Analisis TEMUAN dan ANALISA

senyum kita buatlah senormal mungkin, Ekspresi perhatian terhadap pasien, Diharapkan dapat menenangkan pasien. d. Ketuk pintu dengan lembut dan perkenalkan diri dengan singkat dan ramah. Sebelum melakukan bimbingan terlebih dahulu memperkenalkan diri agar bisa lebih dekat dengan pasien atau lebih kenal. e. Mohon izin kepada keluarga atau penunggu pasien untuk bersilaturahmi dengan pasien. Setiap pembina rohani meminta izin kepada keluarga atau penunggu untuk melakukan bimbingan rohani kepada pasien. f. Apabila pasien dalam keadaan siap dan tidak mengganggu pelayanan dapat dimulai. g. Usahakan sudah dapat mengetahui nama pasien. Sebelum melakukan bimbingan perlu mengetahui data pasien. Agar lebih mudah untuk mengenal pasien dan penyakit pasien. Proses pelayanan: a. Perkenalkan diri secara khusus kepada pasien Artinya kita perlu memperkenalkan dahulu siapa diri kita dan kita datang untuk apa agar pasien merasa lebih nyaman dengan kedatangan kita. Seperti 5 hal yang harus di perhatikan yaitu b. Lakukan wawancara singkat tentang penyakit atau aktifitas pasien dengan bersahabat dan penuh empati c. Tidak larut dalam kesedihan pasien Kita boleh berempati kepada pasien tapi tidak boleh terlalu larut nanti yang ada pasien merasa sedih. d. Catatlah hal-hal yang dianggap perlu pada lembaran yang telah dipersiapkan. Mencatat perkembangan pasien agar bisa mengetahui sudah sejauh mana kesembuhan pasien. e. Berikan sentuhan-sentuhan tangan terhadap pasien sebagai rasa empati f. Berikan pengertian untuk tetap sabar dalam menghadapi cobaan tetapi tidak menggurui g. Anjurkan untuk tetap melaksanakan sholat praktekan tata cara tayamum dan sholat sekemampuan pasien h. Bacakan beberapa ayat al-Qur’an dengan suara lembut i. Bacakan do’a dengan bahasa Arab dan Indonesia untuk kesembuhan pasien. j. Berikan buku bimbingan rohani Islam k. Proses pelayanan bimbingan minimal 10 menit dan maksimal 15 menit l. Apabila memungkinkan pasien menandatangani lembar kunjungan dapat diwakilkan oleh keluarganya atau suster yang merawat m. Mohon diri dengan santun dan ucapkan salam. 26 Point utama dalam hal santun adalah : dalam menyikapi pasien tanpa ada rasa atau gaya yang menggurui walaupun kita sedang mengurai suatu 26 BRP-LPM Dompet Dhuafa Republika, Kiat – Kiat Dalam Menghadapi dan Mengatasi Problem Pasien di Rumah Sakit, Ciputat, 2010, h. 3-4. materi keagamaan di hadapan pasien. 27 Hak seorang muslim yang lain adalah jika bertemu saling memberi salam hadits , dalam salam terkandung syiar dan dalam salam bermakna ketenangan dan ketentraman hati. 28 Adapun fungsinya yaitu Syi’ar , Antisipasi jika ternyata pasien yang kita kunjungi adalah non muslim atau salah satu keluarga ada yang non muslim, salam bisa menjadi kunci berharga dalam komunikasi sesama muslim sehingga sudah dari awal jika ada kesalahan data agama atau semacamnya pasien akan sadar bahwa bimbingan rohani ini bukan untuknya, kalaupun ada penolakan dari pasien sudah diidentifikasi sejak dini, Menenangkan dan Menantramkan, Menambah wawasan dalam mengucap salam dianjurkan tidak ragu-ragu atau sangat pelan, ucapkan salam secara jelas dan jernih dengan suara yang dalam dan wibawa. 