Analisa Bilangan Penyabunan SV

Dari hasil pemucatan dengan karbon aktif terhadap minyak goreng bekas pada Tabel 4.2 dan 4.3 di atas diperoleh warna yang lebih jernih dari warna sebelumnya meskipun masih terdapat kotoran menyebabkan warna masih sedikit kecoklatan dilihat dari warna biru pada Lovibond menyatakan minyak masih kecoklatan keruh. Warna kecoklatan ini tidak dapat dimurnikan lagi karena karbon aktif yang digunakan telah jenuh daya adsorben telah habis untuk mengadsorben kotoran dan warna keruh pada minyak goreng bekas. Pemanfaatan minyak goreng hasil pemurnian dari minyak goreng bekas 2-4 kali pemakaian ini dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun mandi padat. Untuk warna pada sabun mandi padat yang diinginkan dapat dilakukan dengan penambahan warna makanan sehingga warna sabun yang dihasilkan sesui dengan selera tanapa mengakibatkan alergi pada kulit akibat pengaruh pewarnaan ataupun tanpa penambahan warna agar warna sabun mandi yang dihasilkan lebih alami.

4.4 Analisa Bilangan Penyabunan SV

Hubungan antara banyaknya pemakaian NaOH proses penyabunan terhadap minyak goreng hasil pemurnian dengan menggunakan karbon aktif 240 mesh sebanyak 7,5 dari berat minyak goreng bekas yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 4.5. Nur Asyiah Dalimunthe : Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi Padat, 2009 USU Repository © 2008 150 160 170 180 190 200 210 2 3 4 Banyak Pem akaian n Kali B ilan g an P en yab u n an N aO H 2 0 , T = 2 5o C N aO H 3 0 , T = 3 5o C N aO H 4 0 , T = 4 5o C N aO H 50 , T = 55o C Gambar 4.5 Kurva Bilangan Penyabunan SV Terhadap Pemakaian Minyak Goreng Hasil Pemurnian dengan Menggunakan Karbon Aktif 240 Mesh Sebanyak 7,5 dari Berat Minyak Goreng Bekas yang Digunakan Hubungan antara banyaknya pemakaian NaOH proses penyabunan terhadap minyak goreng hasil pemurnian dengan menggunakan karbon aktif 240 mesh sebanyak 5 dari berat minyak goreng bekas yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 4.6. Nur Asyiah Dalimunthe : Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi Padat, 2009 USU Repository © 2008 50 100 150 200 250 2 3 4 Banyak Pemakaian n Kali B il an g an P en yab u n an N aOH 2 0 , T = 2 5o C N aOH 3 0 , T = 3 5o C N aOH 4 0 , T = 4 5o C N aOH 50 , T = 55o C Gambar 4.6 Kurva Bilangan Penyabunan SV Terhadap Pemakaian Minyak Goreng Hasil Pemurnian dengan Menggunakan Karbon Aktif 240 Mesh Sebanyak 5 dari Berat Minyak Goreng Bekas yang Digunakan Dari Gambar 4.5 dan 46 di atas diperoleh hasil penelitian bilangan penyabunan SV tertinggi terdapat pada minyak bekas penggorengan 2 kali dari minyak goreng hasil pemurnian menggunakan karbon aktif 240 mesh sebanyak 7,5 dengan konsentrasi NaOH 50 pada temperatur 55 C sebesar 200,80 sehingga sabun terbentuk padat, ini terjadi karena saat penambahan konsentrasi NaOH dan temperatur C proses yang tinggi pada saat penyabunan dapat mengikat trigliserida Nur Asyiah Dalimunthe : Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi Padat, 2009 USU Repository © 2008 dengan sempurna NaOH dalam proses penyabunan dapat terhidrolisis dengan sempurna Hubungan antara banyaknya pemakaian NaOH proses penyabunan terhadap minyak goreng hasil pemurnian dengan menggunakan karbon aktif 280 mesh sebanyak 7,5 dari berat minyak goreng bekas yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 4.7. 