43
3.2.8.1 Drainase Primer
Sebagai drainase primer kota Pematangsiantar adalah sungai Bah bolon. Di samping sungai Bah Bolon ada lagi sungai Bah biak, Bah Kapul, Sungai Bah Kaehan
Gambar 3.4a dan 3.4b. Kondisi sungai sungai ini terutama sungai Bah bolon yang terbentang dari Barat ke Timur kota Pematangsiantar memiliki lebar kurang lebih 31
meter dan dalam 6 meter yang sanggup menampung air dari seluruh saluran dan paling dominan sebagai saluran pembuang. Demikian juga kota Pematangsiantar
memiliki sistem penggelontoran spoleading yang berfungsi membersihkan saluran dan terbagi dalam dua bagian yakni 1 Untuk spoleading kawasan Cornel
Simanjuntak air diambil dari sungai Bah biak dimana air dibendung terlebih dulu untuk irigasi persawahan lalu dilanjutkan untuk spoleading pada kawasan Siantar
Selatan; 2 Untuk spoleading Rajawali air diambil dari sungai Bah kadang untuk kawasan Siantar Barat, Siantar Utara, dan Siantar Timur.
3.2.8.2 Drainase Sekunder Drainase sekunder adalah sistim drainase disepanjang badan jalan di kota
Pematangsiantar yang umumnya merupakan drainase tertutup Gambar 3.5a dan 3.5b. Drainase ini umumnya ditutup karena berfungsi juga sebagai trotoar jalan
seperti di Jalan Malanton Siregar, Jalan Laguboti, Jalan Narumonda bawahatas, Jalan Sibolga, Jalan Toba, Jalan Gereja, Jalan Diponegoro, Jalan Sutomo dan, Jalan
Merdeka. Dengan laju pertambahan penduduk dimensi saluran yang ada sudah tidak dapat lagi menampung air dari aliran tersier terlebih pada saat hujan turun dimana air
Tiurma Elita Saragi: Tinjauan Manajemen Sistem Drainase Kota Pematang Siantar, 2007. USU e-Repository © 2008
44 meluap ke jalan dan menyebabkan banjir. Drainase sekunder kota Pematangsiantar
136,40 km dengan kondisi 60 rusak. sumber: Pematangsiantar dalam angka tahun 2003
3.2.8.3 Drainase Tersier
Drainase tersier di kota Pematangsiantar adalah saluran yang berasal dari kawasan perumahan atau industri yang menampung langsung limbah rumah tangga
atau limbah industri dan mengalirkannya ke saluran sekunder. Drainase ini biasanya disebut juga dengan drainase lokal. Drainase ini ada yang terbuka tanah langsung
dikeruk dengan lebar tertentu atau dengan riol terbuka. Ada juga drainase yang tertutup dibangun dengan menggunakan riol tertutup. Tetapi pada umumnya
masyarakat kota Pematangsiantar masih menggunakan drainase tersier terbuka. Kondisi drainase tersier saat ini sudah tidak dapat lagi menampung debit air hujan
karena sedimen maupun sampah yang selalu menumpuk dalam saluran terlihat pada beberapa lokasi di pusat kota Pematangsiantar. Kondisi saluran tertier yang penuh
sedimen dapat dilihat pada Gambar terlampir. Drainase tertier yang ada di kota Pematangsiantar sepanjang 363 km dengan kondisi 50 rusak. sumber :
Pematangsiantar dalam angka tahun 2003
Tiurma Elita Saragi: Tinjauan Manajemen Sistem Drainase Kota Pematang Siantar, 2007. USU e-Repository © 2008
45 Gambar 3.4a: Peta drainase Primer-1
Tiurma Elita Saragi: Tinjauan Manajemen Sistem Drainase Kota Pematang Siantar, 2007. USU e-Repository © 2008
46 Gambar 3.4b: Peta drainase Primer-2
Tiurma Elita Saragi: Tinjauan Manajemen Sistem Drainase Kota Pematang Siantar, 2007. USU e-Repository © 2008
47 Gambar 3.5a: Peta drainase Sekunder-1
Tiurma Elita Saragi: Tinjauan Manajemen Sistem Drainase Kota Pematang Siantar, 2007. USU e-Repository © 2008
48 Gambar 3.5b: Peta drainase sekunder-2
Tiurma Elita Saragi: Tinjauan Manajemen Sistem Drainase Kota Pematang Siantar, 2007. USU e-Repository © 2008
49
3.2.9 Jembatan dan Gorong-gorong