13
Resin akrilik yang berlebihan dibuang. Lakukan pengepresan kembali sampai tidak ada lagi resin akrilik yang berlebihan. Kemudian kuvet dimasukkan ke
dalam oven ataupun waterbath pada suhu 70
o
C selama 90 menit dan ditingkatkan menjadi 100
o
C selama 30 menit. Suhu tidak boleh terlalu rendah karena dapat meningkatkan jumlah monomer sisa. Suhu pemanasan juga tidak boleh terlalu tinggi
karena dapat menyebabkan terjadinya internal porositas.
9,27
Setelah proses kuring selesai, kuvet dikeluarkan dan dibiarkan sampai mencapai suhu kamar. Kuvet dipisahkan dan resin akrilik dikeluarkan, dilakukan
penyelesaian akhir, dan pemolesan.
9,27
2.3.3 Kelebihan dan Kelemahan
Kelebihan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah:
5,7-9
1. Tidak larut dalam cairan rongga mulut 2. Temperatur pelunakan lebih tinggi daripada suhu makanan dan
minuman 3. Koefisien termal ekspansi tinggi
4. Ikatan yang baik antara basis dengan anasir gigitiruan resin akrilik 5. Tidak toksik
6. Tidak mengiritasi 7. Tidak berbau dan berasa
8. Estetis 9. Pembuatan dan pemolesan mudah
10. Murah dan mudah direparasi apabila terjadi fraktur Kelemahan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas
adalah:
8,9,26
1. Ketahanan terhadap fraktur rendah 2. Ketahanan terhadap abrasi rendah
3. Konduktivitas termal rendah 4. Adanya monomer sisa yang dapat mengakibatkan reaksi alergi
5. Dapat menyerap cairan
14
6. Dapat terjadi perubahan dimensi 7. Dapat terjadi distorsi
2.3.4 Sifat
2.3.4.1 Mekanis
a Kekuatan Impak Bila dibandingkan dengan bahan logam, resin akrilik dapat digolongkan
sebagai bahan basis gigitiruan yang lemah. Bahan resin akrilik mempunyai kekuatan impak yang rendah, yaitu sekitar 4,73 Jmm
2
.
28
Nilai kekuatan impak ini jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan resin akrilik polimerisasi panas yang ditambahkan
dengan serat karbon, yaitu 13,20 Jmm
2
ataupun yang ditambahkan dengan serat polietilen, yaitu 19,92 Jmm
2
.
29
Hal ini mengakibatkan apabila gigitiruan terjatuh pada permukaan yang keras, maka kemungkinan besar akan mengalami fraktur.
b Kekuatan Transversal Resin akrilik polimerisasi panas juga mempunyai kekuatan transversal yang
rendah apabila dibandingkan dengan resin akrilik high impact yang mempunyai kekuatan transversal sebesar 132,8 MPa.
30
Gigitiruan sering mengalami fraktur apabila menerima tekanan pengunyahan yang besar. Hal ini dapat disebabkan oleh
desain gigitiruan yang tidak baik mengakibatkan gigitiruan melengkung setiap menerima tekanan pengunyahan.
3,27
2.3.4.2 Fisis
a Konduktivitas Termal Konduktivitas termal resin akrilik polimerisasi panas kira-kira sebesar 6 x
10
-4
calgram.cm
2
. Konduktivitas termal ini cukup rendah sehingga dapat mengakibatkan masalah selama proses pembuatan gigitiruan.
8
Sifat brittle resin akrilik polimerisasi panas dapat meningkat melalui adanya pemanasan. Hal ini
mengakibatkan gigitiruan menjadi rapuh sehingga mudah terjadi fraktur.
31
15
b Porositas Basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas dapat terjadi porositas, baik
pada bagian permukaan maupun di dalam resin akrilik, biasanya cenderung terjadi pada bagian basis gigitiruan yang lebih tebal. Porositas dapat mengakibatkan
kekuatan basis gigitiruan menjadi lebih rendah. Selain itu, pembersihan gigitiruan menjadi tidak efektif sehingga gigitiruan menjadi tidak bersih dan penampilan
gigitiruan pun menjadi berkurang.
5,9,12
c Kekasaran Permukaan Beberapa peneliti menyatakan bahwa resin akrilik polimerisasi panas
memiliki permukaan yang halus dan mampu mempertahankan pemolesan yang baik selama jangka waktu pemakaian yang panjang. Kekasaran permukaan terjadi dalam
beberapa bulan setelah pemakaian gigitiruan yang merupakan awal dari perlekatan sisa makanan. Gigitiruan dengan permukaan yang kasar dapat menyebabkan
perlekatan plak bakteri.
