Lokasi Penelitian Analisa Kadar Asam Lemak Bebas FFA 1.6

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian pemanfaatan minyak goreng bekas menjadi sabun mandi padat dilakukan di laboratorium PT. Agro Jaya Perdana, pengolahan Crude Palm Kernel Oil, Jln. Yos Sudarso KM 15,5 Medan. Penelitian ini dikerjakan selama ± 3 bulan.

3.2 Bahan dan Peralatan

3.2.1 Bahan-Bahan Pemurnian Minyak Goreng Bekas

1. Minyak goreng bekas 2. NaOH 15 3. Akuades 4. Karbon aktif 240 mesh dan 280 mesh sebanyak 5 dan 7,5 dari berat minyak goreng bekas yang digunakan.

3.2.2 Bahan-Bahan Pembuatan Sabun Mandi Padat

1. Minyak goreng hasil pemurnian 2. Natrium Hidroksida dengan konsentrasi NaOH : 20, 30, 40, 50 3. Akuades Nur Asyiah Dalimunthe : Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi Padat, 2009 USU Repository © 2008 6. Parfum non alkohol apel kadar alkohol 5 sebanyak 1 ml. 5. Pewarna makanan apple green extra nomor 2093 kadar warna 14 sebanyak 1 g.

3.2.3 Bahan-Bahan Analisa Pemeriksaan Minyak Goreng Bekas dan Minyak

Goreng Hasil Pemurnian 1. Bahan Analisa Pemeriksaan Kadar Asam Lemak Bebas FFA Minyak goreng bekas rumah tangga bekas menggoreng tahu, tempe, ikan basah dan ikan asin dan minyak goreng hasil pemurnian, Alkohol 96 yang telah dinetralkan dengan NaOH, indikator Fenoftalein, NaOH 0,1 N. 2. Bahan Analisa Pemeriksaan Iodine Value IV Minyak goreng bekas rumah tangga bekas menggoreng tahu, tempe, ikan basah dan ikan asin dan minyak goreng hasil pemurnian, Sikloheksan, Asam Asetik, Wijs Solution, Iodin 0.1 N, Akuades, Natrium Tiosulfat 0.1 N, larutan indikator Amilum tepung kanji. 2. Bahan Pemeriksaan Warna Minyak goreng bekas rumah tangga bekas menggoreng tahu, tempe, ikan basah dan ikan asin dan minyak goreng hasil pemurnian. Nur Asyiah Dalimunthe : Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi Padat, 2009 USU Repository © 2008

3.2.4 Bahan-Bahan Analisa Pemeriksaan Sabun Mandi Padat

1. Bahan Pemeriksaan Angka Penyabunan Minyak goreng hasil pemurnian, NaOH-Alkohol 0,5 N, indikator Fenoftalein, larutan HCl 0,5 N. 2. Bahan Pemeriksaan Banyak Busa Larutan sabun penyabunan.

3.2.5 Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat-alat yang umum digunakan: Buret, Gelas Ukur, Desikator, Hot Plate, Labu Erlenmeyer, Mixer, Termometer, alat Titrasi, cetakan sabun, Oven, Lovibon Model F dan alat Shaker. • Neraca analitik untuk menimbang berbagai senyawa dalam penelitian ini. • Oven digunakan untuk mengeringkan bahan dan alat yang akan digunakan. • Hot plate digunakan untuk memanaskan larutan berdasarkan suhu yang telah ditetapkan pada penelitian ini. • Kertas saring Whatman nomor 42 digunakan untuk menyaring kotoran dari minyak goreng bekas dan endapan hasil proses pemurnian. • Alat titrasi untuk proses analisa minyak goreng bekas dan minyak goreng hasil pemurnian. Nur Asyiah Dalimunthe : Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi Padat, 2009 USU Repository © 2008 • Lovibond Model F digunakan untuk mengetahui warna minyak goreng bekas dan minyak goreng hasil pemurnian. • Alat sheker 200 rpm digunakan untuk memanaskan larutan sabun penyabunan pada proses pengujian kekuatan dan stabilitas busa.

