11
polimerisasi sinar memiliki kekuatan yang lebih rendah dan permukaan yang lebih kasar.
5,7,8,12
Resin akrilik swapolimerisasi merupakan resin akrilik yang mengalami polimerisasi pada suhu kamar. Resin akrilik swapolimerisasi mengandung aktivator
kimia yang berfungsi untuk mengaktifkan benzoil peroksida yang terdapat di dalam polimer sehingga dapat terjadi proses polimerisasi. Aktivator kimia yang biasanya
digunakan adalah amina tersier, contohnya adalah dimetil paratoluidin. Kekuatan resin akrilik swapolimerisasi cukup rendah, stabilitas warna dan stabilitas dimensi
kurang baik, jumlah monomer sisa yang dihasilkan lebih banyak daripada monomer sisa yang dihasilkan oleh resin akrilik polimerisasi panas.
5,8,12,24
Resin akrilik polimerisasi panas terdiri dari bubuk dan cairan dimana setelah mengalami proses pencampuran dan pemanasan akan membentuk suatu bahan yang
kaku.
8
Resin akrilik polimerisasi panas digunakan untuk hampir semua basis gigitiruan. Bahan basis gigitiruan ini memerlukan energi panas untuk proses
polimerisasi, yaitu dengan menggunakan waterbath.
12
2.3 Resin Akrilik Polimerisasi Panas
2.3.1 Komposisi
Komposisi resin akrilik polimerisasi panas dan fungsinya, yaitu:
8
a. Bubuk -
Polimetil metakrilat : polimer -
Benzoil peroksida : inisiator -
Titanium oksida : opacifier -
Dibutil pthalate : plasticizer -
Pigmen : pewarna -
Nilonakrilik : serat sintetis
12
b. Cairan - Metil metakrilat : monomer
- Hidroquinone : inhibitor untuk mencegah polimerisasi selama penyimpanan
- Etilen glikol dimetakrilat : ikatan silang
2.3.2 Manipulasi
Dilakukan penyiapan mold dalam kuvet.
12
Selanjutnya lakukan pengadukan polimer dan monomer dengan perbandingan volume 3 : 1 atau perbandingan berat 2,5
: 1. Apabila jumlah polimer terlalu banyak, maka tidak semua polimer terbasahi oleh monomer sehingga mengakibatkan resin akrilik bergranul, sedangkan apabila jumlah
polimer terlalu sedikit, maka dapat terjadi penyusutan yang besar.
9
Adonan polimer dan monomer akan melalui empat tahapan, yaitu:
9,12
1 Sandy stage, konsistensi seperti cairan berpasir. Hanya sedikit atau tidak terjadi interaksi tingkat molekuler.
2 Stringy stage, dikarakteristikkan dengan adonan berserat ketika disentuh atau ditarik. Polimer mulai larut dengan monomer.
3 Dough stage, adonan lembut dan tidak lengket pada dinding pot pengaduk resin akrilik. Merupakan tahapan yang tepat untuk memasukkannya ke
dalam mold. 4 Rubbery elastic stage, terjadi apabila adonan dibiarkan terlalu lama.
Adonan menjadi terlalu kaku seperti karet dan tidak dapat lagi dimasukkan ke dalam mold.
Selanjutnya dilakukan mould lining untuk mencegah monomer berpenetrasi ke dalam bahan mold dan berpolimerisasi di dalamnya. Selain itu, proses ini berguna
untuk mencegah cairan dari mold masuk ke dalam resin akrilik.
9
Kemudian resin akrilik dimasukkan ke dalam mold. Apabila resin akrilik yang dimasukkan terlalu
banyak, dapat menyebabkan basis gigitiruan menjadi terlalu tebal dan mengakibatkan malposisi dari anasir gigitiruan. Apabila resin akrilik yang dimasukkan terlalu sedikit,
dapat menimbulkan porositas pada bagian basis gigitiruan.
12
13
Resin akrilik yang berlebihan dibuang. Lakukan pengepresan kembali sampai tidak ada lagi resin akrilik yang berlebihan. Kemudian kuvet dimasukkan ke
dalam oven ataupun waterbath pada suhu 70
o
C selama 90 menit dan ditingkatkan menjadi 100
o
C selama 30 menit. Suhu tidak boleh terlalu rendah karena dapat meningkatkan jumlah monomer sisa. Suhu pemanasan juga tidak boleh terlalu tinggi
karena dapat menyebabkan terjadinya internal porositas.
9,27
Setelah proses kuring selesai, kuvet dikeluarkan dan dibiarkan sampai mencapai suhu kamar. Kuvet dipisahkan dan resin akrilik dikeluarkan, dilakukan
penyelesaian akhir, dan pemolesan.
9,27
2.3.3 Kelebihan dan Kelemahan