35 Pematangsiantar masih terkonsentrasi pada pusat kota Kecamatan Siantar utara dan
terjarang di Kecamatan Siantar marihat. Penduduk kota Pematangsiantar adalah mayoritas suku batak simalungun, toba, karo dan mandailing disamping suku lain
yang menyebar di setiap kecamatan. Jumlah penduduk usia produktif di kota Pematangsiantar mencapai 28,61 dari 17,643 orang angkatan kerja. Data mengenai
pola pergerakan penduduk kota Pematangsiantar baik internal di lingkungan kota Pematangsiantar maupun eksternal keluar dari kota menuju lokasi lain belum
diperoleh secara rinci. Namun berdasarkan rencana tata ruang wilayah Sumatera Utara terlihat bahwa penduduk kota Pematangsiantar melakukan migrasi keluar dari
kota Pematangsiantar dan beorientasi ke kota Medan sebagai ibukota propinsi, baik untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi atau pendidikan yang lebih baik,
bekerja, rekreasi maupun untuk kegiatan lain.
3.2.5 Air Bersih
Keperluan akan air bersih di kota Pematangsiantar dilayani oleh PDAM Tirta Uli dengan jumlah pelanggan pada tahun 1999 sejumlah 39.446 pelanggan dan pada
tahun 2000 naik menjadi 41.772 pelanggan atau mengalami peningkatan sebanyak 5,89 dari tahun 1999. Jumlah rumah tangga di kota Pematangsiantar 54.281 rumah
tangga, sementara yang menikmati air hanya 40.116 rumah tangga 73,90. Jadi yang masih belum menikmati air bersih untuk kepentingan rumah tangga yang
bersumber dari PDAM ada 14.165 rumah tangga sumber: Pematangsiantar dalam angka tahun 2000. Sementara sumber airnya berasal dari mata air dan air sumur
Tiurma Elita Saragi: Tinjauan Manajemen Sistem Drainase Kota Pematang Siantar, 2007. USU e-Repository © 2008
36 dalam dengan cara pengaliran gravitasi dan pompanisasi. Dengan menggunakan data
perkembangan penduduk berdasarkan pendistribusian maka dapat diperkirakan berapa volume kebutuhan air bersih. Ketersediaan air bersih dimanfaatkan juga bagi
keperluan rumah tangga dan kebutuhan non rumah tangga, perdagangankomersil, perkantoran dan sarana sosial lainnya.
3.2.6 SampahLimbah
Masalah sampahlimbah merupakan masalah yang sangat kompleks dan dapat mengakibatkan masalah wabah penyakit kalau tidak ditangani dengan benar.
Sampahlimbah adalah zat-zat atau benda-benda yang sudah tidak terpakai lagi, baik berupa buangan yang berasal dari rumah tangga maupun dari pabrik sebagai sisa
proses industri. Sampah dapat dibagi menjadi beberapa golongan antara lain:
1. Human Excreta, merupakan bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia meliputi tinja faces, air seni urine.
2. Seewage, merupakan air limbah yang dibuang oleh pabrik maupun rumah tangga Contoh: bekas air cucian pakaian yang masih mengandung larutan deterjen
3. Refuse, merupakan bahan pada sisa proses industri atau hasil sampingan kegiatan rumah tangga
4. Industrial Waste, merupakan bahan-bahan buangan dari sisa-sisa proses industri Apabila sampah sampah limbah tersebut diatas dibuang dengan sembarang
pada saluran-saluran drainase yang dapat menyebabkan menyebarnya wabah penyakit
Tiurma Elita Saragi: Tinjauan Manajemen Sistem Drainase Kota Pematang Siantar, 2007. USU e-Repository © 2008
37 dan terjadinya banjir pada daerah tersebut. Kesadaran penduduk kota
Pematangsiantar mengenai masalah sampah masih kurang, ini dapat kita lihat di beberapa wilayah. Ini merupakan suatu sikap yang kurang baik dari penduduk kita
yaitu kurangnya kesadaran akan kebersihan. Kondisi yang sama juga terjadi pada kecamatan Siantar barat, kecamatan Siantar selatan, kecamatan Siantar utara. Untuk
penanganan sampahlimbah perlu mendapat penanganan yang serius. Diharapkan kerja sama antara pihak pemerintah kota dengan masyarakat setempat.