3.2.6 Rancangan Percobaan Berdasarkan Variabel Bebas

Tabel 3.1 Perlakuan Variabel Pemurnian Minyak Goreng Bekas Perlakuan Variabel Bebas Ukuran karbon aktif mesh 240 280 Berat karbon aktif dari berat minyak goreng 5 7,5 Pemakaian minyak goreng bekas n kali 2, 3, 4 Tabel 3.2 Perlakuan Variabel Bebas Sabun Mandi Padat Perlakuan Variabel Bebas Konsentrasi NaOH B V 20 30 40 50 Temperatur proses C 25 35 45 55

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Pemurnian Minyak Goreng Bekas 3.3.1.1 Proses Penghilangan Bumbu Despicing Minyak Goreng Bekas a. Ditimbang 100 g minyak goreng bekas yang akan dimurnikan kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur 1000 ml. Nur Asyiah Dalimunthe : Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi Padat, 2009 USU Repository © 2008 b. Dipisahkan minyak dari kotorannya dengan menggunakan kertas saring Whatman nomor 42.

3.3.1.2 Proses Netralisasi

a. Larutan NaOH 15 dibuat 15 g NaOH dilarutkan di dalam 100 ml air. b. Minyak goreng hasil penghilangan bumbu despicing dipanaskan pada suhu ± 40 C hangat-hangat kuku, dimasukkan larutan NaOH 15 dengan komposisi minyak : NaOH = 100 g minyak : 5 ml NaOH. c. Campuran diaduk dengan Mixer selama 10 menit, kemudian disaring dengan kertas saring Whatman nomor 42 untuk memisahkan kotoran.

3.3.1.3 Proses Pemucatan Bleaching

a. Dipanaskan minyak goreng hasil netralisasi sampai suhu 70 C. b. Karbon aktif 240 mesh atau 280 mesh sebanyak 7,5 dan 5 dari 100 g minyak goreng hasil netralisasi dimasukkan ke dalam larutan minyak goreng hasil netralisasi. c. Larutan diaduk dengan Mixer selama 60 menit dan dipanaskan pada suhu 150 C. d. Kemudian disaring dengan kertas saring Whatman nomor 42 untuk memisahkan kotoran. Minyak goreng pemurnian siap digunakan. Nur Asyiah Dalimunthe : Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi Padat, 2009 USU Repository © 2008

3.3.2 Proses Pembutan Sabun Mandi Padat

3.3.2.1 Proses Penyabunan Susinggih, dkk, 2005

a. Dibuat larutan NaOH dengan konsentrasi : 20, 30, 40, 50. b. Minyak goreng hasil pemurnian dipanaskan pada suhu proses C : 25, 35, 45, 55. c. Larutan NaOH dengan konsentrasi : 20, 30, 40, 50 dipanaskan masing- masing pada suhu proses C: 25, 35, 45, 55 kemudian dimasukkan dengan komposisi minyak : NaOH = 1 : 0,5 100 g minyak : 50 ml NaOH. d. Campuran diaduk dengan Mixer selama 45 menit. e. Parfum non alkohol apel kadar alkohol 5 dimasukkan 1 ml parfum per 100 g minyak dan pewarna makanan apple green extra nomor 2093 kadar warna 14 1 g pewarna makanan per 100 g minyak ke dalam campuran dan diaduk dengan mixer selama 5 menit. f. Larutan sabun yang telah mengental dimasukkan ke dalam cetakan sabun dan tutup dengan plastik dan dibiarkan selama sehari agar menjadi padat.

3.3.2.2 Proses Uji Banyak Busa Raskita, 2008

a. Sebanyak 50 ml larutan sabun penyabunan dimasukkan kedalam gelas ukur 250 ml lalu ditutup dengan plastik dan karet. Nur Asyiah Dalimunthe : Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi Padat, 2009 USU Repository © 2008 b. Larutan diaduk selama 30 detik dan 60 detik dengan menggunakan alat Shaker 200 rpm. c. Volume busa dicatat setelah 30 detik V O dan 60 detik V S .

