Latar Belakang Zuhrina Masyithah , ST, M.Sc 5. Mersi Suriani Sinaga, ST, MT

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok yang dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat. Minyak goreng adalah minyak nabati yang telah dimurnikan dan dapat digunakan sebagai bahan pangan. Konsumsi minyak goreng biasanya digunakan sebagai media menggoreng bahan pangan, penambah cita rasa ataupun shortening yang membentuk tekstur pada pembuatan roti Ketaren, 1986 dan Susinggih, dkk 2005. Minyak goreng yang baik mempunyai sifat tahan panas, tidak merusak flavour hasil gorengan, menghasilkan produk dengan tekstur dan rasa yang bagus, asapnya sedikit setelah digunakan berulang-ulang, serta menghasilkan warna keemasan pada produk Ketaren, 1986. Sebanyak 49 dari total permintaan minyak goreng adalah konsumsi rumah tangga dan sisanya untuk keperluan industri, maupun restoran Susinggih, dkk, 2005. Zat warna dalam minyak terdiri dari dua golongan, yaitu zat warna alamiah dan warna dari hasil degradasi zat warna alamiah. Zat warna tersebut terdiri dari g dan karotein, xanthofil, klorofil, dan anthosyanin. Zat warna ini menyebabkan minyak berwarna kuning, kuning kecoklatan dan kemerah-merahan. Nur Asyiah Dalimunthe : Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi Padat, 2009 USU Repository © 2008 Asam lemak tidak jenuh seperti asam oleat, asam linoleat, dan asam linolinat terdapat dalam minyak goreng bekas merupakan trigliserida yang dapat digunakan sebagai bahan baku alternatif pembuatan sabun mandi padat menggantikan asam lemak bebas jenuh yang merupakan produk samping proses pengolahan minyak goreng Djatmiko dan Widjaja, 1973; Ketaren, 1986. Pertumbuhan jumlah penduduk dan perkembangan industri, restoran, dan usaha fastfood yang menyebabkan dihasilkannya minyak goreng bekas dalam jumlah yang cukup tinggi. Bahaya mengkonsumsi minyak goreng bekas dapat menimbulkan penyakit yang membuat tubuh kita kurang sehat dan stamina menurun, namun apabila minyak goreng bekas tersebut dibuang sangatlah tidak efesien dan mencemari lingkungan. Karena itu minyak goreng bekas dapat dimanfaatkan menjadi produk berbasis minyak seperti sabun mandi padat. Sabun mandi merupakan senyawa natrium atau kalium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak hewani berbentuk padat, lunak atu cair, dan berbusa digunakan sebagai pembersih, dengan menambahkan zat pewangi dan bahan lainnya yang tidak membahayakan kesehatan. Sabun dihasilkan oleh proses saponifikasi, yaitu hidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol dalam kondisi basa. Pembuat kondisi basa yang biasa digunakan adalah Natrium Hidroksida NaOH dan kalium Hidroksida KOH. Jika basa yang digunakan adalah NaOH, maka produk reaksi berupa sabun keras padat, sedangkan basa yang digunakan berupa KOH maka produk reaksi berupa sabun cair. Nur Asyiah Dalimunthe : Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi Padat, 2009 USU Repository © 2008 Garam dari alkali asam lemak merupakan sabun dari reaksi saponifikasi dengan cara lemak dipanaskan dengan Natrium Hidroksida NaOH sampai terhidrolisis sempurna. Pada penelitian terdahulu, Susinggih dkk 2005, telah berhasil membuat sabun Natrium Hidroksida dengan konsentrasi NaOH 32, T = 35 C dari minyak goreng bekas dengan menambahkan dekstrin 1 dan surfaktan 18 dari berat minyak goreng hasil pemurnian yang digunakan bertujuan untuk menghasilkan busa yang lebih optimum lebih banyak. Untuk proses pemurnian minyak goreng bekas, dilakukan penetralisasian minyak goreng bekas dengan mereaksikan NaOH 16 dan proses bleaching dengan menggunakan arang aktif buatan sendiri dari arang tempurung kelapa sebanyak 7 dari berat minyak goreng yang digunakan. Raskita 2008, telah melakukan penelitian pembuatan sabun Natrium Polihidroksida Stearat, pada percobaannya melakukan uji banyak busa dengan menggunakan alat shaker selama 30 detik dan 3 menit. Pada penelitian ini dilakukan percobaan dengan proses yang sama pada percobaan terdahulu, sampel minyak yang digunakan pada percobaan ini berupa minyak goreng bekas menggoreng tahu, tempe, ikan basa dan ikan asin dari rumah tangga peneliti sendiri setelah pemakaian 2 - 4 kali penggorengan tanpa penambahan dekstrin dan surfaktan. Peneliti mencoba untuk memvariasikan konsentrasi NaOH dan temperatur proses C yang digunakan, tujuannya untuk mengetahui variabel-variabel mana yang terbaik untuk proses pembuatan sabun mandi padat dan uji jumlah busa dengan menggunakan alat shaker 200 rpm selama 30 dan 60 detik, Nur Asyiah Dalimunthe : Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi Padat, 2009 USU Repository © 2008 tujuannya untuk mengetahui berapa banyak busa ml yang dihasilkan dari sabun hasil saponifikasi. Untuk proses pemurnian minyak goreng bekas, dilakukan penghilangan bumbu despicing dengan menggunakan alat kertas saring Whatman nomor 42, penetralisasian minyak goreng bekas dengan mereaksikan NaOH 15 dan proses pemucatan bleaching dengan menggunakan karbon aktif 240 dan 280 mesh sebanyak 7,5 dan 5 dari berat minyak goreng bekas yang digunakan. Menurut Cammarata dan Martin 1993, sabun buatan sendiri masih mengandung ± 25 gliserin yang dapat melembabkan, melembutkan kulit dan meminyaki sel-sel kulit. Selain itu, kualitas sabun mandi buatan sendiri dapat melebihi sabun yang dibeli di supermaket, karena selain lebih murah sabun buatan sendiri dapat dibuat sesuai keinginan, baik warna dan keharumnya.

1.2 Perumusan Masalah