3.2.7 Kondisi Drainase Kota Pematangsiantar Sistim drainase kota Pematangsiantar menggunakan cara kerja gravitasi
bumi, air mengalir dengan sendirinya dengan kemiringan yang memang sudah memadai yaitu 0-15, diharapkan sistim drainase dan cara kerja drainase itu dapat
bekerja dengan semestinya air tidak meluap dan dapat mengalir ke saluran primer tanpa menyebabkan banjir di badan jalan ataupun di daerah pemukiman. Tetapi
melihat kondisi yang sekarang banyak daerah pemukiman, badan jalan yang mengalami banjir di saat hujan menunjukkan bahwa kemiringan yang ada sudah tidak
memadai lagi. Untuk itu disamping pendimensian ulang juga perlu merubah kemiringan dari saluran itu sendiri mulai dari saluran tersier ke saluran sekunder
kemudian ke saluran primer. Diharapkan dengan kemiringan tertentu mis: 5 maka air, sampah dan limbah lain dapat mengalir dengan lancar mengikuti gravitasi
sehingga saat hujan turun sampah tidak lagi menghambat aliran air.
Tiurma Elita Saragi: Tinjauan Manajemen Sistem Drainase Kota Pematang Siantar, 2007. USU e-Repository © 2008
38
3.2.7.1 Data Primer
Deskripsi studi dan hasil survey langsung ke lapangan, kota Pematangsiantar sudah memiliki sistem drainase yang baik yang dibangun pada zaman Belanda
dahulu, antara lain di Jalan Dr. Wahidin saluran dengan riol berdiameter kira-kira 1 m lebih dan bak kontrol dari besi yang membuang air ke sungai Bah bolon dibangun
pada tahun 1918, Jalan Merdeka, Jalan Sutomo, Pajak Horas ada spoleading namun tidak difungsikan dengan baik. Dalam hal ini sebenarnya sistem drainase yang ada
bukan hanya untuk mengalirkan air hujan atau hanya menampung air limbah dari pemukiman ataupun kawasan industri saja, tetapi sistim yang ada juga berfungsi
sebagai sarana untuk penggelontoran kota sediment transportation. Tetapi sekarang sistim ini kurang berfungsi sebagaimana mestinya disebabkan oleh daya tampung
saluran, kemiringan dasar saluran, penyempitan saluran dimana saluran ditutup oleh masyarakat dengan mendirikan kios, endapan atau timbunan sampah dalam saluran,
juga bangunan penunjang drainase yang ada seperti gorong-gorong tersumbat, jalan masuk air dari jalan ke drainase street inlet tidak lancar, bangunan pintu air kurang
dirawat, dan bangunan penunjang lainnya, data ini diperoleh dari melakukan observasi visual lapangan. data primer terlampir.
3.2.7.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah dengan mereview data-data yang diperoleh dari institusi dan lembaga yang mengeluarkan data yang berhubungan dengan penelitian
yang dilakukan, yaitu :
Tiurma Elita Saragi: Tinjauan Manajemen Sistem Drainase Kota Pematang Siantar, 2007. USU e-Repository © 2008
39 a.
Data lokasi genangan di kota Pematangsiantar direview dari laporan titik lokasi genangan yang dicatat dari Dinas Pekerjaan Umum Kota
Pematangsiantar. b.
Data curah hujan direview dari data curah hujan maksimum yang terjadi selama kurun waktu tertentu yang dibutuhkan, yang diperoleh
dari hasil pencatatan Badan Pusat statistik. c.
Data Manajemen drainase kota Pematangsiantar Gambar 3.2 d.
