformasi, tetapi serat kaca memiliki warna putih yang kurang alami.11,36

Serat Kevlar merupakan nama komersial dari serat aramid. Serat ini merupakan bahan organik seperti polypara-phenylene terephthalamide dengan rumus kimia (-CO-C6H4-CO-NH-C6H4-NH-)n. Serat ini tahan terhadap abrasi kemis serta memiliki sifat mekanis dan titik leleh yang tinggi, tetapi kekuatan transversal dan kompresi bahan ini kurang. Selain itu, serat Kevlar memiliki permukaan yang kasar sehingga sukar dipoles dan kurang estetis.11,36


(36)

2.5 Serat Polietilen

2.5.1 Pengertian

Serat polietilen pertama kali disintesa secara tidak disengaja oleh Hans von Pechmann pada saat memanaskan diazometana pada tahun 1898. Serat ini merupakan bahan termoplastik yang kuat dan memiliki gaya intramolekul yang kuat, kekuatan mekanis yang tinggi, temperatur lebur yang tinggi (280oC-320oC), tahan terhadap bahan kimia, dan penyerapan air yang rendah yang disebabkan oleh karena serat ini memiliki sifat hidrofobik yang akan meningkatkan penolakan air. Selain itu, bahan ini memiliki biokompatibilitas yang baik, dapat meningkatkan modulus elastisitas bahan resin akrilik polimerisasi panas, dan serat ini hampir tidak terlihat di dalam basis gigitiruan sehingga lebih estetis.11,14,38-43

Berdasarkan kepadatan, tipe percabangan, dan berat molekulnya, serat polietilen dikelompokkan menjadi lima kelompok, yaitu:41

1) Polietilen bermasa molekul sangat tinggi (UHMWPE / ultra high molecular weight polyethylene), dengan densitas lebih dari atau sama dengan 0,960 g/cm3.

2) Polietilen berdensitas tinggi (HDPE / high density polyethylene), dengan densitas 0,940-0,959 g/cm3. Polietilen jenis ini memiliki sedikit percabangan dalam struktur molekulnya.

3) Polietilen berdensitas rendah (LDPE / low density polyethylene), dengan densitas 0,926-0,940 g/cm3. Polietilen jenis ini memiliki banyak percabangan pada struktur molekulnya dan memiliki kekuatan yang rendah.

4) Polietilen linier berdensitas rendah (LLDPE / liniar low density polyethylene), dengan densitas 0,910-0,925 g/cm3. Polietilen jenis ini memiliki banyak percabangan namum memiliki kekuatan tensil yang lebih tinggi dari LDPE.


(37)

5) Polietilen berdensitas sangat rendah (VLDPE / very low density Polyethylene), dengan densitas 0,880-0,890 g/cm3. Polietilen jenis ini memiliki banyak percabangan dan memiliki kekuatan yang sangat rendah.

2.5.2 Komposisi

Serat polietilen terbuat dari polimerisasi gas etilen yang dapat diperoleh dengan pemberian hidrogen gas petroleum pada nafta, gas alam, ataupun asetilen. Serat polietilen tidak memiliki gugus kimia seperti ester, amida, maupun hidroksil, namun memiliki unsur organik seperti karbon dan hidrogen.38 Sifat mekanis yang tinggi yang dimiliki oleh serat polietilen berasal dari gaya intramolekulnya yang sangat kuat. Ikatan Van Der Wall intermolekulnya relatif lemah, namun rantai molekul pada serat polietilen sangat panjang dan gaya intramolekulnya sangat kuat sehingga dapat menutupi kelemahan ikatan intermolekul tersebut.8,40,41 Derajat kristalisasi serat polietilen bermasa molekul sangat tinggi adalah sekitar 70 - 80% dan kepadatan 0,96 g/cm3. Ada hubungan linear antara kepadatan dan derajat kristalisasi polietilen. Sebuah kristal polietilen 100% akan memiliki kepadatan teoritis, berdasarkan sel unit orthorhombik, sekitar 1 g/cm3. Polietilen amorf yang sebenarnya (0% kristalisasi) akan memiliki kepadatan sekitar 0,85 g/cm3. Khosravi dkk. (1995) menggunakan asam nitrat pada serat polietilen yang dipintal gel untuk mengamati ketidaksempurnaan struktural seperti lipatan, kekakuan molekul dan daerah yang tidak terkristalisasi. Spektroskopi Raman telah digunakan untuk mempelajari perilaku deformasi serat polietilen. Teknik ini memberikan puncak untuk kondisi kristal dan amorf polietilen.42,43 Semakin tinggi derajat kristalisasi serat polietilen, maka semakin tinggi kekuatan mekanis yang dimilikinya.8,40,41-3


(38)

Gambar 1. Struktur kimia polietilen

2.5.3 Manipulasi

Ladizesky dkk. (1993) dalam penelitiannya menggunakan serat polietilan bentuk anyaman, yang kemudian dipotong menjadi bentuk potongan kecil berkuran 6 mm dengan menggunakan gunting keramik (Arston CS-15H, Ars Edge Co, Osaka,