29 Bimbingan rohani memang dibutuhkan pasien karena untuk mengurangi kecemasan, kegelisahan, ketegangan pasien. Biasanya pasien yang sedang sakit itu sering mengalami kecemasan dan kegelisahan, makanya disinilah perlu dibimbing secara spiritualnya agar lebih baik lagi dan lebih pasrah bahwa semuanya itu akan kembali kepada sang pencipta Allah SWT. Metode yang digunakan dalam bimbingan rawat inap ini adalah metode direktif metode yang bersifat mengarahkan, metode ini bersifat mengarahkan kepada klien untuk berusaha mengatasi kesulitan problema yang dihadapi. Pengarahan yang diberikan kepada klien ialah dengan memberikan secara langsung jawaban-jawaban terhadap 27 BRP-LPM Dompet Dhuafa Republika, Kiat – Kiat Dalam Menghadapi dan Mengatasi Problem Pasien di Rumah Sakit, Ciputat, 2010, h. 22. 28 BRP-LPM Dompet Dhuafa Republika, Kiat – Kiat Dalam Menghadapi dan Mengatasi Problem Pasien di Rumah Sakit, Ciputat, 2010, h. 15 29 BRP-LPM Dompet Dhuafa Republika, Kiat – Kiat Dalam Menghadapi dan Mengatasi Problem Pasien di Rumah Sakit, Ciputat, 2010, h. 22. permasalahan yang menjadi sebab kesulitan yang dihadapidialami klien. 30 Kenapa dibilang direktif karena secara langsung ke pasien dimana seorang ustadz atau pembina rohani memberikan bimbingan langsung kepada pasien, materi yang diberikan juga sesuai dengan penyakit pasien misalnya seperti Sabar, ikhtiar berobat, memberikan harapan kesembuhan, dzikir dan doa. Sabar itu penting karena: “Sabar dapat menjauhkan perasaan cemas, gelisah dan frustasi. Bahkan sebaliknya akan membawa kepada ketentraman batin .” 31 Ikhtiar berobat, sakit memang cobaan dari Allah dan kita sebagai manusia berusaha untuk menyembuhkan rasa sakit tersebut yaitu dengan cara berobat kepada dokter. Ada yang perlu diperhatikan dalam memberikan pelayanan kepada pasien yaitu seperti, Perhatikan pakaian dan peralatan lain yang dibutuhkan, membawa buku bimbingan rohani yang akan diserahkan ke pasien, menjaga hubungan baik dengan pihak rumah sakit, Saat menuju ruang pasien mengucapkan salam kepada para pengunjung atau keluarga pasien dengan tersenyum, mengetuk pintu dengan lembut dan memperkenalkan diri dengan singkat dan ramah, Mohon izin kepada keluarga atau penunggu pasien untuk bersilaturahmi dengan pasien, Apabila pasien dalam keadaan siap dan tidak mengganggu pelayanan dapat dimulai, dan diusahakan sudah dapat mengetahui nama pasien. Kenapa dibilang cluster karena model ini adalah merupakan konsep atau ide untuk pasien rawat inap dimana di LKC hanya ada 9 bed atau cluster makanya sering disebut model cluster. 30 H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama Jakarta : PT. Golden Terayon Press,1998, Cet, ke-6, h-1 31 Zakiah darajat, Psikoterapi Islam, Jakarta: PT Bulan Bintang , 2002, h. 136. Adapun Kelebihan dari model bimbingan ini adalah bimbingan model cluster ini sudah bagus, artinya sudah bisa menjawab kebutuhan pasien selain itu pasien juga bisa lebih mengungkapkan keluhan keluhannya. Bimbingan ini diberikan secara langsung atau face to face jadi bisa lebih empatik. Karena seperti yang dibilang ketika orang sakit itu banyak mengalami kegelisahan dan kecemasan disinilah bimbingan rohani berperan dalam membantu proses kesembuhan pasien bukan hanya sehat secara fisik tapi juga sehat secara spiritual. Kekurangan dari model ini adalah layanan bimbingan rohani ini hanya diberikan kepada rawat inap dan biasanya waktunya pun tidak terlalu lama karena ditakutkan menganggu waktu istirahat pasien. Dan kebanyakan ketika penyakit pasien menular maka pasien tersebut tidak bisa mendapat bimbingan rohani ditakutkan bisa menular ke pembina rohaninya. 