Data Drainase primer, sekunder dan tertier kota Pematangsiantar Gambar 3.4a, 3.4b dan Gambar 3.5a dan 3.5b
e. Data tencana tata ruang Kota Pematangsiantar Gambar 3.6
f. Data sistem penggelontoran drainase kota Pematangsiantar Gambar
3.7
Tiurma Elita Saragi: Tinjauan Manajemen Sistem Drainase Kota Pematang Siantar, 2007. USU e-Repository © 2008
40 Gambar 3.2: Peta manajemen drainase Kota pematangsiantar
Tiurma Elita Saragi: Tinjauan Manajemen Sistem Drainase Kota Pematang Siantar, 2007. USU e-Repository © 2008
41
3.2.8 Pembagian Sistim Drainase Pada sistem drainase kota Pematangsiantar yang menjadi Major drain sistem
adalah: 1 Sungai Bah bolon, sebagai saluran utama untuk penampungan air dalam menghindari genangan atau banjir di daerah Selatan kota Pematangsiantar dan daerah
pelayanan meliputi kecamatan Siantar Marihat, kecamatan Siantar Selatan dan sebahagian wilayah kecamatan Siantar Timur 2 Sungai Bah kaehan, sebagai saluran
utama untuk penampungan air dalam menghindari genangan atau banjir di daerah Utara Kota Pematangsiantar dan daerah pelayanan meliputi kecamatan Siantar Timur
dan sebahagian wilayah kecamatan Siantar Utara 3 Sungai Bah kapul, sebagai saluran utama untuk penampungan air dalam menghindari genangan atau banjir di
daerah Utara Kota Pematangsiantar dan daerah pelayanan meliputi kecamatan Siantar Utara dan sebahagian wilayah kecamatan Siantar Barat. Sedangkan Sungai Bah
Sigulang–gulang direncanakan sebagai saluran utama penampungan air untuk menghindari genangan atau banjir didaerah Barat kota Pematangsiantar. Sistim mayor
biasanya meliputi saluran drainase primer dan sekunder. Sedangkan yang menjadi
Minor drain sistem adalah saluran sepanjang sisi jalan, saluranselokan air hujan di
sekitar bangunan, gorong-gorong, saluran drainase kota dan lain sebagainya dimana debit air yang dapat ditampungnya tidak terlalu besar. Sistim minor biasanya meliputi
saluran drainase tersier dan kuarter. Gambar 3.3 menunjukkan pembagian watersheds dan saluran-saluran yang menjadi Major drain dan Minor drain.
Tiurma Elita Saragi: Tinjauan Manajemen Sistem Drainase Kota Pematang Siantar, 2007. USU e-Repository © 2008
42 Gambar 3.3: Pembagian Watersheds Kota Pematangsiantar
Keterangan:
Watersheds A Watersheds B
Watersheds C Watersheds D
Watersheds E Watersheds F
Watersheds G Major Drain
Minor Drain
Tiurma Elita Saragi: Tinjauan Manajemen Sistem Drainase Kota Pematang Siantar, 2007. USU e-Repository © 2008
43
3.2.8.1 Drainase Primer
Sebagai drainase primer kota Pematangsiantar adalah sungai Bah bolon. Di samping sungai Bah Bolon ada lagi sungai Bah biak, Bah Kapul, Sungai Bah Kaehan
Gambar 3.4a dan 3.4b. Kondisi sungai sungai ini terutama sungai Bah bolon yang terbentang dari Barat ke Timur kota Pematangsiantar memiliki lebar kurang lebih 31
meter dan dalam 6 meter yang sanggup menampung air dari seluruh saluran dan paling dominan sebagai saluran pembuang. Demikian juga kota Pematangsiantar
memiliki sistem penggelontoran spoleading yang berfungsi membersihkan saluran dan terbagi dalam dua bagian yakni 1 Untuk spoleading kawasan Cornel
Simanjuntak air diambil dari sungai Bah biak dimana air dibendung terlebih dulu untuk irigasi persawahan lalu dilanjutkan untuk spoleading pada kawasan Siantar
Selatan; 2 Untuk spoleading Rajawali air diambil dari sungai Bah kadang untuk kawasan Siantar Barat, Siantar Utara, dan Siantar Timur.
