pelarutan yang terbaik adalah dengan menambahkan adsorben berupa karbon aktif sebanyak 10 dari bahan minyak goreng bekas yang digunakan. Adsorben dilarutkan
dalam minyak selama 1-1,5 jam pada suhu 150 C, kemudian minyak disaring.
Keuntungan penggunaan karbon aktif sebagai bahan pemucat minyak goreng bekas karena lebih efektif untuk menyerap warna dibandingkan dengan adsorben lain
bleaching earth, zeolit, sehingga arang aktif dapat digunakan dalam jumlah yang kecil Ketaren, 1986 dan Tini 1994.
2.7 Sabun Mandi Padat
Sabun merupakan garam logam alkali biasanya garam natrium dari asam - asam lemak, terutama mengandung garam C
16
asam palmitat dan C
18
asam stearat namun dapat juga mengandung beberapa karboksilat dengan bobot atom lebih rendah
Fessenden, 1994 dan Ketaren, 1986. Sabun dihasilkan dari proses saponifikasi, yaitu hidrolisis lemak menjadi
asam lemak dan gliserol dalam NaOH minyak dipanaskan dengan NaOH sampai terhidrolisis sempurna. Asam lemak yang berikatan dengan natrium ini dinamakan
sabun. Hasil lain dari reaksi saponifikasi ialah gliserol, selain C
12
dan C
16
, sabun juga disusun oleh gugus asam karboksilat Ketaren 1986.
Sifat-sifat sabun yang dihasilkan ditentukan oleh jumlah dan komposisi dari komponen asam-asam lemak yang digunakan yang sesuai dalam pembuatan sabun
dibatasi panjang rantai dan tingkat kejenuhan. Pada umumnya, panjang rantai yang kurang dari 12 atom karbon dihindari penggunaanya karena dapat membuat iritasi
Nur Asyiah Dalimunthe : Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi Padat, 2009 USU Repository © 2008
pada kulit, sebaliknya panjang rantai yang lebih dari 18 atom karbon membentuk sabun yang sangat sukar larut dan sulit menimbulkan busa.
Syarat mutu sabun mandi yang ditetapkan SNI 06 - 3532 - 1994 dapat di lihat pada Tabel 2.3 di bawah ini.
Tabel 2.3 Syarat Mutu Sabun Mandi
No Uraian Tipe
I Sabun Padat
Tipe II Sabun Cair
1 2
3
4
5 Kadar air
Jumlah asam lemak Alkali bebas
- dihitung sebagai NaOH - dihitung sebagai KOH
Asam lemak bebas atau lemak netral
Bilangan penyabunan Maks. 15
70
Maks. 0,1 Maks. 0,14
2,5
196 – 206 Maks. 15
64 - 70
Maks. 0,1 Maks. 0,14
2,5
196 - 206 Sumber : SNI 06 - 3532 – 1994
Keterangan Tabel 2.3 : Tipe I sabun padat dengan menggunakan NaOH
Tipe II sabun cair dengan menggunakan KOH Sumber lemak dan minyak yang digunakan sebagai bahan dasar sabun dapat
berasal dari hewani lemak babi dan lemak sapi maupun dari nabati tumbuhan kelapa, palem dan minyak zaitun. Alkali yang digunakan pada percobaan ini adalah
larutan NaOH yang dapat membuat sabun menjadi padat, sedangkan alkali yang diguanakan untuk membuat sabun cair digunakan larutan KOH Ketaren, 1986.
Nur Asyiah Dalimunthe : Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas Menjadi Sabun Mandi Padat, 2009 USU Repository © 2008
Sabun mandi bisa ditambah dengan susu, madu, parfum dan berbagai jenis filler yang lain tergantung tujuan. Sabun untuk mencuci merupakan sabun yang
sedikit larut dalam air, tetapi tidak larut dalam pelarut lemak, seperti gasoline, eter dan benzena Fessenden, 1994 dan Ida, 2005.
Terlalu besar bagian asam-asam lemak tidak jenuh menghasilkan sabun yang mudah teroksidasi bila terkena udara. Alasan-alasan di atas, faktor ekonomis, dan
daya jual menyebabkan lemak dan minyak yang dapat dibuat menjadi sabun terbatas Ketaren, 1986 dan Parasuram, 1995.
Reaksi saponifikasi dan struktur dasar senyawa sabun yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini Fessenden, 1994 dan Ketaren, 1986.
O ||
CH
2
– O – C – R CH
2
– OH O
|| Dipanaskan
CH
2
– O – C – R + 3NaOH 3RCOONa + CH
2
– OH O
|| CH
2
– O – C – R CH
2
– OH
Ester Natrium Hidroksida Garam Natrium Alkohol Minyak atau lemak alkali Asid Lemak Sabun Gliserol
Gambar 2.1 Reaksi Saponifikasi
2.8 Alasan Membuat Sabun Mandi Padat Sendiri