Japan). Sebelum dipotong, serat polietilen bentuk anyaman tersebut dibungkus dengan aluminuim foil untuk memudahkan pemotongan serat sehingga dihasilkan potongan serat yang memilki ujung bebas.17

Krishnarao T. dkk. (2012) dalam penelitiannya menggunakan monomer dalam pemanipulasian serat polietilen bentuk potongan kecil berukuran 3 mm yang ditambahkan ke dalam bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Serat polietilen tersebut dimasukkan ke dalam monomer selama 10 menit lalu dicampurkan ke dalam polimer resin akrilik polimerisasi panas. Hasilnya adalah terjadi peningkatan kekuatan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.14

2.5.4 Bentuk

2.5.4.1 Anyaman

Resin akrilik yang ditambah dengan serat polietilen berbentuk anyaman (Ribbond) dapat meningkatkan kekuatan transversal resin akrilik polimerisasi panas (Narva dkk. cit. Ferasima R., 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Rahamneh (2013) menunjukkan bahwa serat polietilen berbentuk anyaman (Connect) dapat


(39)

meningkatkan kekuatan impak bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.15,29

Gambar 2. Serat polietilen berbentuk anyaman

2.5.4.2 Potongan Kecil

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Gutteridge (cit. Karacaer O, 2003) dan Ferasima R. (2013), disimpulkan bahwa penambahan serat polietilen potongan kecil 1% dapat meningkatkan kekuatan impak dan transversal bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas. Pada penelitian tersebut, serat polietilen potongan kecil 1% dapat meningkatkan kekuatan impak dan transversal yang seimbang.15 Penambahan bahan serat penguat ke dalam bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tidak boleh melebihi konsentrasi 2% karena akan menurunkan kemampuan pembasahan serat penguat sehingga mempengaruhi kekuatan yang dihasilkan (Krishnarao dkk. cit. Ferasima R., 2013).15 Alla, dkk. (2013) menyatakan bahwa resin akrilik yang ditambah dengan serat polietilen 1% dapat meningkatkan kekuatan impak, tetapi bila konsentrasinya lebih dari 3% mengakibatkan pencampuran resin akrilik dengan serat tidak dapat bekerja dengan baik. 36


(40)

(41)

(42)

Bahan Penguat

2.6 Landasan Teori

Basis Gigitiruan Logam Resin akrilik Swapolimerisasi Polimerisasi Sinar Polimerisasi Panas Non-Logam Serat buatan Komposisi Manipulasi Kelebihan Kelemahan Sifat

Mekanis Fisis Biologis

Serat alami Vulkanit Kekasaran permukaan Kekuatan transversal Polietilen

Karbon Kaca

Bentuk

Pengertian Komposisi

Potongan kecil Anyaman Bahan Syarat Kekuatan

impak Porositas Biokompa-tibilitas Stabilitas warna

Serat Kimia

Logam

Nilon Kevlar

Kemis

3 mm 6 mm

Manipulasi

Kolonisasi


(43)

2.7 Kerangka Konsep

Kelemahan

Serat Penguat Serat Polietilen 1% 3 mm Gaya intramolekul kuat

Kekuatan impak dan transversal tinggi Adhesi antara serat polietilen dengan matriks polimer

Derajat kristalisasi tinggi

Tidak ada ekstrusi serat polietilen pada permukaan bahan basis gigitiruan resin

akrilik polimerisasi panas

RAPP tidak bertambah kasar Resin akrilik

polimerisasi panas

Sifat mekanis rendah

Penyerapan air Kekasaran permukaan

Serat polietilen memiliki sifat hidrofobik yang akan mengurangi

penyerapan air

Penyerapan air menurun

Sifat mekanis ↑↑ Sifat kemis ↑↑


(44)

(45)

2.8 Hipotesis Penelitian

Dari rumusan masalah tersebut, maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Tidak ada pengaruh penambahan serat polietilen 1% terhadap kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

2. Ada pengaruh penambahan serat polietilen 1% terhadap penyerapan air bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

3. Ada korelasi antara kekasaran permukaan dan penyerapan air bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat polietilen 1%.


(46)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian

eksperimental laboratoris dengan desain post test group only control.

3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian

3.2.1 Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini menggunakan resin akrilik polimerisasi panas tanpa, dan dengan penambahan serat polietilen konsentrasi 1%.

Uji kekasaran permukaan dan penyerapan air menggunakan sampel yang berasal dari model induk yang terbuat dari logam berbentuk silindris dengan ukuran (50±1 x 0,5±0,05) mm (berdasarkan ISO 1567 : 1999).44

Gambar 4. Bentuk dan ukuran sampel untuk uji kekasaran permukaan dan penyerapan air

3.2.2 Besar Sampel Penelitian

Jumlah sampel penelitian ditentukan berdasarkan rumus sebagai berikut:45 (t - 1) (r - 1) > 15

Keterangan :

t : jumlah perlakuan 50 mm


(47)

r : jumlah ulangan

Dalam penelitian ini, terdapat dua kelompok sampel, yaitu bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan dan dengan penambahan serat polietilen 1%, maka t = 2 dan jumlah sampel (r) setiap kelompok dapat ditentukan sebagai berikut:

(2 - 1) (r – 1) > 15 1 (r - 1) > 15 r - 1 > 15

r > 16

Jumlah sampel minimal untuk setiap kelompok adalah 16 buah. Dalam penelitian ini, jumlah sampel yang digunakan untuk setiap kelompok adalah 20 buah, maka total sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 40 sampel.