2. Bimbingan Rohani bagi pasien rawat jalan Ini adalah bimbingan yang diberikan kepada pasien yang berobat jalan atau pasien yang bukan rawat inap, bimbingan ini diberikan kepada pasien yang sedang berobat jalan. Biasanya ini dilakukan setelah pembina rohani melakukan bimbingan regular atau cluster. Bimbingan rawat jalan ini sifatnya temporer yaitu waktunya tidak tentu, sesekali setelah pembina rohani selesai memberikan bimbingan rohani bagi pasien rawat inap kemudian melanjutkan bimbingan dengan pasien rawat jalan, atau ketika ada orang butuh bimbingan dan konsul kemudian pembina rohani atau ustadz dipanggil untuk memberikan bimbingan. Kelebihan dari model ini adalah siapa saja bisa mendapat bimbingan rohani, misalnya pada waktu kita berobat sambil menunggu antrian bisa dapat bimbingan rohani, jadi bimbingan rohani ini bisa mengisi waktu luang pasien tapi kekurangannya yaitu kurang mendalam untuk mengetahui kondisi pasien, kurang rinci dan mendetail karena waktunya pun cenderung sedikit dan frekuensi pertemuannya pun hanya sebentar. Bimbingan Rohani bagi pasie Rawat jalan mengadakan kegiatan bimbingan rohani berupa pengajian member LKC yang dilakukan setiap sebulan sekali, pengajian ini wajib diikuti oleh semua member LKC, karena pengajian ini bertujuan untuk memperdalam pengetahuan agama bagi para member LKC. Bimbingan ini dilakukan di masjid binaan LKC yaitu di 11 kelurahan antara lain: Kedaung, Ciputat, Sarua indah, Pisangan, Pondok Pinang , Jombang 1, Jombang 2, Cipayung, Rengas, Pondok Ranji, Cempaka Putih. Kegiatan ini wajib dilakukan oleh member LKC karena layanan ini merupakan konsep Bimbingan Rohani yang dilakukan diluar, bentuk bimbingannya pun berbeda dengan bimbingan Rohani yang diberikan dalam model cluster atau bimbingan per-kamar, kalau dalam pengajian Rohani itu bentukya ceramah kemudian tanya jawab, selain itu juga ada penyuluhan kesehatan. Pengajian ini bermaksud untuk menambah pengetahuan agama dengan para member LKC jadi mereka dibekali pengetahuan agama yang cukup. Dan pengajian bina rohani ini bisa diikuti siapa saja termasuk yang rawat inap atau rawat jalan, mereka yang pernah mendapat bimbingan cluster atau bimbingan regular rawat inap pun bisa ikut pengajian bina rohani ini, yang dilakukan sebulan sekali. Pelaksanaan Pengajian satu bulan sekali untuk masing-masing Kelurahan di kecamatan Ciputat, Pamulang dan kelurahan Pondok Pinang. Pelaksanan pengajian bulanan dilaksanakan pada hari kerja, Pembicara eksternal LKC yang telah di sepakati oleh pimpinan LKC, Pembina Rohani wajib memakai seragam baju koko LKC, Peserta LKC, pembicara dan Bina Rohani harus memberikan tanda tangan dalam Daftar Hadir sebagai tanda bukti untuk laporan keuangan tiap bulan. Receptionis membagikan kartu pengajian bagi peserta yang belum mendapatkannya, guna optimalisasi kehadiran peserta di Pengajian bulanan peserta LKC, untuk kemudian peserta di haruskan membawa kartu pengajiannya setiap kali berobat bersama kartu anggotanya, Resepsionis di haruskan menanyakan kartu pengajiannya setiap kali berobat. Pengajian bina rohani menyiapkan kegiatan pengajian mulai dari : a. Mengundang pembicara Maksud mengundang pembicara disini adalah untuk mengisi materi ceramah atau pengajian, kadang pengajian ini diisi oleh pembina rohani atau ustadz kadang kadang juga mengundang pembicara. b. Membuat pengumuman peserta Biasanya seminggu sebelum diadakan pengajian para