Proses Pengolahan Tebu menjadi Gula di Pabrik Gula Sei Semayang

Berdasarkan pengelompokan gula negara, Pabrik Gula Sei semayang dikategorikan dalam D pengelompokan berdasarkan SK Menteri Pertanian No.59 KpstEKK 101977 yang mengelompokan pabrik gula berdasarkan kapasitas: a. Golongan A untuk pabrik dengan kapasitas 800 – 1200 ton b. Golongan B untuk pabrik dengan kapasitas 1200 – 1800 ton c. Golongan C untuk pabrik dengan kapasitas 1800 – 2700 ton d. Golongan D untuk pabrik dengan kapasitas 2700 – 4000 ton Produk gula yang dihasilkan sampai sekarang hanya untuk memenuhi kebutuhan gula dalam negeri saja, khususnya daerah yang terdapat di pulau Sumatera.

2.4.2. Proses Pengolahan Tebu menjadi Gula di Pabrik Gula Sei Semayang

Tebu adalah tanaman yang di tanam untuk bahan baku gula. Tanaman tebu dapat tumbuh hingga 3 m di kawasan yang mendukung.Umur tanaman sejak di tanam sampai bisa di panen kurang lebih dari satu tahun. Tebu dapat dipanen dengan cara manual atau menggunakan mesin-mesin pemotong tebu. Daun kemudian dipisahkan dari batang tebu, kemudian di bawa ke pabrik untuk diproses menjadi gula. Tahap-tahapan dalam proses pembuatan gula di mulai dari penanaman tebu, proses ekstrasi, pembersih kotoran, penguapan, kristalisasi, afinasi, kabonisasi, penghilangan warna dan sampai proses pengepakan sehingga sampai ke tangan konsumen. Proses produksi yang terdapat di PGSS yang memproduksi Gula GKP Gula Kristral Produk 1 dengan bahan baku utama adalah tebu dan bahan pembantu proses adalah kapur tohor dan belerang. Tanaman tebu dipanen saat tanaman memiliki kadar gula dan sukrosa yang tinggi yakni pada umur sekitar 10-12 bulan. Universitas Sumatera Utara Kadar gula yang diperoleh dari batang tebu adalah 7-8 . Batang tebu pada dasarnya terdiri dari : • Zat padat sabut • Zat cair terdiri dari : air, gula bukan gula kotoran terlarut Tebu segar menggambarkan bahwa tebu digiling dalam rentang waktu kurang dari 24 jam setelah ditebang. Tebu yang terlambat tergiling biasanya mengandung destran dalam jumlah banyak sehingga akan menggangu proses pemurnian dan menurunkan perolehan sukrosa. Tebu yang layak giling bila telah mencapai fase kemasakan dimana rendeman batang tebu bagian pucuk mendekati rendeman bantang tebu bagian bawah. Tebu yang masak selnya mudah pecah sehingga pemecahan dapat optimal dibandingkan dengan tebu yang belum masak. Proses Pengolahan Tebu menjadi gula di PGSS dilakukan pada 7 stasiun yaitu ; 1. Stasiun Gilingan Tebu yang telah ditimbang kemudian disorong oleh chanehilo langsung ke atas meja chane peeding table. Setelah itu tebu di potong-potong dengan alat pemotong 1 cane cutter 1 dan kemudian diteruskan ke alat pemotong 2 Cane cutter 2 yang berfungsi untuk menyayat tebu sampai menjadi serpihan tebu halus sehingga mempermudah penggilingan. Penggilingan perahan dilakukan Universitas Sumatera Utara sebanyak 5 kali yang terdiri dari lima unit gilingan yang disusun seri dengan memakai tekanan hidrolik yang berbeda-beda. Pada dasarnya sistem kerja penggilingan yaitu nira yang terekstraknya nira mentah dari batang akan jatuh ke bagian bawah gilingan, sementara ampas akan terus bergerak hingga gilingan akhir. Ampas tebu dari gilingan 5 yang memiliki kadar kering ampas 0,8-0.9 di bawa menuju boiler untuk bahan bakar dan sebagian dibawa menuju ke gudang ampas sebagai cadangan. 2. Stasiun Pemurnian Pada pabrik gula proses pemurnian yang digunakan adalah gabungan antara proses defikasi dan sulfitrasi. Tujuan utama dari stasiun pemurnian adalah untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang terkandung dalam nira mentah. Di dalam proses pemurnian ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu: a. Timbangan Nira mentah b. Pemanas Nira c. Tangki Mashall d. Tangki Defikasi e. Tangki Sulfitrasi f. Pemanas Nira II g. Tangki Pengembangan h. Tangki Pengendapan 3. Stasiun Penguapan Evaporator Universitas Sumatera Utara Stasiun penguapan pada proses pengolahan gula menggunakan 4 unit evaporator yang disebut Quabruple evaporator dan memakai forward feed. Tujuan dari stasiun penguapan adalah untuk menguapkan air yang terkandung dalam nira encer sehingga nira akan lebih mudah dikristalkan di stasiun masakan. Temperatur penguapan dalam evaporator berada pada rentang suhu 50°C - 110°C. 4. Stasiun Talodura Stasiun Talodura bertujuan untuk memusnahkan kotoran yang terkandung dalam nira kental yang sudah disulfitasi. Sebelum diproses, nira kental ditampung di Buffer Tank, dari Buffer Tank nira dipompa ke Heat Exhanger untuk pemanasan pada suhu 80° C dimana pada temperature tersebut dapat menguraikan kotoran- kotoran dalam nira. Kemudian nira kental dialiri dengan asam phospat yang dapat menyerap kotoran melayang yang dikandung nira kental. Untuk menyempurnakan atau mempercepat proses pengapungan di tambahkan Talofloc. Kemudian nira kental di alirkan ke Aerator Tank yang dilengkapi dengan pengaduk yang mengalir ke Talo Clarifier secara Overflow. Sebelumnya ditambahkan Talofloc sebanyak 3 ppm untuk mengikat kotoran. Di Talo Clarifier terjadi pemisahan secara Overflow ke Scum Tank untuk selanjutnya dipompa ke tangki nira mentah tertimbang sedangkan nira kental yng sudah jernih dikeluarkan melalui pengaturan Valve Teleskop yang dialirkan ke Treated Tank dan selanjutnya di pompakan ke stasiun masakan kristalisasi 5. Stasiun Masakan Kristalisasi Universitas Sumatera Utara Nira di pompakan kental dari stasiun Talodura ke stasiun masakan. Kristalisasi adalah salah satu langkah dalam rangkaian proses pengerjaan larutan yang mengandung gula dengan tujuan untuk membentuk Kristal gula dari nira kental sampai kualitas yang mudah ditentukan. Konsentrai nira kental pada stasiun masakan adalah 80 – 85 brix, brix kental 60 – 65 dan kadar air 35 – 40 . Proses kristalisasi dilakukan dalam tiga tingkatan masakan yaitu : • Masakan A • Masakan B • Masakan D Untuk mencapai kualitas gula dalam nira kental tidak cukup dikristalkan dalam satu kali prose kristalisasi saja. Adapun tujuan utamanya adalah untuk mengeluarkan gula sebanyak mungkin dari nira lewat jenuh dengan cara menguapkan sampai terbentuk Kristal gula dengan temperature masakan 60 – 60 C. 6. Stasiun Putaran Fungsi dari stasiun putaran untuk memisahkan Kristal Gula dan Stroop yang masih tersisa pada waktu masakan. Alat putaran ini terdiri dari 2 jenis yaitu : • High Grade Centrifugal 1600 rpm terdiri dari 9 unit putaran yaitu 5 untuk memutar masakan gula A dan B dan 4 untuk memutar gula produk. Universitas Sumatera Utara • Low Grade Centrifugal terdiri dari 12 putaran yaitu 9 untuk memutar masakan D gula D1 dan 3 untuk memutarkan masakan D2. Putaran bekerja berdasarkan gaya centrifugal yang menggunakan full automatic discontinue. 7. Finishing a. Dryer dan Cooler Pengeringan dilakukan dengan udara panas dengan temperature sekitar 70 °C yang kemudian didinginkan kembali karena gula tidak tahan terhadap temperature tinggi. Tujuan pengeringan ini adalah untuk menghindari kerusakan gula yang disebabkan oleh mikroorganisme dan agar gula tahan lama pada penyimpanan sebelum disalurkan kepada konsumen. Sebelum proses pengeringan ini berlangsung, juga dilakukan pengisapan debu gula dan kotoran-kotoran yang melekat pada Kristal gula dengan menggunakan alat inducedfan. b. Gudang Penyimpanan Gula yang sudah ditimbang, dimasukkan ke dalam karung plastik lalu dijahit dengan bag sewing machine kemudian gula dikirimkan ke gudang penyimpanan. Suhu kelembaban dalam gudang harus di jaga. Kelembaban lebih kurang dari 65 atau lebih rendah. Pengeluaran gula dari gudang juga baru diatur berdasarkan System First in First Out FIFO. Untuk itu, gudang minimal harus mempunyai 2 pintu, satu untuk memasukkan dan satu untuk Universitas Sumatera Utara pengeluaran. Waktu Pengeluaran gula dari gudang juga harus diatur terutama waktu udara luar kering.