3.4 Bagan Alir Penelitian

Minyak goreng bekas Pemisahan kertas saring Whatman nomor 42 Minyak goreng hasil penghilangan bumbu despicing Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Penghilangan Bumbu Despicing Minyak Goreng Bekas Nur Asyiah Dalimunthe : Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi Padat, 2009 USU Repository © 2008 Minyak goreng hasil penghilangan bumbu despicing Pemanasan ±40 C Larutan NaOH 15 minyak:NaOH = 100g:5 ml Pengadukan dengan mixer 10 menit Filtrasi Minyak goreng hasil netralisasi Gambar 3.2 Diagram Alir Netralisasi Minyak Goreng Hasil Penghilangan Bumbu Despicing Nur Asyiah Dalimunthe : Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi Padat, 2009 USU Repository © 2008 Minyak goreng hasil netralisasi Karbon aktif 240 280 mesh 7,5 5 berat minyak Filtrasi Pengadukan 60 menit dan dipanaskan ± 150 C Pemanasan ± 70 C Residu adsorben dan kotoran Minyak goreng jernih minyak goreng hasil pemucatan bleaching Gambar 3.3 Diagram Alir Proses Pemucatan Bleaching Nur Asyiah Dalimunthe : Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi Padat, 2009 USU Repository © 2008 Minyak goreng hasil penjernihan pemucatan bleaching Parfum non alkohol minyak:parfum=100g:1mL dan pewarna makanan Sabun kental Penyabunan 45 menit Larutan NaOH : 20, 30, 40, 50 Pemanasan C : 25, 35, 45, 55. Pengadukan 5 menit Pencetakan 1 hari Sabun padat Gambar 3.4 Diagram Alir Pembuatan Sabun Mandi Padat Penyabunan Nur Asyiah Dalimunthe : Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi Padat, 2009 USU Repository © 2008 50 ml larutan sabun penyabunan dimasukkan kedalam gelas ukur 250 ml ditutup dengan plastik dan karet Diaduk ± 30 detik dan 60 detik dengan alat shaker 200 rpm Volume busa dicatat setelah 30 detik dan 60 detik Gambar 3.5 Diagram Alir Proses Uji Banyak Busa 3.5 Analisa Minyak Goreng Bekas 3.5.1 Pemeriksaan Kadar Asam Lemak Bebas FFA Bilangan Asam Lemak Bebas FFA dilakukan dengan metode OACS Ca 5a- 40-1997. a. Ditimbang minyak goreng bekas dan minyak goreng hasil pemurnian masing - maing sebanyak 2 g didalam Labu Erlenmeyer 250 ml. b. Ditambahkan Alkohol 96 sebanyak 25 ml yang telah dinetralkan dengan NaOH 0,1 N, kemudian diteteskan Fenoftalein 3 tetes. Nur Asyiah Dalimunthe : Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi Padat, 2009 USU Repository © 2008 c. Dititrasi dengan NaOH 0,1 N tetes demi tetes melalui buret hingga muncul warna merah jambu, yang tidak akan berubah selama 15 detik. Hasilnya dihitung dengan rumus : Kadar asam lemak bebas FFA = 100 100 x g contoh bobot x BM x NaOH N x NaOH ml ...................1

3.5.2 Pemeriksaan Iodine Value IV

Bilangan iodin IV dilakukan dengan metode OACS Cd 1 – 25 -1993. a. Ditimbang minyak goreng bekas dan minyak goreng hasil pemurnian sebanyak ± 1 g di dalam labu erlenmeyer ukuran 500 ml. b. Ditambahkan pelarut campuran Asam Asetat - Sikloheksan 1:1 sebanyak 15 ml dan ditambahkan Wijs Solution 12,5 ml, kemudian disimpan di dalam ruang gelap selama ± 60 menit. c. Kemudian ditambahkan larutan Iodin 0,10 N sebanyak 10 ml dan ditambahkan juga 100 ml Akuades, kemudian dititrasi dengan larutan standard Natrium Thiosulfat 0,1 N hingga warna kuning hampir hilang. d. Ditambahkan sebanyak 1 ml indikator Amilum tepung kanji sehingga larutan berubah menjadi biru kehitaman, kemudian titrasi dilanjutkan hingga hilangnya warna hitam yang menandakan titik akhir titrasi telah tercapai. e. Hasilnya dapat dihitung dengan rumus : Nur Asyiah Dalimunthe : Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi Padat, 2009 USU Repository © 2008 Iodine Value IV = Sample Berat F x S B − …………….2 Dimana: B = Titrasi dari blanko ml Natrium Tiosulpat S = Titrasi dari sampel ml Natrium Tiosulpat F = Normalitas Natrium Tiosulpat x 12,69