50 100 150 200 250 2 3 4 Banyak Pemakaian n Kali Bi la ngan P e nyabuna n NaOH 20, T = 25oC NaOH 30, T = 35oC NaOH 40, T = 45oC NaOH 50, T = 55oC Gambar 4.7 Kurva Bilangan Penyabunan SV Terhadap Pemakaian Minyak Goreng Hasil Pemurnian dengan Menggunakan Karbon Aktif 280 Mesh Sebanyak 7,5 dari Berat Minyak Goreng Bekas yang Digunakan Nur Asyiah Dalimunthe : Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi Padat, 2009 USU Repository © 2008 Hubungan antara banyaknya pemakaian NaOH proses penyabunan terhadap minyak goreng hasil pemurnian dengan menggunakan karbon aktif 280 mesh sebanyak 5 dari berat minyak goreng bekas yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 4.8. 50 100 150 200 250 2 3 4 Banyak Pemakaian n Kali B il an g an P en yab un an NaOH 20,T = 20oC NaOH 30, T = 35oC NaOH 40, T = 45oC NaOH 50, T = 55oC Gambar 4.8 Kurva Bilangan Penyabunan SV Terhadap Minyak Goreng Hasil Pemurnian dengan Menggunakan Karbon Aktif 280 Mesh Sebanyak 5 dari Berat Minyak Goreng Bekas yang Digunakan Bilangan penyabunan SV terendah terdapat pada minyak bekas penggorengan 4 kali dari hasil pemurnian menggunakan karbon aktif 280 mesh sebanyak 5 dengan konsentrasi NaOH 20 dan temperatur 25 C dapat dilihat Nur Asyiah Dalimunthe : Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi Padat, 2009 USU Repository © 2008 pada Gambar 4.6 sebesar 158,45. Pada konsentrasi NaOH 20 dan T = 25 C pada minyak goreng hasil pemurnian untuk pembuatan sabun mandi padat tidak diperoleh sabun mandi padat karena penyabunan yang dilakukan pada suhu 25 C tidak dapat menyabunkan NaOH dengan sempurna sehingga tidak menghasilkan sabun mandi padat seperti yang diharapkan, sehingga penggunaan NaOH 20 dan T = 25 C pada proses ini termasuk dalam penetralisasian untuk menurunkan nilai asam lemak bebas dari minyak goreng bekas dengan mereaksikan asam lemak bebas tersebut dengan larutan basa NaOH. Sabun yang terbentuk pada awal proses netralisasi tersebut tidak dapat larut dalam minyak dan dapat dipisahkan dengan cara sentrifusi juga merupakan proses penghilangan bahan penyebab warna gelap. Berdasarkan Syarat Mutu Sabun Mandi yang diatur di dalam SNI 06-3532- 1994 untuk kadar bilangan penyabunan SV berkisar 196-206 Tabel 2.3. Dari hasil percobaan ini diperoleh bilangan penyabuan SV yang sesuai dengan SNI standar mutu sabun mandi Tabel 2.3 dan standar mutu minyak goreng Tabel 2.1 terdapat pada minyak goreng hasil pemurnian melalui proses pembleachingan menggunakan karbon aktif 240 mesh dan 280 mesh sebanyak 7,5 dan 5 dari berat minyak goreng yang digunakan pada minyak goreng bekas 2-4 kali pemakaian dengan menggunakan konsentrasi NaOH 30, T = 35 C; NaOH 40, T = 45 C dan NaOH 50, T = 55 C diperoleh bilangan penyabunan SV ± 197-202,64. Dari Gambar 4.5 dan Gambar 4.6 bilangan penyabunan diperoleh berdasarkan konsentrasi NaOH dan temperatur C operasi yang digunakan untuk Nur Asyiah Dalimunthe : Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi Padat, 2009 USU Repository © 2008 menyabunkan minyak goreng. Dari hasil percobaan ini diperoleh sabun mandi yang lembek lunak menggunakan NaOH 30 dan temperatur 35 C. Pada NaOH 40, T = 45 C dan NaOH 50, T = 55 C pada minyak goreng hasil pemurnian untuk pembuatan sabun mandi padat telah diperoleh hasil sabun mandi padat sesuai yang diharapkan melalui proses penyabunan, hal ini karena konsntrasi NaOH dan temperatur proses C yang digunakan telah tersabunkan semua lemak