3.3 Variabel Penelitian

3.3.1 Klasifikasi Variabel

3.3.1.1 Variabel Bebas

a) Resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat polietilen b) Resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat polietilen 1%

3.3.1.2 Variabel Terikat

Kekasaran permukaan dan penyerapan air bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas

3.3.1.3 Variabel Terkendali

a) Ukuran sampel

b) Perbandingan adonan gips keras c) Waktu pengadukan gips keras d) Perbandingan polimer : monomer


(48)

e) Bentuk, ukuran, dan konsentrasi serat polietilen f) Teknik penambahan serat polietilen

g) Tekanan pengepresan h) Suhu dan waktu kuring i) Teknik pemolesan

j) Suhu dan waktu perendaman sampel

3.3.2 Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi operasional variabel bebas

Variabel

Bebas Definisi Operasional Skala Ukur Alat Ukur

Resin akrilik polimerisasi panas

Bahan resin akrilik yang terdiri atas bubuk dan cairan yang se-telah pencampuran dan pema-nasan membentuk suatu bahan padat yang kaku.

- -

Serat polietilen 1%

Bahan termoplastik dari polime-risasi gas etilen yang memiliki gaya antar molekul yang kuat sehingga memiliki sifat mekanis yang baik. Konsentrasi serat po-lietilen yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1% dari to-tal berat polimer dan monomer resin akrilik polimerisasi panas berbentuk potongan kecil ber-ukuran 3 mm.


(49)

Tabel 2. Definisi operasional variabel terikat

Variabel

Terikat Definisi Operasional Skala Ukur Alat Ukur

Kekasaran permukaan

Permukaan sampel yang telah diproses akhir dan dipoles, dan diukur dengan satuan mikrome-ter (µm).

Skala rasio Profile meter

Penyerapan air Selisih antara berat sampel sesudah perendaman (M2) dan berat sampel sesudah peren- daman yang kemudian dikering- kan dengan desikator (M3) dibagi dengan volume (V) sampel.

Skala rasio Timbangan digital

Tabel 3. Definisi operasional variabel terkendali

Variabel

Terkendali Definisi Operasional Skala Ukur Alat Ukur

Ukuran sampel Sampel dengan ukuran (50±1 x 0,5±0,05) mm berbentuk silin-dris.

- Penggaris besi

Perbandingan adonan gips keras

Perbandingan jumlah gips keras : air untuk menanam sampel di dalam kuvet, yaitu 300 gram gips keras : 90 ml air.

- Sendok takar dan wadah air

Waktu pengadukan

Waktu yang diperlukan untuk mengaduk gips dengan


(50)

gips keras nakan spatula, yaitu 60 detik.12 Perbandingan

polimer : monomer resin akrilik

Perbandingan jumlah polimer : monomer resin akrilik polimeri-sasi panas yang digunakan, yaitu 2 : 1 = 2 gr : 1 ml untuk satu sampel.

- Sendok takar dan wadah air

Bentuk, ukuran, berat serat polietilen

Serat polietilen potongan kecil berukuran 3 mm. Perhitungan berat serat polietilen:

Berat serat polietilen konsentra-si 1% = 1/100 x 3 gr = 0,03gr.

- Timbangan

digital

Teknik penambahan serat polietilen

Serat polietilen direndam terle-bih dahulu ke dalam monomer sebanyak 10 ml selama 10 me-nit dalam suatu wadah, kemudi-an ditiriskkemudi-an, lalu dimasukkkemudi-an ke dalam polimer. Setelah itu monomer ditambahkan ke da-lam campuran polimer dan serat polietilen, lalu diaduk perlahan-lahan hingga homogen.

- -

Tekanan pengepresan

Tekanan yang digunakan untuk mengepres kuvet yang telah ber-isi resin akrilik polimerisasi pa-nas yaitu 1000 psi untuk penge-presan pertama dan 2200 psi un-tuk pengepresan kedua.