5,12,19
2.3.4.3 Biologis
a Biokompatibilitas Syarat utama bagi seluruh bahan kedokteran gigi adalah tidak
membahayakan pasien.
3
Resin akrilik yang telah mengalami polimerisasi harus biokompatibel dengan jaringan di sekitar rongga mulut. Reaksi alergi terhadap resin
akrilik dapat terjadi, akan tetapi dalam jumlah yang kecil. Hal ini disebabkan oleh adanya monomer sisa, yang berkisar 0,4 dari gigitiruan. Batas maksimal
konsentrasi monomer sisa untuk resin akrilik polimerisasi panas menurut ISO adalah 2,2.
24
b Kolonisasi Bakteri Kemampuan basis gigitiruan dalam menyerap cairan berhubungan dengan
kemampuan mikroorganisme untuk mengkolonisasi permukaan gigitiruan, misalnya Candida albicans, terutama pada pasien dengan kebersihan rongga mulut yang
buruk.
3,7
16
2.3.4.4 Kemis
a Stabilitas Warna Yu-lin Lai dkk. 2003 mempelajari stabilitas warna dan ketahanan terhadap
stain dari nilon, silikon, serta dua jenis resin akrilik dan menemukan bahwa resin akrilik menunjukkan nilai diskolorasi yang paling rendah setelah direndam dalam
larutan kopi. Beberapa penulis juga menyatakan bahwa resin akrilik polimerisasi panas memiliki stabilitas warna yang baik.
5
b Penyerapan Air Resin akrilik menyerap air secara perlahan melalu proses difusi dan
mencapai titik keseimbangan sekitar 2 setelah periode beberapa hari atau minggu tergantung pada ketebalan gigitiruan. Difusi adalah berpindahnya suatu substansi
melalui rongga yang menyebabkan ekspansi pada resin atau melalui substansi yang dapat mempengaruhi kekuatan rantai polimer. Dari hasil klinikal menunjukkan bahwa
penyerapan air yang berlebihan dapat menyebabkan diskolorasi dan perubahan dimensi pada basis gigitiruan.
5,12
2.3.5 Kekasaran Permukaan
Kekasaran permukaan merupakan ukuran ketidakteraturan permukaan yang telah dipoles dan diukur dengan satuan micrometer
µm.
19
Permukaan yang kasar pada basis gigitiruan akrilik dapat mempermudah perlekatan kolonisasi bakteri dan
mengakibatkan terbentuknya plak gigi. Kekasaran permukaan dari bahan kedokteran gigi yang dipertimbangkan ideal oleh Quirynen dkk. dan Bollen dkk. adalah
mendekati 0,2 µm atau kurang. Untuk resin akrilik, sedikit perbedaan dari 0,2 µm dapat diabaikan.
19
Kekasaran permukaan dapat diukur dengan dua metode, yaitu metode tanpa sentuhan dan metode sentuhan. Metode tanpa sentuhan dapat diukur dengan
menggunakan interferometry, confocal microscop, variasi fokus, cahaya terstruktur, electrical capacitanc, mikroskop elektron dan photogrametry. Alat pengukuran
metode tanpa sentuhan ini memiliki keterbatasan, yaitu alat pengukuran yang mengandalkan penggunaan optik tidak dapat mengukur kekasaran yang lebih kecil
17
dari frekuensi panjang gelombang yang digunakan alat tersebut. Keterbatasan ini dapat menyulitkan untuk mengukur kekasaran dengan akurat bahkan pada benda
yang umum, karena kekasaran benda yang diukur mungkin lebih kecil daripada panjang gelombang cahaya.
32
Metode sentuhan dapat dilakukan pada pengukuran dua dan tiga dimensi. Pada pengukuran dua dimensi, stylus biasanya mengikuti suatu garis lurus di atas
suatu permukaan yang rata atau suatu garis lengkung mengelilingi suatu permukaan silindris. Panjang perjalanan stylus disebut panjang pengukuran measurement
length, sedangkan pengukuran tiga dimensi, stylus diaplikasikan untuk meneliti scan suatu daerah dua dimensi di atas suatu permukaan. Dalam beberapa kasus,
masalah utama pengukuran metode sentuhan adalah sifat fisis dari profile meter yang dapat mempengaruhi data hasil pengukuran. Stylus yang terlalu tumpul dapat
menggores permukaan yang halus, membentuk lekukan yang dalam dan dapat membulatkan permukaan yang tajam. .
32
2.3.6 Penyerapan Air