3.5.3 Pemeriksaan Warna Colour

Pemeriksaan warna dilakukan dengan menggunakan alat Lovibond Tintometer Model F, terdiri dari gelas-gelas berwarna 3 bagian yaitu warna merah red R, kuning yellow Y dan biru blue B. a. Dihubungkan alat Tintometer Lovibond model F dengan sumber arus listrik. b. Dimasukkan minyak goreng bekas dan minyak goreng hasil pemurnian ke dalam kuvet 5 4 Lovibond Cell sampai hampir penuh. c. Dimasukkan ke dalam alat tintometer pada posisi yang di sesuaikan dengan jarak kemudian ditekan tombol power pada posisi on. d. Diamati warna pada lensa atau gelas-gelas berwarna yang terdiri dari 3 bagian yaitu warna merah red R, kuning yellowY dan biru blueB. Nur Asyiah Dalimunthe : Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi Padat, 2009 USU Repository © 2008 3.6 Analisa Pembuatan Sabun Mandi Padat 3.6.1 Pemeriksaan Bilangan Penyabunan Bilangan penyabunan dilakukan dengan metode OACS Cd 3b-76-2001. a. Ditimbang 1 g larutan sabun padat penyabunan dan dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer. b. Ditambahkan 25 ml NaOH-Alkohol 0,5 N dan direfluks selama 30 menit. c. Didinginkan dan ditambah 3 tetes indikator Fenoftalein kemudian dititrasi dengan larutan HCl 0,5 N hingga warna lembayung hilang. d. Dicatat volume HCl 0,5 N yang dipakai dan dihitung bilangan penyabunan dengan rumus : Bilangan Penyabunan SV = 1 , 56 g sampel Massa x HCl N x titrasi V blanko V − ....................................3

3.6.2 Pemeriksaan Uji Banyak Busa

a. Sebanyak 50 ml larutan sabun hasil penyabunan dimasukkan ke dalam gelas ukur 250 ml lalu ditutup dengan plastik dan karet. b. Larutan diaduk selama 30 detik dan 60 detik dengan menggunakan alat Shaker 200 rpm. c. Volume busa dicatat setelah 30 detik V O dan 60 detik V S . Nur Asyiah Dalimunthe : Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi Padat, 2009 USU Repository © 2008 d. Stabilitas busa ditunjukkan sebagai perbandingan dari volume busa pada 60 detik dan 30 detik. e. Hasilnya dapat dihitung dengan rumus : V B = V S V O ....................................4 Dimana : V B = Volume busa V S = Volume busa pada detik ke 60 V O = Volume busa pada detik ke 30 Nur Asyiah Dalimunthe : Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi Padat, 2009 USU Repository © 2008 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Kadar Asam Lemak Bebas FFA

Gambar 4.1 di bawah ini menunjukkan hubungan antara asam lemak bebas FFA terhadap pemakaian minyak goreng bekas menggoreng tahu, tempe, ikan basah dan ikan asin.