- Pres hidrolik

Suhu dan waktu kuring

Suhu dan waktu yang diperlu-kan untuk polimerisasi resin


(51)

akrilik polimerisasi panas, yaitu fase I 700C selama 90 menit dan fase II 1000C selama 30 menit, lalu kuvet dibiarkan sampai di-ngin pada suhu kamar.27

Teknik pemolesan

Pada penelitian ini digunakan teknik pemolesan mekanis dengan menggunakan kertas pasir waterproof berukuran 150, 400, 600, 800 dan 1000.29,30,34

- Kertas ampelas

Suhu dan waktu perendaman

Suhu dan waktu untuk meren-dam sampel dalam akuades, yaitu suhu 37oC selama 7 hari22

- Inkubator

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian

3.4.1 Tempat Pembuatan Sampel

Unit UJI Laboratorium Dental FKG USU

3.4.2 Tempat Pengujian Sampel

a) Laboratorium Computer Numerically Controlled (CNC) Teknik Mesin Politeknik Medan

b) Laboratorium Mikrobiologi Farmasi USU

3.4.3 Waktu Penelitian


(52)

3.5 Alat dan Bahan Penelitian

3.5.1 Alat Penelitian

a) Model induk dari logam berukuran (50±1 x 0,5±0,05) mm 10 buah b) Kuvet besar untuk menanam model (Smic, China)

c) Rubber bowl dan spatula d) Gelas beker (Pyrex®, USA)

e) Vibrator (Fili Manfredi Pulsar-2, Italy)

f) Spatula semen untuk mengaduk resin akrilik dan pot pengaduk porselen g) Mata bur fraser

h) Rotary grinder (Metaserv, England) i) Pres hidrolik (OL 57 Manfredi, Italy)

Gambar 5. Pres hidrolik (OL57 Manfredi, Italy)


(53)

j) Timbangan digital (AUY Analytical balance, Germany)

Gambar 6. Timbangan digital (AUY Analytical balance, China) k) Unit kuring (Fili manfredi, Italy)


(54)

manfredi, Italy) l) Desiccator vacuum (Duran, Germany)

Gambar 8. Desiccator vacuum (Duran, Germany)

m) Profile meter (Mitutoyo-Surf Test 301, Japan)


(55)

-Surf Test 301, Japan) n) Inkubator (INB 400 Memmert, Germany)

Gambar 10. Inkubator ( INB 400 Memmert, Germany)

3.5.2 Bahan Penelitian

a) Resin akrilik polimerisasi panas (QC 20, England)


(56)

panas (QC 20, England) b) Cold mould seal (QC 20, England)

c) Serat polietilen berbentuk potongan kecil dengan ukuran 3 mm (Seattle, Ribbond Washington USA)

d) Gips keras (Dental plaster, German) e) Vaselin

f) Plastik selopan g) Akuades h) Bubuk pumis i) Silica gel

j) Kertas pasir waterproof ukuran 150, 400, 600, 800 dan 1000

3.6 Cara Penelitian

3.6.1 Pembuatan Model Induk

Model induk dibuat dari logam dengan diameter berukuran 50 mm dan ketebalan 0,5 mm untuk mendapatkan mold sampel resin akrilik polimerisasi panas untuk uji kekasaran permukaan dan penyerapan air.

3.6.2 Pembuatan Sampel

A. Pembuatan mold

1) Gips keras dicampur air dengan perbandingan 300 gram gips keras : 90 ml air untuk pengisian kuvet bawah dan diaduk dengan menggunakan spatula selama 60 detik sampai adonan tercampur homogen.

2) Adonan gips keras dituang ke dalam kuvet bawah. 3) Gips keras dibiarkan beberapa menit.

4) Model induk dibenamkan sampai setinggi permukaan adonan gips keras dalam kuvet bawah, satu kuvet berisi 1 buah model induk.


(57)

6) Permukaan gips keras, model induk, dan kuvet atas diolesi vaselin, lalu kuvet atas disatukan dengan kuvet bawah dan diisi dengan adonan gips keras yang telah diaduk hingga homogen dengan perbandingan 300 gram gips keras : 90 ml air.

7) Kuvet diletakkan di atas vibrator dan vibrator dinyalakan.

8) Diamkan selama 60 menit hingga gips mengeras, lalu kuvet dibuka dan model induk diangkat dengan menggunakan lekron mass.

9) Mold yang diperoleh disiram dengan air panas untuk membuang sisa vaselin sampai bersih.

10) Setelah kering, permukaan gips keras pada kuvet bawah dan kuvet atas diolesi dengan cold mould seal, kemudian dibiarkan selama 20 menit.

Gambar 12. Model induk yang telah ditanam dalam kuvet

B. Pengisian resin akrilik pada mold

a) Resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat polietilen (kelompok A)

1. Monomer dituang ke dalam pot porselen dan polimer dimasukkan dengan perbandingan polimer : monomer sebesar 2 gr : 1 ml untuk pengisian 1 mold, lalu diaduk perlahan-lahan dengan menggunakan spatula semen sampai polimer dan monomer tercampur dengan baik.


(58)

2. Setelah adonan mencapai dough stage, adonan dimasukkan ke dalam mold yang berada pada kuvet bawah.

3. Plastik selopan diletakkan di antara kuvet atas dan bawah, kemudian kuvet ditutup dan ditekan dengan menggunakan pres hidrolik dengan tekanan 1000 psi.