3.2.8.2 Drainase Sekunder Drainase sekunder adalah sistim drainase disepanjang badan jalan di kota
Pematangsiantar yang umumnya merupakan drainase tertutup Gambar 3.5a dan 3.5b. Drainase ini umumnya ditutup karena berfungsi juga sebagai trotoar jalan
seperti di Jalan Malanton Siregar, Jalan Laguboti, Jalan Narumonda bawahatas, Jalan Sibolga, Jalan Toba, Jalan Gereja, Jalan Diponegoro, Jalan Sutomo dan, Jalan
Merdeka. Dengan laju pertambahan penduduk dimensi saluran yang ada sudah tidak dapat lagi menampung air dari aliran tersier terlebih pada saat hujan turun dimana air
Tiurma Elita Saragi: Tinjauan Manajemen Sistem Drainase Kota Pematang Siantar, 2007. USU e-Repository © 2008
44 meluap ke jalan dan menyebabkan banjir. Drainase sekunder kota Pematangsiantar
136,40 km dengan kondisi 60 rusak. sumber: Pematangsiantar dalam angka tahun 2003
3.2.8.3 Drainase Tersier
Drainase tersier di kota Pematangsiantar adalah saluran yang berasal dari kawasan perumahan atau industri yang menampung langsung limbah rumah tangga
atau limbah industri dan mengalirkannya ke saluran sekunder. Drainase ini biasanya disebut juga dengan drainase lokal. Drainase ini ada yang terbuka tanah langsung
dikeruk dengan lebar tertentu atau dengan riol terbuka. Ada juga drainase yang tertutup dibangun dengan menggunakan riol tertutup. Tetapi pada umumnya
masyarakat kota Pematangsiantar masih menggunakan drainase tersier terbuka. Kondisi drainase tersier saat ini sudah tidak dapat lagi menampung debit air hujan
karena sedimen maupun sampah yang selalu menumpuk dalam saluran terlihat pada beberapa lokasi di pusat kota Pematangsiantar. Kondisi saluran tertier yang penuh
sedimen dapat dilihat pada Gambar terlampir. Drainase tertier yang ada di kota Pematangsiantar sepanjang 363 km dengan kondisi 50 rusak. sumber :
Pematangsiantar dalam angka tahun 2003
Tiurma Elita Saragi: Tinjauan Manajemen Sistem Drainase Kota Pematang Siantar, 2007. USU e-Repository © 2008
45 Gambar 3.4a: Peta drainase Primer-1
Tiurma Elita Saragi: Tinjauan Manajemen Sistem Drainase Kota Pematang Siantar, 2007. USU e-Repository © 2008
46 Gambar 3.4b: Peta drainase Primer-2
Tiurma Elita Saragi: Tinjauan Manajemen Sistem Drainase Kota Pematang Siantar, 2007. USU e-Repository © 2008
47 Gambar 3.5a: Peta drainase Sekunder-1
Tiurma Elita Saragi: Tinjauan Manajemen Sistem Drainase Kota Pematang Siantar, 2007. USU e-Repository © 2008
48 Gambar 3.5b: Peta drainase sekunder-2
Tiurma Elita Saragi: Tinjauan Manajemen Sistem Drainase Kota Pematang Siantar, 2007. USU e-Repository © 2008
49
3.2.9 Jembatan dan Gorong-gorong
Gorong–gorong adalah saluran tertutup yang mengalirkan air melewati jalan raya, jalan kereta api, atau timbunan lainnya yang biasanya terbuat dari beton atau
baja dan bentuk penampang melintang gorong–gorong ada yang bulat juga persegi. Pada kota Pematangsiantar dari zaman Belanda sudah dibangun gorong–gorong dari
besi baja cukup kokoh dan sampai saat ini masih berfungsi, yaitu disekitar jalan Sutomo juga jalan Sudirman melalui Adam Malik yang langsung membuang air ke
Sungai Bahbolon. Drainase sekunder di kota Pematangsiantar disertai gorong-gorong untuk membawa air dari sungai melewati bawah jalan dan membawa air dari parit
sisi jalan yang satu ke sisi jalan lain. Namun culvert ini tidak lagi berfungsi optimal karena saluran sekunder sepanjang badan penuh sampah dan sedimen; contoh di jalan
Ahmad Yani, jalan Merdeka. Jembatan di Kota Pematangsiantar pada umumnya terletak pada jalan yang melintang dengan Sungai Bahbolon merupakan drainase
primer yang terbentang dari Barat ke Timur Kota Pematangsiantar. Perbedaan jembatan dan gorong–gorong adalah gorong–gorong diletakkan
dibawah perkerasan jalan, sedangkan dek jembatan merupakan bagian perkerasan. Biasanya jembatan mempunyai bentang yang lebih panjang dari gorong–gorong.
3.2.10 Drainase Jalan