B. Kerangka Pemikiran
Kakao merupakan salah satu produk pertanian yang memiliki peranan
yang cukup nyata dan dapat diandalkan dalam mewujudkan program pembangunan pertanian, khususnya dalam penyediaan lapangan kerja,
pendorong pengembangan wilayah, peningkatan kesejahteraan petani, dan peningkatan pendapatandevisa negara. Petani merupakan individu yang
memiliki karakteristik yang berbeda – beda. Perbedaan tersebut dilihat
dari umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, sifat kekosmopolitan, luas lahan garapan, aktivitas mengikuti penyuluhan, lamanya berusahatani,
sumber informasi, keberanian mengambil resiko, prasangka interpersonal, pandangan terhadap lingkungan yang terbatas, sikap terhadap penguasa,
sikap kekeluargaan, kelemahan aspirasi, kemampuan berfikir kritis, tingkat kemajuan peradabannya, cara pengambilan keputusan, saluran
komunikasi, keadaan penyuluh, modal, dan ketersediaan sarana produksi. Hal ini yang menyebabkan perbedaan dalam menanggapi atau menerapkan
teknologi baru yang dianjurkan. Berkaitan dengan beberapa pendapat yang dikemukakan para ahli, maka dapat ditemukan faktor
– faktor yang berhubungan dengan penerapan budidaya kakao dan peningkatan
pendapatan petani. Berdasarkan pendapat Slamet 1993, Soekartawi 1988 dan hasil
penelitian Nasriati 2003 maka dapat diindentifikasi faktor –faktor yang
berhubungan dengan penerapan teknologi budidaya kakao dalam penelitian ini variabel X yaitu : luas lahan X1, sikap petani X2,
tingkat pendidikan formal X3, keberanian mengambil risiko X4, kemampuan berpikir kritis X5 dan sifat kosmopolit X6.
Luas lahan usahatani X1 adalah luas lahan yang dimiliki petani dalam
berusahatani kakao dalam satu musim. Luas lahan usahatani diduga berhubungan dengan penerapan budidaya kakao sehingga akan
berpengaruh terhadap produksi yang dihasilkan. Semakin luas lahan garapan petani maka akan semakin tinggi produksi yang akan dihasilkan,
karena petani yang memiliki lahan yang lebih luas akan berorientasi kepada pangsa pasar dan mencari keuntungan.
Sikap petani X2 diduga berhubungan dengan penerapan kakao karena
sikap seseorang dapat terlihat dari pendapat yang dikemukakan atau perilaku orang tersebut, yang cenderung menerima atau menolak sesuatu.
Tingkat pendidikan X3 diduga berhubungan dengan penerapan kakao
oleh petani. Karena dengan tingkat pedidikan yang tinggi akan menambah pengetahuan dan sikap petani untuk menentukan keputusan sendiri dalan
mengelola usahataninya. Keberanian mengambil risiko X4 diduga berhubungan dengan penerapan
kakao, keberanian petani mengambil risiko artinya dalam menghadapi kegagalan panen dan rendahnya harga kakao, petani mau mengambil
risiko untuk tetap menerapkan budidaya komoditi baru yang dianjurkan. Kemampuan berpikir kritis X5 diduga berhubungan dengan adopsi
teknologi budidaya kakao karena semakin petani berpikir kritis, maka
petani akan semakin menimbang baikburuknya dan pantastidak pantas dalam menerapkan budidaya kakao yang ditawarkan.
Sifat kosmopolit X6 diduga berhubungan dengan penerapan budidaya
kakao karena semakin petani berusaha memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam berusahatani kakao, semakin sering petani mencari
kontak dengan agen penyuluhan, maka semakin cepat petani mengadopsi teknologi baru.
Produksi Z diduga berhubungan dengan penerapan budidaya kakao
karena semakin petani menerapkan paket budidaya yang ditawarkan oleh BPTP maka semakin besar produksi yang dihasilkan oleh petani.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan penerapan budidaya kakao
disebut sebagai variabel bebas X, sedangkan yang menjadi variabel terikat Y dalam penelitian ini adalah seluruh kegiatan dalam budidaya
kakao yaitu penggunaan bibit, teknik bercocok tanam, pemupukan, pengairan, pengendalian hama penyakit, panen dan pemasaran hasil.
Variabel yang terikat oleh variabel Y adalah produksi Z. Untuk lebih jelasnya hubungan Variabel X, Variabel Y dan Variabel Z dalam
penelitian ini disajikan dalam Gambar 1.
Gambar 1. Paradigma faktor – faktor yang berhubungan dengan
penerapan budidaya kakao
C. Hipotesis