4. Kuvet dibuka, kelebihan akrilik dipotong, lalu kuvet ditutup kembali. 5. Dilakukan penekan kedua dengan tekanan 2200 psi, prosedur

diulang, lalu baut dipasang untuk mempertahankan kuvet atas dan bawah agar dapat beradaptasi dengan baik, kemudian dibiarkan selama 15 menit.

b) Resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat polietilen 1% (kelompok B)

1. Serat polietilen dibungkus dengan aluminuim foil, dipotong dengan ukuran 3 mm, ditimbang sebanyak 0,03 gr, direndam ke dalam monomer selama 10 menit dalam suatu wadah kemudian ditiriskan, lalu dimasukkan ke dalam polimer. Setelah itu monomer ditambahkan ke dalam campuran polimer dan serat polietilen dengan perbandingan serat : polimer : monomer sebesar 0,03 gr : 2 gr : 1 ml , untuk pengisian 1 mold lalu diaduk perlahan-lahan hingga homogen.

2. Setelah adonan mencapai dough stage, adonan dimasukkan ke dalam mold yang berada pada kuvet bawah.

3. Plastik selopan diletakkan di antara kuvet atas dan bawah, kemudian kuvet ditutup dan ditekan dengan menggunakan pres hidrolik dengan tekanan 1000 psi.

4. Kuvet dibuka, kelebihan akrilik dipotong, lalu kuvet ditutup kembali.

5. Dilakukan penekan kedua dengan tekanan 2200 psi, prosedur diulang, lalu baut dipasang untuk mempertahankan kuvet atas dan


(59)

bawah agar dapat beradaptasi dengan baik, kemudian dibiarkan selama 15 menit.

C. Kuring

Kuvet dimasukkan ke dalam waterbath. Pada tahap pertama, diatur suhu 70oC dan dibiarkan selama 90 menit. Selanjutnya suhu dinaikkan menjadi 100oC dan dibiarkan selama 30 menit.27 Kuvet dibiarkan hingga mencapai suhu kamar.

D. Penyelesaian

Sampel dikeluarkan dari kuvet, lalu kelebihan akrilik dibuang dan dirapikan untuk menghilangkan bagian yang tajam dengan menggunakan bur fraser dan sampel dihaluskan dengan kertas pasir waterproof berukuran 150, 400, 600, 800, dan 1000 yang dipasangkan pada rotary grinder dengan air mengalir masing-masing selama 3 menit dengan kecepatan 500 rpm, kemudian dilanjutkan dengan scotch brite brush

yang dipasangkan pada polishing motor dengan kecepatan 500 rpm dan menggunakan bubuk pumis selama 5 menit hingga mengkilat, dan dikilatkan lagi dengan polishing cloth selama 5 menit.29,30,34


(60)

3.6.3 Pengukuran Kekasaran Permukaan

a) Pengkalibrasian alat profile meter.

b) Sampel diletakkan di atas meja sejajar dengan alat profile meter dan alat

profile meter dijalankan.

c) Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali pada permukaan sampel yang dipoles. Pengukuran pertama dilakukan pada tepi sampel yang ditandai dengan spidol, kemudian alat dijalankan dan membentuk suatu garis lurus melewati titik tengah sampel. Setelah hasil pengukuran pertama dicatat, sampel diputar 900 dan alat dijalankan sehingga garis pengukuran kedua tegak lurus dengan garis pengukuran pertama. Hasil pengukuran kedua dicatat dan rata-rata dari kedua hasil pengukuran dihitung dan dicatat dengan satuan µm.

Gambar 14. Sampel yang sedang diukur kekasaran permukaannya dengan menggunakan profile meter


(61)

3.6.4 Pengukuran Penyerapan Air

1) Sampel disimpan dalam sebuah wadah kedap udara (desiccator vacuum) yang berisi silica gel pada suhu 370C selama 24 jam agar sampel kering dan tidak lembab.

2) Penyimpanan dilakukan berulang hingga sampel kering dan mengalami penurunan berat tidak melebihi 0,5 mg selama 24 jam.

3) Timbang berat sampel sebelum perendaman dengan timbangan digital (M1).

4) Sampel direndam dalam aquades dan disimpan dalam inkubator selama 7 hari pada suhu 370C.

5) Setelah 7 hari, sampel dikeluarkan dari aquades dan dibersihkan serta dikeringkan. Biarkan sampel mengering selama 20 detik.

6) Setelah 1 menit, sampel sudah dapat ditimbang dengan timbangan digital (M2).

7) Sampel disimpan kembali ke dalam desikator sampai didapat berat yang konstan. Setelah berat sampel konstan maka sampel ditimbang kembali (M3).

8) Pengukuran nilai penyerapan air berdasarkan rumus berikut:34,43

Water sorption = Keterangan :

Water sorption : nilai penyerapan air (µg/mm3)

M2 : berat sampel sesudah perendaman (µg)

M3 : berat sampel sesudah perendaman dan sesudah dikeringkan dengan desiccator vacuum (µg)

V : volume (mm3), yaitu πr2x t, dimana π = 3,14 r = jari-jari lingkaran = ½ diameter


(62)

(63)

3.7 Kerangka Operasional

Pembuatan model induk dari logam Pembuatan molddalam kuvet

RAPP + serat polietilen 1% RAPP tanpa serat / Kontrol

Polimer dicampurkan ke dalam mo-nomer yang telah disiapkan di dalam pot porselen dengan perbandingan 3 gr polimer : 1,5 ml monomer, lalu diaduk perlahan-lahan hingga

dough stage.

