Penggunaan Bibit Teknik Bercocok Tanam

memberikan pengalamannya dalam berusaha tani. Selain informasi dari sesama petani kakao, informasi juga didapat dari PPL Penyuluh Pertanian Lapangan yang datang secara berkala untuk meninjau usahatani kakao dan pasca panen petani, tokoh – tokoh masyarakat dan para suplier sarana produksi pertanian yang sering mengadakan promosi dan demontrasi penggunaan berbagai merek dagang pestisida kepada petani. Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa petani dapat menerima informasi yang diberikan, namun belum aktif dalam mencari informasi keluar.

D. Deskripsi Variabel Terikat Y Penerapan Teknologi Budidaya Kakao

1. Penggunaan Bibit

Penggunaan bibit dalam penelitian ini adalah penggunaan bibit oleh responden, dimulai dengan pemilihan penggunaan varietas bibit, mutu, jumlah bibit hingga melihat asal bibit yang digunakan. Bibit cokelat yang baik untuk ditanam di lapangan adalah yang berumur 4 – 5 bulan, tinggi 50 – 60 cm, berdaun 20 – 45 helai dengan sedikitnya 4 helai daun tua, diameter batang 8 mm, dan sehat. Sebaran penggunaan bibit responden di Desa Bandar Agung dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Sebaran responden berdasarkan penggunaan bibit. Penggunaan Bibit skor Klasifikasi Jumlah orang Persentase 50,0 – 86,7 86,8 – 123,5 123,6 – 160 Rendah Sedang Tinggi 2 19 27 4,17 39,58 56,25 Jumlah 48 100 Modus 140 Tinggi Tabel 22 mempelihatkan 27 orang responden 56,25 memiliki skor antara 123,6 – 160 dengan modus 140 klasifikasi tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa responden menerapkan budidaya kakao sesuai dengan paket budidaya kakao yang diberikan BPTP, seperti varietas yang digunakan adalah varietas yang dianjurkan, yaitu klon ICS 13, klon ICS 60, GC 7, Hibrida, RCC 70, RCC 71, RCC 72, RCC 73 dan TSH 858 yang merupakan bibit varietas unggul nasional atau varietas lokal yang dapat beradaptasi dengan baik. Banyaknya bibit cokelat yang dibutuhkan oleh responden tergantung kepada jarak tanam yang diterapkan oleh responden. Data mengenai kebutuhan bibit menurut jarak tanam yang diterapkan oleh responden tersaji pada Tabel 23. Tabel 23. Jarak tanam dan jumlah pohon per hektar. Jarak tanam m x m Jumlah pohon per hektar 3 x 3 4 x 4 4 x 2 1.100 625 1.250 Sumber : Tumpal H.S. 2003. Tabel 23 menunjukkan bahwa hanya tiga jarak tanam yang diterapkan oleh responden, walaupun ada beberapa macam jarak tanam lainnya yang dapat diterapkan, sedangkan untuk asal bibit yang terbaik adalah yang didapat dari balai benih atau penangkar benih, namun ada juga responden yang mendapatkan dari kios saprodi, petani lain tetangga dan membibit sendiri.

2. Teknik Bercocok Tanam

Teknik bercocok tanam dalam penelitian ini adalah bagaimana responden mengerjakan pengolahan tanah, pola tanam yang diterapkan, jarak tanam, cara penanaman bibit, penyiangan serta ketersediaan alat – alat pertanian yang dibutuhkan. Sebaran teknik bercocok tanam responden di Desa Bandar Agung dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Sebaran responden berdasarkan teknik bercocok tanam. Teknik Bercocok Tanam skor Klasifikasi Jumlah orang Persentase 50 – 113,3 113,4 – 176,7 176,7 – 240 Rendah Sedang Tinggi 10 38 20,83 79,17 Jumlah 48 100 Modus 240 Tinggi Tabel 24 mempelihatkan 38 orang responden 79,17 memiliki skor antara 176,7 – 240 dengan modus 240 klasifikasi tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa responden menerapkan teknik bercocok tanam yang sesuai dengan budidaya kakao yang diberikan oleh BPTP, seperti persiapan lahan yang dikerjakan secara intensif di bajak, di garucangkul, pola tanam yang sesuai anjuran, yaitu dengan pemberian pohon pelindung pohon kelapa dan pisang, jarak tanam sesuai anjuran, 3mx3m, 4mx2m dan 4mx4m, penanaman bibit dilakukan pada awal musim hujan, bibit ditanam dengan pohon pelindung yang berfungsi secara baik intensitas cahaya 30-50 dari cahaya langsung dan lahan disekitar bibit telah bersih dari gulma dapat dengan diberikan mulsa, serta ketersediaan alat yang memadai cangkul, bajak, arit dll.

3. Pemupukan

Dokumen yang terkait

KECEPATAN DIFUSI INOVASI KOMODITAS JAGUNG HIBRIDA DI DESA BANDAR AGUNG KECAMATAN BANDAR SRIBHAWONO KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

1 5 78

PERSEPSI PETANI TERHADAP BUDIDAYA JAGUNG HIBRIDA DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI DESA BANDAR AGUNG KECAMATAN BANDAR SRIBHAWONO KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

0 11 85

ANALISIS PENDAPATAN DAN RISIKO USAHATANI JAGUNG DI DESA BANDAR AGUNG KECAMATAN BANDAR SRIBHAWONO KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

4 18 15

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERAPAN BUDIDAYA KAKAO ANGGOTA KELOMPOK TANI MAKMUR DI DESA BANDAR AGUNG KECAMATAN BANDAR SRIBAWONO KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

0 8 1

RESPON ANGGOTA KELOMPOK TANI JAGUNG (ZEA MAYS L.) TERHADAP PROGRAM FASILITASI PERCEPATAN PEMBERDAYAAN EKONOMI DAERAH (FPPED) DI DESA BANDAR AGUNG KECAMATAN BANDAR SRIBHAWONO KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

0 10 7

RESPON ANGGOTA KELOMPOK TANI JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP PROGRAM FASILITASI PERCEPATAN PEMBERDAYAAN EKONOMI DAERAH (FPPED) DI DESA BANDAR AGUNG KECAMATAN BANDAR SRIBHAWONO KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

4 36 142

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DERAJAT KECACATAN PASIEN MORBUS HANSEN DI KOTA BANDAR LAMPUNG

1 4 67

Faktor-Faktor Komunikasi yang Berhubungan dengan Keefektifan Komunikasi Kelompok Tani P4K (Kasus Penerapan P4K di Kabupaten Cianjur)

0 16 103

Analisis Kesediaan Membayar (WTP) Dan Faktor Yang Memengaruhi Petani Kakao Dalam Membayar Zakat Perkebunanan (Kasus Desa Bandar Agung, Kecamatan Bandar Sribhawono, Lampung Timur).

4 18 62

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PADA KELOMPOK TANI SRI MAKMUR DALAM BUDIDAYA PADI ORGANIK DI DESA SUKOREJO KECAMATAN SAMBIREJO KEBUPATAN SRAGEN

0 13 131