29
Seandainya IQ berpengaruh pada bertambahnya rasa percaya diri dan meningkatnya daya ingat serta daya nalar seseorang.
Dari segi kesehatan mental puasa erat kaitannya dengan kemampuan mengendalikan diri, puasa merupakan wahana penempatan mental sehingga
ujian dan cobaan serta sikap menghadapi perjuangan dan pengorbanan yang lebih berat. Puasa dapat melatih kedisiplinan dalam mengendalikan diri dari
amarah, nafsu ingin berkuasa, sikap berlebihan dan dari sikap merasa paling benar.
20
Metode Commulative Records, yaitu segala fakta yang diperoeh dari klien dicatat secara teratur dan rapih didalam buku catatan untuk klien yang
bersangkutan serta disimpan baik-baik sebagai file dokumen penting,pada saat dituntaskan, catatan pribadi tersebut dianalisa dan diidentifikasi untuk
bahan pertimbangan tentang metode apa yang lebih tepat bagi bantuan yang harus diberikan kepadanya.
21
2. Bentuk Bimbingan
Bentuk-bentuk Bimbingan antara lain : 1.
Layanan orientasi 2.
Layanan informasi 3.
Layanan penempatan dan penyaluran 4.
Layanan Bimbingan Belajar 5.
Layanan Konseling Perseorangan 6.
Layanan Bimbingan Kelompok
20
Ibid. h. 149.
21
Al-Mawardi, Hikmah Puasa Tinjauan Ilmu Kedokteran, Jakarta: PT. Prima, 2001, Cet. Ke-2, h.149.
30
7. Layanan Konseling Kelompok.
22
Adapun bentuk-bentuk Bimbingan Islam antara lain: 1.
Bimbingan dan penyuluhan jabatan Vocational Bentuk ini berkenaan dengan maslaah jabatan atau kekayaan yang
perlu dipilih oleh individu, sesuai dengan kemampuan dan bakat- bakat masing-masing untuk masa sekarang maupun masa
mendatang. 2.
Bimbingan Penyuluhan Bidang Pendidikan Sducational Guidance dan Counseling
Bentuk bimbingan Islam ini menyangkut tentang tentang pengambilan keputusan mengenai lapangan studi yang akan
dipilih, yang berkaitan dengan kurikulum di sekolah dan perguruan Tinggi, serta fasilitas pendidikan lainnya.
3. Bimbingan dan Penyuluhan Keagamaan Religius Counseling
Bentuk bimbingan ini diberikan seseorang yang bersifat keagamaan, seperti melalui keimanan keyakinan menurut Islam,
yang bertujuan membantu memecahkan problematika terbimbing dalam bidang keagamaan.
Bimbingan ini bersifat keagamaan, sebab menggunakan metode pendekatan keagamaan dalam memberikan bimbingan rohaninya.
23
Terbimbing tersadarkan melalui suatu hubungan sebab akibat dalam rangkaian problem yang dihadapi. Selain itu, sisi
22
ibid
23
ibid
31
kejiwaannya disentuh dengan nilai-nilai keimanan yang mengisi kekosongan spiritual dalam dirinya.
24
C. Pengertian Pasien
1. Pengertian pasien
Kata pasien berasal dari kata bahasa Indonesia analog dengan kata patient dari Bahasa Inggris. Patient diturunkan dari Bahasa latin yaitu
patient yang memiliki kesamaan arti dengan kata kerja pati yang artinya menderita.
25
Menur ut “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, pasien adalah orang sakit:
yang dirawat oleh dokter; penderita sakit.
26
Pasien adalah “Orang sakit, penderita sakit, baik itu yang menjalani rawat inap pada suatu unit
pelayanan kesehatan tertentu ataupun yang tidak. Dan seseorang dikatakan sakit apabila orang itu tidak lagi mampu berfungsi secara
wajar dalam kehidupan sehari-hari karena fisiknya yang sakit atau kejiwaannya yang tertanggu.
27
Beberapa pengertian pasien, diantaranya : a.
Menurut Christine Brooker dalam bukunya Kamus Saku Perawat: 1
Pasien adalah penderita penyakit mendapatkan pengamanan medis danatau asuhan keperawatan.
2 Klien yang memanfaatkan jasa pelayanan kesehatan.
28
24
ibid
25
http:wikipedia.org.id20090116index. html, pada tanggal 12 maret 2011 jam 14.00.
26
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2001, h. 834.
27
Dadang Hawari, Pelatihan Relawan Bimbingan Rohani Pasien, Sawangan: Dompet Dhuafa Republika, tanggal, 9 juli 2003.