Serat polietilen potongan kecil ukuran 3 mm ditimbang sebanyak 0,03 gr, direndam ke dalam monomer selama 10 menit dalam suatu wadah kemudian ditiriskan, lalu dimasukkan ke dalam polimer. Setelah itu monomer ditambahkan ke dalam campuran polimer dan serat polietilen dengan perbandingan serat : polimer : monomer sebesar 0,03 gr : 2 gr : 1 ml , lalu diaduk perlahan-lahan hingga dough stage.

Pengisian resin akrilik pada mold Kuring

Penyelesaian akhir Uji kekasaran permukaan Sampel direndam dalam akuades

selama 7 hari Uji penyerapan air

Data


(64)

3.8 Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Analisis univarian untuk mengetahui nilai rata-rata dan standar deviasi masing-masing kelompok.

2. Uji - t independen untuk mengetahui pengaruh penambahan serat polietilen 1% terhadap kekasaran permukaan dan penyerapan air pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

3. Uji korelasi Pearson untuk mengetahui korelasi antara kekasaran permukaan dan penyerapan air pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat polietilen 1%.


(65)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Kekasaran Permukaan Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Tanpa dan Dengan Penambahan Serat Polietilen 1%

Nilai kekasaran permukaan bahan resin akrilik polimerisasi panas tanpa dan dengan penambahan serat polietilen 1% pada penelitian ini diperoleh dengan menggunakan alat profile meter.

Berdasarkan hasil analisis univarian untuk kekasaran permukaan dapat dilihat pada tabel 4, nilai kekasaran permukaan terkecil bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat polietilen 1% (kelompok A) adalah 0,12 µm, nilai terbesar adalah 0,16 µm, serta nilai rerata ± SD adalah 0,14 µm ± 0,01 µm. Pada tabel yang sama, dapat dilihat nilai kekasaran permukaan terkecil bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat polietilen 1% (kelompok B) adalah 0,12 µm, nilai terbesar adalah 0,16 µm, serta nilai rerata ± SD adalah 0,14 µm ± 0,01 µm.

Tabel 4. Kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa dan dengan penambahan serat polietilen 1%

No. Sampel

Kekasaran Permukaan (µm)

Tanpa Serat Polietilen 1% (A) Dengan Serat Polietilen 1% (B)

1. 0,15 0,14

2. 0,14 0,13

3. 0,14 0,14

4. 0,15 0,15

5. 0,15 0,14

6. 0,14 0,12

7. 0,13 0,12

8. 0,14 0,15

9. 0,15 0,15

10. 0,16** 0,16**


(66)

12. 0,13 0,13

13. 0,15 0,15

14. 0,12* 0,12*

15. 0,14 0,14

16. 0,15 0,15

17. 0,14 0,14

18. 0,15 0,15

19. 0,14 0,16**

20. 0,14 0,14

± SD = 0,14 ± SD = 0,01 = 0,14 ± SD = 0,01

* Nilai Terkecil ** Nilai Terbesar

4.2 Penyerapan Air Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Tanpa dan Dengan Penambahan Serat Polietilen 1%

Nilai peneyerapan air bahan resin akrilik polimerisasi panas tanpa dan dengan penambahan serat polietilen 1% pada penelitian ini diperoleh dengan menghitung selisih antara berat sampel sesudah perendaman (M2) dan berat sampel sesudah perendaman yang kemudian dikeringkan dengan desikator (M3) dibagi dengan volume (V) sampel sebesar 981,25 mm3. Pengukuran nilai penyerapan air ini dihitung dengan menggunakan rumus berdasarkan ISO 1567 : 1999.34

Berdasarkan hasil analisis univarian untuk uji penyerapan air dapat dilihat pada tabel 5, nilai penyerapan air terkecil bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat polietilen 1%(kelompok A) adalah 20,38 µg/mm3

, nilai terbesar adalah 25,48 µg/mm3, serta nilai rerata ± SD adalah 22,87 µg/mm3 ± 1,25 µg/mm3

. Nilai penyerapan air terkecil bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat polietilen 1% (kelompok B) adalah 17,32 µg/mm3, nilai terbesar adalah 21,40 µg/mm3

, serta nilai rerata ± SD adalah 20,07 µg/mm3 ± 1,24 µg/mm3


(67)

Tabel 5. Penyerapan air bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa dan dengan penambahan serat polietilen 1%

No. Sampel

Penyerapan Air (µg/mm3 )

Tanpa Serat Polietilen 1% (A) Dengan Serat Polietilen 1% (B)

