3. Debu Asam atau Basa Kuat
Golongan debu yang tidak ditahan dalam paru namun dapat menimbulkan efek iritasi. Efek yang ditimbulkan bisa efek keracunan secara umum misalnya debu
arsen dan efek alergi, khususnya golongan debu organik.
2.2.3. Klasifikasi Debu
Berdasarkan kemudahan mengendapnya, debu industri yang terdapat dalam udara terbagi dua yaitu Pudjiastuti, 2002 :
1. Deposit Particulate Matter
Yaitu partikel debu yang hanya berada sementara di udara, partikel ini segera mengendap karena daya tarik bumi.
2. Suspended Particulate Matter
Yaitu partikel debu yang tetap berada di udara dan tidak mudah mengendap. Debu dapat mengakibatkan gangguan pernafasan bagi pekerja pada industri-industri
yang berhubungan dengan debu yang dihasilkan proses produksinya. Lestari 2007 membedakan klasifikasi debu berdasarkan ukuran debu dan
lokasi tempat partikulat dapat terdeposit. Klasifikasi ini dibedakan atas dua fraksi, yaitu non inspirable fraction dan inspirable fraction. Inspirable fraction dapat di
subklasifikasikan menjadi lagi menjadi tiga bagian, yaitu fraksi nasofaring, fraksi trakeobronkial dan fraksi respirable.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. Klasifikasi Debu
Sumber : Lestari, 2007
2.2.4. Ukuran Partikel Debu
Tidak semua partikel dalam udara yang terinhalasi akan mencapai paru.Partikulat yang terdeposit pada bagian sistem pernafasan manusia sangat
bergantung kepada ukuran partikel tersebut. Partikulat dengan ukuran ≥ 100μm
terdeposit pada bagian hidung dan disebut sebagai inhalable particle. Partikulat dengan ukuran 4-
10 μm terdeposit pada bagian toraks dan disebut thoracic particle.
Dan partikulat 4 μm terdeposit pada bagian paru dan disebut sebagai partikel respirabel particle respirableLestari, 2007.
Partikel debu yang berdiameter 10 μ yang disebut coarse particle merupakan indikator yang baik tentang adanya kelainan saluran pernafasan, karena
adanya hubungan yang kuat antara gejala penyakit saluran pernafasan dengan kadar partikel debu di udara Pope, 2003.
Debu Total
Fraksi Non Inspirable Fraksi Inspirable
Fraksi Nasofaring
Fraksi Trakeobronkial
Fraksi Respirable
Universitas Sumatera Utara
2.2.5. NAB Debu di Lingkungan Kerja
Untuk menghindari bahaya gangguan kesehatan pekerja akibat paparan debu, pemerintah telah nenetapkan Nilai Ambang Batas NAB debu lingkungan kerja.
NAB debu adalah standar konsentrasi debu yang dianjurkan di tempat kerja agar tenaga kerja masih dapat menerimanya tanpa mengakibatkan penyakit gangguan
kesehatan untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Kegunaan NAB ini sebagai rekomendasi pada praktek hygiene perusahaan dalam melakukan
penatalaksanaan lingkungan kerja sebagai upaya untuk mencegah dampaknya terhadap kesehatan.
Untuk partikel debu telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER 13MENX2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika dan Kimia di Udara Lingkungan Kerja adalah bahwa NAB kadar debu di udara tidak boleh melebihi 3,0 mgm³. NAB dari debu-debu yang hanya mengganggu
kenikmatan kerja adalah 10 mgm³. Nilai Ambang Batas NAB Konsentrasi debu pada udara ambien di Indonesia diatur juga dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1405MENKESSKXI2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, sebesar 10 mgm
3
2.2.6. Mekanisme Pengendapan Debu di dalam Paru