Domestic Market Obligation DMO Kebijakan Fiskal Rencana Induk Konservasi Energi Nasional RIKEN

DEWAN ENERGI NASIONAL 60 Pelaksanaan MP3EI akan dikoordinasikan oleh suatu Komite yang diketuai oleh Presiden Republik Indonesia, dimana komite ini akan bertanggung jawab untuk koordinasi dan evaluasi, identifikasi terhadap strategi dan langkah-langkah yang dilakukan dalam MP3EI tersebut.

4.2.3 Domestic Market Obligation DMO

Domestic Market Obligation adalah Kebijakan mengenai kewajiban pemenuhan pasokan energi khususnya batubara bagi kebutuhan dalam negeri domestik dengan mewajibkan bagi badan usaha swasta dan Badan Usaha Milik Negara BUMN menyerahkan hasil produksinya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Regulasi yang mengatur mengenai kebijakan Domestic Market Obligation yang telah ditetapkan oleh Pemerintah antara lain : Undang-undang Energi Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi a. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan b. Batubara Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 34 Tahun 2009 c. tentang pengutamaan pemasokan kebutuhan mineral dan batubara untuk kepentingan dalam negeri. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 2901K30 d. MEM2013 tentang Penetapan Kebutuhan dan Presentase Minimal Penjualan Batubara untuk kepentingan dalam negeri Tahun 2014.

4.2.4 Kebijakan Fiskal

Kebijakan Fiskal adalah kebijakan terkait sektor keuangan Fiskal yang mendukung sektor keenergian dengan mengatur pemberian insentif bagi pengembangan di sektor energi. Beberapa Peraturan Perundangan yang terkait dengan fiskal diantaranya adalah : 01-07 Outlook Final.indd 60 122214 5:59:23 PM 61 OUTLOOK ENERGI INDONESIA Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal a. Undang-undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi b. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan c. Batubara Undang-undang Nomor 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi d.

4.2.5 Rencana Induk Konservasi Energi Nasional RIKEN

Konservasi Energi merupakan amanat dari Undang-undang No 30 Tahun 2007 tentang Energi dan ditindaklanjuti melalui Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi. Melalui Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ESDM Nomor 14 Tahun 2012 tentang Manajemen Energi, kebijakan konservasi ini meliputi sumber daya energi yang diprioritaskan untuk diusahakan disediakan, jumlah sumber daya energi yang dapat diproduksi, dan pembatasan sumber daya energi yang dalam batas waktu tertentu tidak dapat diusahakan. Konservasi energi yang dilakukan pada tahap penyediaan energi, dan pada tahap pengusahaan energi harus dilakukan melalui perencanaan yang berorientasi pada penggunaan teknologi yang efisien; pemilihan prasarana, sarana, bahan dan proses yang menggunakan energi yang efisien; dan pengoperasian sistem yang juga efisien. Pada tahap pemanfaatan energi, pengguna energi wajib menggunakan energi secara hemat dan efisien. Pengguna energi yang menggunakan energi sama atau lebih besar dari 6.000 setara ton minyak TOE per tahun wajib melakukan konservasi energi melalui manajemen energi yang meliputi penunjukan manajer energi, penyusunan program konservasi energi, pelaksanaan audit energi secara berkala, melaksanakan rekomendasi hasil audit energi, dan pelaporan pelaksanaan konservasi energi setiap tahun kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. 01-07 Outlook Final.indd 61 122214 5:59:27 PM DEWAN ENERGI NASIONAL 62

4.2.6 Feed in Tariff FiT