1. 23,44 19,36

2. 24,46 17,32*

3. 22,42 21,40**

4. 20,38* 21,40**

5. 21,40 19,36

6. 23,44 20,38

7. 21,40 19,36

8. 22,42 21,40**

9. 22,42 21,40**

10. 23,44 21,40**

11. 23,44 18,34

12. 22,42 19,36

13. 22,42 20,38

14. 24,46 18,34

15. 22,42 19,36

16. 21,40 20,38

17. 22,42 20,38

18. 23,44 21,40**

19. 25,48** 21,40**

20. 24,46 19,36

± SD = 22,87 ± SD = 1,25 = 20,07 ± SD = 1,24

* Nilai Terkecil ** Nilai Terbesar

4.3 Pengaruh Penambahan Serat Polietilen 1% terhadap Kekasaran Permukaan Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Pengaruh penambahan serat polietilen 1% terhadap kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dianalisis dengan uji-t independen. Sebelum dilakukan pengujian dengan uji-t independen, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui bahwa data kelompok A dan B adalah normal. Hasil uji normalitas kelompok A diperoleh nilai 0,97 dengan nilai tingkat signifikansi p = 0,31 (p > 0,05), hal ini menunjukkan data kelompok A yang diperoleh normal. Hasil uji normalitas


(68)

kelompok B diperoleh nilai 0,82 dengan tingkat signifikansi p = 0,51 (p > 0,05), hal ini menunjukkan data kelompok B yang diperoleh normal.

Hasil uji-t independen terhadap kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dapat dilihat pada tabel 6, diperoleh nilai signifikansi p = 0,42 (p > 0,05), hal ini menunjukkan tidak ada pengaruh penambahan serat polietilen 1% terhadap kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

Tabel 6. Hasil uji-t independen pada kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa dan dengan penambahan serat polietilen 1%

Kelompok

Kekasaran Permukaan

p

n + SD (µm)

A 20 0,14 + 0,01

0,42

B 20 0,14 ± 0,01

Kelompok A = Kontrol (tanpa serat polietilen 1%)

Kelompok B = RAPP yang ditambah dengan serat polietilen 1%

4.4 Pengaruh Penambahan Serat Polietilen 1% terhadap Penyerapan Air Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Pengaruh penambahan serat polietilen 1% terhadap penyerapan air bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dianalisis dengan uji-t independen. Sebelum dilakukan pengujian dengan uji-t independen, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui bahwa data kelompok A dan B adalah normal. Hasil uji normalitas kelompok A diperoleh nilai 0,86 dengan nilai tingkat signifikansi p = 0,46 (p > 0,05), hal ini menunjukkan data kelompok A yang diperoleh normal. Hasil uji normalitas kelompok B diperoleh nilai 0,93 dengan tingkat signifikansi p = 0,36 (p > 0,05), hal ini menunjukkan data kelompok B yang diperoleh normal.

Hasil uji-t independen terhadap penyerapan air dapat dilihat pada tabel 7, diperoleh signifikansi p = 0,01 (p < 0,05), hal ini menunjukkan ada pengaruh


(69)

penambahan serat polietilen 1% terhadap penyerapan air bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas.

Tabel 7. Hasil uji-t independen pada penyerapan air bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa dan dengan penambahan serat polietilen 1%

Kelompok

Penyerapan air

p

n + SD (µg/mm3)

A 20 22,87 ± 1,25

0,01

B 20 20,07 ± 1,24

Kelompok A = Kontrol (tanpa serat polietilen 1%)

Kelompok B = RAPP yang ditambah dengan serat polietilen 1%

4.5 Korelasi antara Kekasaran Permukaan dan Penyerapan Air Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Dengan Penambahan Serat Polietilen 1%

Korelasi antara kekasaran permukaan dan penyerapan air bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat polietilen 1% dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Pearson untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara kekasaran permukaan dan penyerapan air. Uji korelasi Pearson dilakukan dengan memasukkan data hasil pengukuran kekasaran permukaan dan penyerapan air.

Hasil uji korelasi Pearson dapat dilihat pada tabel 8, diperoleh korelasi antara kekasaran permukaan dan penyerapan air bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat polietilen 1% adalah r = -0,31 dengan nilai signifikansi P = 0,19 (P > 0,05). Hal ini menunjukkan tidak terdapat korelasi antara kedua variabel. Pada tabel yang sama, diperoleh korelasi antara kekasaran permukaan dan penyerapan air pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas yang dengan penambahan serat polietilen 1% adalah r = 0,71 dengan nilai


(70)

signifikansi P = 0,01 (P < 0,05). Hal ini menunjukkan terdapat korelasi antara kedua variabel tersebut.

Tabel 8. Hasil uji korelasi Pearson antara kekasaran permukaan dan penyerapan air bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa dan dengan penambahan serat polietilen 1%

r P

Kekasaran permukaan dan penyerapan air pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat polietilen 1%

-0,31 0,19

Kekasaran permukaan dan penyerapan air pada bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat polietilen 1%


(71)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Metodologi Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratoris, yaitu suatu kegiatan percobaan yang bertujuan untuk mengungkapkan suatu gejala ataupun pengaruh yang timbul sebagai akibat adanya pemberian perlakuan tertentu. Penelitian ini menyelidiki adanya pengaruh antara beberapa eksperimen dengan cara memberikan perlakuan kepada satu atau lebih kelompok eksperimen, kemudian hasil dari kelompok yang telah diberi perlakuan tersebut dibandingkan dengan kelompok kontrol (kelompok yang tidak diberi perlakuan).46

5.2 Hasil Penelitian

5.2.1 Kekasaran Permukaan Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Tanpa dan Dengan Penambahan Serat Polietilen 1%

Nilai kekasaran permukaan bahan resin akrilik polimerisasi panas diperoleh dengan menggunakan alat profile meter. Pada tabel 4, terlihat bahwa nilai terkecil kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat polietilen 1% (kelompok A) adalah 0,12 µm dan nilai terbesar adalah 0,16 µm, sementara nilai terkecil kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat polietilen 1% (kelompok B) adalah 0,12 µm dan nilai terbesar adalah 0,16 µm. Nilai terkecil dan terbesar kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa dan dengan penambahan serat polietilen 1% terlihat sama.