2.4.3. Debu di Lingkungan Pabrik Gula Sei Semayang

Dokumen yang terkait

Hubungan Karakteristik, Kualitas Udara (SO2 dan Partikel Debu) dengan Keluhan Gangguan Pernapasan Pada Masyarakat Sekitar Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS) di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

11 87 153

Pengaruh Karakteristik Pekerja dan Kualitas Udara terhadap Gangguan Pernafasan Pekerja di Pabrik Gula Sei Semayang Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

0 1 18

Pengaruh Karakteristik Pekerja dan Kualitas Udara terhadap Gangguan Pernafasan Pekerja di Pabrik Gula Sei Semayang Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

0 0 2

Pengaruh Karakteristik Pekerja dan Kualitas Udara terhadap Gangguan Pernafasan Pekerja di Pabrik Gula Sei Semayang Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

1 2 6

Pengaruh Karakteristik Pekerja dan Kualitas Udara terhadap Gangguan Pernafasan Pekerja di Pabrik Gula Sei Semayang Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

2 4 50

Pengaruh Karakteristik Pekerja dan Kualitas Udara terhadap Gangguan Pernafasan Pekerja di Pabrik Gula Sei Semayang Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

0 0 6

Pengaruh Karakteristik Pekerja dan Kualitas Udara terhadap Gangguan Pernafasan Pekerja di Pabrik Gula Sei Semayang Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

0 0 31

f. Pendidikan - Hubungan Karakteristik, Kualitas Udara (SO2 dan Partikel Debu) dengan Keluhan Gangguan Pernapasan Pada Masyarakat Sekitar Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS) di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

0 0 27

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Hubungan Karakteristik, Kualitas Udara (SO2 dan Partikel Debu) dengan Keluhan Gangguan Pernapasan Pada Masyarakat Sekitar Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS) di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

0 0 10

Hubungan Karakteristik, Kualitas Udara (SO2 dan Partikel Debu) dengan Keluhan Gangguan Pernapasan Pada Masyarakat Sekitar Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS) di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

0 0 17