atau minyak dipanaskan dengan NaOH sampai terhidrolisis sempurna ini disebabkan pengaruh konsentrasi NaOH dan temperatur proses C yang digunakan untuk menyabunkan minyak atau lemak setelah dipanaskan menghasilkan sabun dan hasil samping berupa gliserol. Sabun mandi yang diperoleh dengan mereaksikan NaOH 50 memiliki panjang rantai atom karbon lebih dari 16 menghasilkan sabun keras dan dapat membuat iritasi pada kulit. Sabun mandi yang diperoleh dengan mereaksikan NaOH 20 memiliki panjang rantai atom karbon yang lebih kecil dari 12 sehingga sukar untuk membentuk sabun padat. Dari hasil analisa dengan menggunakan gas kromatografi pada minyak goreng murni minyak yang belum digunakan diperoleh kandungan tertinggi asam laurat C12 sebesar 0,2719 pada menit ke 1,723 dan asam oleat C18F1 sebesar 42,3013 pada menit ke 8,942 Gambar C 1. Dengan menggunakan minnyak goreng hasil pemurnian diperoleh kandungan asam laurat sebesar 0,2318 pada menit ke 1,724 dan asam oleat sebesar 42,3013 tidak jauh dari hasil minyak murni Nur Asyiah Dalimunthe : Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi Padat, 2009 USU Repository © 2008 yang belum digunakan. Kandungan asam laurat yang tinggi menghasilkan sabun mandi lembek lunak sedangkan sabun yang mengandung asam miristat dan asam palmitat yang tinggi akan menghasilkan sabun yang padat dan sabun yang mengandung asam oleat yang tinggi akan menghasilkan sabun yang keras. Pada masyrakat ekonomi kebawah sabun yang mengandung asam oleat yang tinggi sangat disukai karena harganya sangat murah dan sifat mekanisme kerja sabun yang tahan lama habis terhadap air walaupun sering digunakan namun sabun ini dapat menyebabkan iritasi pada kulit. Sabun yang mengandung asam laurat yang tinggi sangat disukai kalangan ekonomi keatas dengan harga yang sangat mahal namun bahan ini dapat melembutkan kulit meskipun sabun ini terbentuk lembek lunak sehingga mekanisme kerja sabun yang cepat habis terhadap air apabila digunakan. Sabun yang mengandung asam miristat C14 dan Asam Palmitat C16 menghasilkan sabun mandi padat juga dapat melembutkan kulit dan tidak terlalu cepat habisnya meskipun sering digunakan Cammarata, Martin,1993 dan Ketaren, 1986. Dari hasil analisa, komposisi minyak goreng hasil pemurnian dari minyak goreng bekas 2-4 kali pemakaian Lampiran C dianalisa dengan menggunakan alat kromatografi gas, namun untuk pembuatan sabun mandi padat pada percobaan ini tidak hanya bergantung dengan satu ikatan atom karbonnya saja kandungan asam lemak tetapi dari kesemua komposisi minyak tersebut yang terkandung dalam minyak goreng hasil pemurnian. Hasil kromatografi gas dilakukan untuk mengetahui persen komposisi-komposisi dari minyak goreng hasil pemurnian dari minyak goreng Nur Asyiah Dalimunthe : Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi Padat, 2009 USU Repository © 2008 bekas 2-4 kali pemakaian sehingga jika digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun mandi padat dapat diketahui kegunaan atau fungsi sabun tersebut terutama untuk kesehatan kulit sebagaimana telah dijelaskan diatas fungsi dari komposisi- komposissi yang terkandung pada minyak goreng hasil pemurnian. Dari hasil analisa kromatografi gas pada minyak goreng hasil pemurnian dari minyak goreng bekas 3 dan 4 kali pemakaian terdapat komposisi minyak yang tidak diketahui namanya yaitu terdapat pada menit ke ± 5.

4.5 Analisa Banyak Busa