0.2 0.4

0.6 0.8

1 1.2

1.4 1.6

1.8 2 3 4 Banyak Pemakaian n Kali A sam L emak B eb as Gambar 4.1 Kurva Kadar Asam Lemak Bebas FFA Terhadap Pemakaian Minyak Goreng Bekas Dari Gambar 4.1 diatas dapat dilihat bahwa kadar asam lemak bebas FFA tertinggi terjadi pada minyak goreng bekas 4 kali pemakaian sebesar 1,61 dan kadar terendah terdapat pada minyak goreng bekas 2 kali pemakaian sebesar 1,06. Pada grafik diatas dapat dilihat, bahwa kadar asam lemak bebas perlakuan yang satu dengan yang lainnya sangatlah berbeda. Minyak goreng bekas dengan 4 Nur Asyiah Dalimunthe : Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi Padat, 2009 USU Repository © 2008 kali pemakaian lebih besar kadar asam lemak bebasnya dibandingkan dengan minyak goreng bekas 2 atau 3 kali pemakaian. Hal ini terjadi dikarenakan selama penggorengan, minyak goreng bekas 4 kali pemakaian lebih sering mengalami pemanasan dengan suhu berkisar 170 C dalam waktu 7 menit sehingga bau pada minyak goreng menjadi tengik dan terbentuknya gelembung - gelembung pada penggorengan menandakan telah terjadinya proses oksidasi dengan tingkat tinggi lebih besar yang mengandung asam lemak tidak jenuh rendah sehingga meghasilkan banyak asam lemak bebas FFA yang ditandai dari rasa getir rasa pahit, rasa kelat pada minyak goreng. Menurut Ketaren 1986, selama penggorengan minyak goreng yang mengalami pemanasan pada suhu 170 C - 205 C dalam waktu lama yang menyebabkan terjadinya proses oksidasi, hidrolisis dan polimerisasi menghasilkan senyawa hasil degradasi minyak seperti keton, aldehid dan polimer. Oksidasi minyak menghasilkan senyawa aldehida, keton, hidrokarbon, alkohol, lakton serta senyawa aromatis yang mempunyai bau tengik dan rasa getir. Pembentukan senyawa polimer selama proses menggoreng terjadi karena reaksi polimerisasi asam lemak tidak jenuh, terbukti dengan terbentuknya bahan menyerupai gum gelembung di dasar tempat penggorengan Ketaren, 1986 . Selain itu, minyak goreng mengandung karoten, tokoferol dan alkohol dalam jumlah yang kecil. Senyawa ini dapat membuat kadar asam lemak bebas menjadi tinggi jika terurai dan dapat mengganggu kesehatan, untuk mengurangkan senyawa - senyawa tersebut dapat dilakukan dengan proses pemurnian Tim penulis, 1992. Nur Asyiah Dalimunthe : Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi Padat, 2009 USU Repository © 2008 Sebagian besar lemak dalam makanan dan minyak goreng berbentuk trigliserida asam palmitatC16, asam oleatC18F1 dan asam linoleatC18F2, jika terurai akan menjadi satu gliserol molekul dan tiga molekul asam lemak bebas yang banyak maka asam lemak bebas yang dihasilkan akan tinggi Morton danVarela, 1988. Ketaren 1986 dan Susinggih 2005 menyatakan, pada proses netralisasi asam lemak bebas direaksikan dengan NaOH seolah akan terbentuk sabun, namun sabun yang terbentuk pada awal proses ini tidak dapat larut dalam minyak dan dapat dipisahkan dengan cara sentrifusi. NaOH yang digunakan pada proses netralisai pada umumnya NaOH dengan konsentrasi yang kecil 25. Pemucatan yang baik digunakan adalah karbon aktif dibandingkan dengan adsorben yang lain bleaching eart karena karbon aktif harganya lebih murah juga memiliki daya serap warna keruh yang tinggi optimal pada minyak goreng bekas sehingga minyak menjadi lebih jernih dan dapat menghilangkan bau pada minyak goreng bekas. Selain itu, pengolahan dengan karbon aktif dapat meningkatkan kualitas minyak karena asam lemak bebasnya akan terserap oleh karbon aktif Subagio, 1998. Hubungan antara banyaknya pemakaian karbon aktif terhadap asam lemak bebas FFA setelah dilakukan pemurnian dapat dilihat pada Gambar 4.2. Nur Asyiah Dalimunthe : Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi Padat, 2009 USU Repository © 2008