Besar nilai rerata kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat polietilen 1% (kelompok A) adalah 0,14


(72)

µm dengan standar deviasi 0,01 µm. Nilai ini lebih besar dibandingkan dengan nilai rerata kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas pada penelitian yang dilakukan oleh Arici dkk. (2013) dan Silva dkk. (2013) yaitu 0,06 µm dan 0,10 µm.48,49 Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan perlakuan pada tahap pemolesan. Pada penelitian ini, tahap pemolesan dilakukan dengan menggunakan kertas pasir dengan ukuran 150, 400, 600, 800 dan 1000, lalu dilanjutkan dengan penggunaan bubuk pumis dan polishing cloth.29,30,34 Sedangkan pada penelitian Silva dkk. tahap pemolesan dilakukan dengan menggunakan silicone sand papers dengan ukuran 180, 320, 600, 800, 1200 dan 2000, semakin halus kertas pasir yang digunakan maka akan semakin halus pula permukaannya, lalu dilanjutkan dengan penggunaan bubuk pumis dan bubuk kapur.47-50 Kedua bahan ini memiliki sifat abrasif. Penggunaan kertas pasir yang diikuti dengan penggunaan bubuk pumis dan dilanjutkan dengan bubuk kapur dapat menghasilkan permukaan yang lebih halus.47

Besar nilai rerata kekasaran permukaan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat polietilen 1% (kelompok B) adalah sebesar 0,14 µm dengan standar deviasi 0,01 µm. Nilai ini sesuai dengan nilai kekasaran permukaan yang dipertimbangkan ideal menurut Quirynen dkk., yaitu mendekati atau kurang dari 0,20 µm.19 Hal ini dapat disebabkan oleh ikatan yang baik antara serat polietilen dengan matriks polimer resin akrilik polimerisasi panas, sehingga tidak terjadi ekstrusi serat polietilen pada permukaan basis.17,39,42,47-50

5.2.2 Penyerapan Air Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Tanpa dan Dengan Penambahan Serat Polietilen 1%

Pada tabel 5, terlihat bahwa nilai terkecil penyerapan air bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas tanpa penambahan serat polietilen 1% (kelompok A) adalah 20,38 µg/mm3 dan nilai terbesar adalah 25,47 µg/mm3

, sementara nilai terkecil penyerapan air bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dengan penambahan serat polietilen 1% (kelompok B) adalah 17,32 µg/mm3 dan nilai terbesar adalah 21,40 µg/mm3. Faktor-faktor yang


(1)

81

Lampiran 3


(2)

Lampiran 4

Surat Izin Penelitian Laboratorium Computer Numerically Controlled (CNC) Teknik Mesin Politeknik Medan


(3)

83

Lampiran 5


(4)

(5)

85

Surat Keterangan Selesai Penelitian Laboratorium

Computer

Numerically Controlled (

CNC) Teknik Mesin Politeknik Medan


(6)

Dokumen yang terkait

Kekasaran Permukaan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Perendaman Dalam Larutan Ekstrak Daun kemangi (Ocimum basilicum linn) 12,5%

11 118 60

Kekasaran Permukaan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Perendaman Dalam Larutan Cuka Apel Selama 45, 90, 135 Menit

28 190 66

Pengaruh Penambahan Serat Kaca pada Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas terhadap Kekuatan Impak dan Transversal

9 81 84

Kekasaran Permukaan Bahan Semen Ionomer Kaca Setelah Perendaman Dalam Obat Kumur Beralkohol Selama 30, 60 dan 90 Detik

4 65 54

Compressive Strength Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Penambahan Serat Kaca 1% dengan Metode yang Berbeda

3 82 58

Pengaruh Penambahan Serat Kaca Pada Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Dengan Bentuk Reparasi Berbeda Terhadap Kekuatan Transversal

2 52 96

Pengaruh Penambahan Serat Polietilen terhadap Kekasaran Permukaan dan Penyerapan Air Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas

0 0 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan 2.1.1 Pengertian - Pengaruh Penambahan Serat Polietilen terhadap Kekasaran Permukaan dan Penyerapan Air Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas

0 0 24

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Penambahan Serat Polietilen terhadap Kekasaran Permukaan dan Penyerapan Air Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas

0 0 6

Pengaruh Penambahan Serat Polietilen terhadap Kekasaran Permukaan dan Penyerapan Air Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas

0 0 15