28
Christine Brooker, Kamus Saku Keperawatan, Jakarta :EGC, 2001, h. 309.
32
b.
Menurut Barbara F. Weller dalam buku Kamus Saku Perawat, pasien adalah orang yang sakit atau yang menjalani pengobatan karena menderita
penyakit.
29
2. Kondisi mental kejiwaan pasien
Ketika pasien sedang menghadapi, merasakan penyakit yang sedang di deritanya, maka pada saat itu pula mentalnya terganggu. Karena badan dan
jiwa saling mempengaruhi. Pengaruh emosi yang ada dalam kehidupan seseorang sangat berpengaruh pada kondisi kejiwaan mental sekaligus
agar menjaga kesehatan badannya. Dengan demikian, semakin jelas bahwa setiap orang yang menderita sakit pasien maka gangguan mentalnya yang
ada pada dirinya cenderung dipengaruhi kondisi fisik dan psikisnya masing-masing. Bila kondisi fisik dan psikisnya pun cenderung sedikit.
Akan tetapi, seandaimya kondisi fisik dan psikisnya kurang baik maka gangguan mental yang dideritanya cenderung lebih berat.
30
Selain kedua kemungkinan itu, ada faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
gangguan mental kejiwaan terhadap pasien, antara lain sebagai berikut: a.
Usia, semakin tua seseorang maka pasien cenderung respek dengan kegiatan Bimbingan Rohani.
b. Pendidikan, jika dilihat dari faktor ini tingkatan pendidikan
seseorang terlepas. Ia mempunyai pendidikan agama ataupun tidak melibat ke arah itu.
29
Barbara F. Weller, Kamus Saku Perawat, Jakarta: EGC,2005, h. 508.
30
Dadang Hawari, Al-Quran: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa , Jakarta: Dana Bhakti Prisma Yasa, 1996, h.133.
33
c. Ekonomi, disamping pasien sedang menghadapi penyakitpun harus
juga memikirkan tentang biaya yang akan ditanggung selama ia dirawat di Rumah Sakit.
Setelah mengamati sebab-sebab terjadinya gangguan mental yang terjadi pada pasien, telah di dominasi oleh causa psikis, dan
permasalahan yang ada pada diri pasien adalah karena masalah emosi yang ada pada diri mereka.
31
3. Terapi Keagamaan Bagi Pasien
Terapi adalah suatu cara pengobatan yang dilakukan dokter kepada pasien. Sedangkan yang dimaksud penulis disini adalah terapi pasien
melalui pendekatan keagamaan. Terapi keagamaan menurut Dadang Hawari adalah suatu proses
penyadaran terhadap objek atau pasien diantaranya sebagai berikut : a.
Proses penyadaran melalui taubatan nasuha b.
Menyalurkan pasien melalui doktrin optimisme, memberikan nasihat-nasihat misalnya: Tuhan Maha Pengampun, hidup ini
hanya sementara. c.
Pemberian motivasi yang tidak terlepas dari nilai-nilai spiritual dan ritual.
32
d. Proses aksi atau tindakan yang dilakukan baik dari aspek kognitif
yaitu dengan pemberian materi Al-Quran dan Hadits , Rukun Iman dan Islam, Akhlaq, Tauhid dan Islamologis. Selanjutnya aspek
31
ibid
32
Dadang Hawari, Al-Quran: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa ,Jakarta: Dana Bhakti Prisma Yasa, 1996, h. 133
34
psikomotor, yaitu pelaksanaan sholat fardhu, sunnah, dzikir, doa, puasa dan sebagainya. Setelah itu akan terlihat aspek afektif yaitu
kesabaran, kejujuran, kepatuhan, kedisiplinan dan amanah.
33
D. Konsep Sehat dan Sakit
1. Konsep Sehat
Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek
fisik, emosi, sosial dan spiritual. Menurut WHO 1947 Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan
yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan WHO,1947. Definisi WHO tentang sehat mempunyai
karakteristik berikut yang dapat meningkatkan konsep sehat yang positif Edelman dan Mandle. 1994:
1. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh. 2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.
3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.
34
UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup
produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan
sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.
33
Dadang Hawari, Al-Quran: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa , Jakarta: Dana Bhakti Prisma Yasa, 1996, h. 133.
34
Iwan Purnawan, S.Kep,Ns, Konsep Sehat dan Sakit, yang diakses di http:www.scribd.comdoc8343666Konsep-Sehat
pada tanggal 5 mei 2011, pada pukul 21.00.