Sikap responden terhadap penerapan budidaya kakao adalah sikap sangat
setuju, setuju, ragu – raguentah, tidak setuju dan sangat tidak setuju
terhadap pernyataan – pernyataan mengenai penerapan budidaya kakao.
Dengan t
hitung
lebih besar dari t
tabel
dan diterimanya Hi, maka terdapat hubungan yang positif antara sikap petani dengan penerapan budidaya
kakao, ini membuktikan bahwa semakin responden bersikap setuju, semakin tinggi penerapan budidaya kakao responden.
3. Hubungan antara tingkat pendidikan X3 dengan penerapan budidaya kakao.
Berdasarkan hasil analisis korelasi Rank Spearman melalui program SPSS, hubungan antara sikap petani dengan penerapan budidaya kakao
diperoleh nilai
s
r
= 0,202, bila diuji dengan menggunakan rumus uji t, maka diperoleh nilai
hitung
t
= 1,399 lebih kecil dari pada
tabel
t
= 1,676 yang artinya Hi ditolak dan Ho diterima, ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan nyata antara tingkat pendidikan dengan penerapan budidaya kakao. Hubungan antara pendidikan formal dengan penerapan
budidaya kakao dapat dilihat pada Tabel 34. Tabel 34. Hubungan antara pendidikan formal X3 dengan penerapan
budidaya kakao Y Pendidikan
Formal Penerapan Budidaya
Kakao Jumlah Persentase
Rendah Sedang Tinggi Rendah
Sedang Tinggi
- -
- 17
22 1
3 4
1 20
26 2
41,67 54,16
4,17 Jumlah
40 8
48 100
Berdasarkan tabulasi silang pada Tabel 34, terdapat 22 responden 54,16 berpendidikan sedang dengan penerapan budidaya sedang,
dilihat dari pendidikan maupun dari penerapan budidaya kakao responden berpusat pada klasifikasi sedang. Ini menunjukan bahwa
tingkat pendidikan formal responden tidak berhubungan dengan penerapan budidaya kakao. Hal ini dikarenakan kegiatan penerapan
budidaya kakao tidak memerlukan spesifikasi pendidikan tertentu, dimana teknik
– teknik budidaya kakao tidak diajarkan dijenjang pendidikan formal, sehingga apapun dasar pendidikan responden baik
ditingkat pendidikan tinggi maupun rendah, tidak mempengaruhi responden dalam melaksanakan penerapan budidaya kakao.
4. Hubungan antara keberanian mengambil risiko X4 dengan penerapan budidaya kakao.
Berdasarkan hasil analisis korelasi Rank Spearman melalui program SPSS, hubungan antara keberanian mengambil risiko dengan penerapan
budidaya kakao diperoleh nilai
s
r
= 0,256, bila diuji dengan menggunakan rumus uji t, maka diperoleh nilai
hitung
t
= 1,796 lebih besar dari pada
tabel
t
= 1,676 pada taraf kepercayaan 95 yang artinya Hi diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
nyata antara keberanian mengambil risiko dengan penerapan budidaya kakao.
Keberanian mengambil risiko adalah keberanian responden dalam mencoba sesuatu yang baru dengan risiko kegagalan. Jika responden
tidak memiliki keberanian dalam mengambil risiko, maka ia tidak akan mau mencoba penerapan budidaya kakao yang ditawarkan oleh BPTP.
Dengan t
hitung
lebih besar dari t
tabel
dan diterimanya HI, maka terdapat hubungan positif antara keberanian mengambil risiko dengan penerapan
budidaya kakao. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi keberanian responden dalam mengambil risiko, maka semakin tinggi pula tingkat
penerapan budidaya kakao.
5. Hubungan antara kemampuan berpikir kritis X5 dengan penerapan budidaya kakao.