0.1 0.2

0.3 0.4

0.5 0.6

0.7 2 3 4 Banyak Pemakaian n Kali A sam Lem ak B e bas Karbon Aktif 240 mesh = 7.5 Karbon Aktif 240 mesh = 5 Karbon Aktif 280 mesh = 7.5 Karbon Aktif 280 mesh = 5 Gambar 4.2 Kurva Kadar Asam Lemak Bebas FFA Terhadap Pemakaian Minyak Goreng Hasil Pemurnian dengan Menggunakan Karbon Aktif Pada penelitian ini, untuk menurunkan kadar asam lemak bebas pada minyak goreng bekas dilakukan proses pemurnian dengan tahap penghilangan bumbu despicing, netralisasi, dan pemucatan bleaching. Penghilangan bumbu bertujuan untuk mengurangkan kotoran-kotoran bumbu makanan yang dimasak terdapat di dalam minyak goreng bekas dengan menyaringgnya pada kertas saring Whatman nomor 42 kemudian tahap penetralisasian yang tujuan untuk menurunkan kadar asam lemak bebas FFA pada minyak goreng bekas dengan mereaksikan minyak goreng bekas tersebut dengan NaOH 15 dan tahap pemucatan bleaching dengan menggunakan karbon aktif 240 dan 280 mesh sebanyak 7,5 dan 5 dari berat minyak goreng yang digunakan. Gambar 4.2 di atas setelah dilakukan proses pemurnian, terjadi penurunan kadar asam lemak bebas FFA, terdapat pada minyak goreng bekas 2 kali pemakaian Nur Asyiah Dalimunthe : Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi Padat, 2009 USU Repository © 2008 dengan menggunakan karbon aktif 240 mesh sebanyak 7,5 FFA = 0,11, karbon aktif 240 mesh sebanyak 5 FFA = 0,15 , karbon aktif 280 mesh sebanyak 7,5 FFA = 0,16, karbon aktif 280 mesh sebanyak 5 FFA = 0,20 . Selain dengan menggunakan NaOH 15 pada proses netralisasi, penggunaan karbon aktif 240 mesh sebanayak 7,5 dari berat minyak goreng bekas juga dapat menurunkan kadar asam lemak bebas dan meningkatkan kualitas minyak karena karbon aktif tersebut dapat menyerap trigliserida berupa asam palmitatC16, asam oleatC18F1 dan asam linoleatC18F2 yang terurai saat proses pemanasan minyak goreng pada saat. Minyak goreng bekas yang digunakan dengan pemakaian lebih sedikit yaitu 2 kali pemakaian mengalami proses oksidasi lebih kecil sehingga minyak goreng bekas yang dimurnikan dengan NaOH 15 lebih mudah bekerja untuk menurunkan kadar asam lemak bebas dibandingkan dengan minyak goreng bekas pemakaian 3 dan 4 kali. Dari Gambar 4.2 di atas, hasil analisa asam lemak bebas minyak goreng hasil pemurnian ini telah sesuai dengan syarat mutu sabun mandi yang ditetapkan SNI 06- 532-1994 bahwa untuk kadar asam lemak bebas FFA 2,5 pada Tabel 2.3. Berdasarkan percobaan Cammarata dan Martin 1993, bahwa minyak goreng hasil pemurnian yang mengandung kadar asam lemak bebas 2,5 masih memiliki ± 25 gliserin berfungsi untuk melembabkan, melembutkan dan meminyaki kulit sehingga baik untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun mandi, Nur Asyiah Dalimunthe : Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi Padat, 2009 USU Repository © 2008 sedangkan pada industri gliserinnya diambil untuk dijual terpisah karena harganya lebih mahal. Hasil minyak goreng bekas yang telah dimurnikan pada percobaan ini memiliki kadar asam lemak bebas 2,5 keseluruhannya dapat digunakan sebagai bahan pembuatan sabun mandi padat melalui proses penyabunan dengan penambahan NaOH sesuai dari pernyataan Cammarata dan Martin 1993, namun tidak semua variabel konsentrasi NaOH yang digunakan pada percobaan ini dapat menghasilkan sabun mandi padat karena NaOH yang pada proses penyabunan tidak semua terhidrolisis sempurna.

4.2 Analisa Bilangan Iodin IV