1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Umum
Drainase adalah suatu ilmu tentang pengeringan tanah Haryono, 1999. Drainase drainage berasal dari kata to drain yang berarti mengeringkan dan
mengalirkan air. Terminologi ini digunakan untuk menyatakan sistem yang berkaitan dengan penanganan masalah kelebihan air, baik di atas maupun di bawah permukaan
tanah. Pengertian drainase tidak terbatas pada teknik pembuangan air yang berlebihan namun lebih luas lagi menyangkut keterkaitannya dengan aspek kehidupan
yang berada di dalam kawasan perkotaan. Secara singkat, sistim yang berkaitan dengan pembuangan limpasan air excess water disebut drainase.
Drainase dapat dibedakan atas tiga jenis utama yakni: 1 Drainase perkotaan urban drainage; 2 Drainase lahan terbuka land drainage; 3 Drainase jalan raya
road drainage. Drainase sudah menjadi salah satu infrastruktur perkotaan urban infrastructure yang sangat penting.
Menurut Suripin 2004, kualitas manajemen suatu kota dapat dilihat dari
kualitas sistem drainase yang ada. Sistem drainase yang baik dapat membebaskan kota dari genangan air. Genangan air menyebabkan lingkungan menjadi kotor dan
jorok, sarang nyamuk, dan tempat sumber penyakit lainnya, yang pada gilirannya dapat menurunkan kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat
Tiurma Elita Saragi: Tinjauan Manajemen Sistem Drainase Kota Pematang Siantar, 2007. USU e-Repository © 2008
2
1.2 Latar Belakang
Sebagai kota kedua terpenting dan terbesar setelah Medan, kota Pematangsiantar terus berkembang dengan pertambahan jumlah penduduk yang tidak
merata. Seiring dengan hal tersebut, Kota Pematangsiantar perlu meningkatkan sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan publik, perdagangan, industri, dan
administrasi pemerintahan. Salah satu sarana dan prasarana yang dimaksud adalah sistem jaringan drainase perkotaan.
Sistem jaringan drainase merupakan salah satu infrastruktur yang penting dalam pengembangan wilayah perkotaan, agar kota dapat terlihat lebih indah, bersih,
tertata dan bebas dari genangan banjir. Sistem jaringan drainase perkotaan yang tidak baik akan merugikan kota dan masyarakat, karena mengganggu lingkungan,
menghambat transportasi, mengganggu kesehatan dan memberikan dampak buruk terhadap sosial dan ekonomi.
Topografi kota Pematangsiantar yang berbukit-bukit dan berlembah, serta datar di bagian pusat kota membantu pengaliran air secara gravitasi. Namun di
beberapa kawasan di pusat kota masih terlihat genangan-genangan air pada saat hujan turun. Kondisi genangan banjir di Kota Pematangsiantar dengan tinggi genangan 30
cm sampai dengan 40 cm dengan lama genangan 30 menit sampai dengan 60 menit di lokasi-lokasi tertentu mengakibatkan terganggunya aktivitas masyarakat demikian
juga dengan sistem perekonomian. Seiring dengan pertumbuhan kota Pematangsiantar sebagai kota kedua
terpenting setelah kota Medan dan sebagai kota lintas wisata menuju daerah wisata
Tiurma Elita Saragi: Tinjauan Manajemen Sistem Drainase Kota Pematang Siantar, 2007. USU e-Repository © 2008
3 Parapat, pemerintah kota Pematangsiantar berupaya untuk membenahi secara
bertahap dan berkelanjutan prasarana kota yang diperlukan. Pada sektor drainase pembenahan dilakukan baik secara bersama-sama dengan instansi terkait maupun
melalui program pemerintah kota Pematangsiantar sendiri melalui APBD Angaran Pendapatan Belanja Negara kota Pematangsiantar. Namun upaya yang telah
dilakukan sejauh ini masih belum menuntaskan permasalahan genangan banjir di kota Pematangsiantar.
Penanggulangan permasalahan banjir dapat dilakukan apabila penyebab dari permasalahan tersebut dapat diidentifikasi terlebih dahulu, sehingga penanganan yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah tersebut dapat diketahui untuk dapat diimplementasikan.
Dalam penelitian ini dilakukan identifikasi kondisi drainase pada daerah genangan banjir di kota Pematangsiantar dan penyebabnya secara umum, serta
kondisi saluran parit. Sebagai contoh lokasi penelitian adalah kondisi saluran parit di Jalan Ade irma, pajak Dwikora, pajak Horas serta saluran daerah Jalan Achmad yani.
1.3 Permasalahan dan Pembatasan Masalah