member LKC sudah diberitahu bahwa ada pengajian mengenai tempat dan waktunya, pengajian ini dilakukan bergilir di 12 kelurahan yang sudah disebutkan diatas. c. Menunujuk tugas moderator Seperti acara ceramah pada umumnya di pengajian ini juga ada moderator yang mengatur acara dan materi yang disampaikan. d. Menyiapkan daftar hadir Setiap peserta atau member LKC yang ikut pengajian wajib mengisi daftar hadir karena sebagai bukti kalau sudah mengikuti pengajian. e. Konsumsi sncak Seperti biasa setiap ada pengajian atau ceramah pasti selalu ada konsumsi atau snack, karena pengajian ini berlangsung lumayana lama yaitu sekitar dua jam. Pengajian ini dilaksanakan sesuai jadwal dimulai dengan membaca surat yasin, penyampaian materi pengajian kemudian doa dan penutup. Biasanya setelah pengajian selesai banyak member LKC yang curhat, sharing tentang maslahnya, kemudian dari tim pembina rohani berusaha mengarahkan dan membimbing agar member LKC itu bisa menemukan jalan keluarnya sendiri dan menjadi orang yang lebih baik. Adapun metode yang digunakan yaitu: “Metode Group Guidance bimbingan secara berkelompok, yakni cara pengungkapan jiwabatin oeh klien serta pembinaannya melalui kegiatan kelompok seperti ceramah, diskusi, seminar,simposium, atau dinamika kelompok group dynamic s, dan sebagainya.” 32 Pengajian ini menggunakan group guidance karena pengajian ini adalah bimbingan yang dilakukan secara kelompok bukan perorangan lagi, dengan cara ceramah yang disampaikan oleh pembina rohani LKC. pendekatan yang dilakukan disini adalah 32 H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama Jakarta : PT. Golden Terayon Press,1998, Cet, ke-6, h-1 pendekatan psikoterapi yaitu proses pengobatan dan penyembuhan penyakit mental, spiritual, moral maupu fisik dengan bimbingan dan pengajaran sesuai dengan petunjuk Al- qur’an dan sunnah. 33 Karena disini dilakukan pendekatan bukan hanya orang yang sedang sakit saja tetapi orang yang sehat juga bisa ikut pengajian tersebut karena tujuan dari pengajian ini adalah untuk membantu member LKC menjadi orang yang lebih baik sesuai dengan pedoman Al-q ur’an dan sunnah. Kelebihan dari pengajian ini adalah bimbingan bisa dilakukan secara kelompok atau sekaligus yaitu dengan menentukan tema yang ingin disampaikan, selain itu semua member bisa menambah pengalaman tentang agama bagi semua member LKC, bukan hanya yang dirawat inap atau rawat jalan tetapi mereka yang sudah resmi menjadi member. Kelemahannya adalah kurang fokus atau tidak terlalu mendetail pada permasalahan yang dimiliki oleh pasien dikarenakan bimbingan ini diberikan secara kelompok bukan individu lagi. Adapun deskripsi dari 2 kegiatan yang dilakukan dalam Bimbingan Rohani mencakup pada aspek rohani yaitu: a. Bimbingan ibadah wajib. Yaitu bimbingan yang diberikan kepada pasien dalam melakukan ibadah kepada Allah, seperti halnya shalat, dzikir, dan lain sebagainya seperti yang dikatakan oleh pembina Rohani yaitu: Yaa biasanya kita lebih menekankan ke ibadah shalatnya dan ibadah kepada Allah seperti dzikir, karena kita kan kita tahu yaa kalau dengan dzikir dan selalu mengingat Allah itu bisa membuat 33 Muhammad Rofiq Lubis, TehnikBerkomunikasi dengan Pasien, Ciputat, 5 juli 2008. kita lebih tenang dan merasa lebih dekat dengannya, ketika kita sedang sakit sebenernya kita kan sedang diuji sama Allah, disitulah kita seharusnya lebih bisa mendekatkan dari Allah. 34 b. Bimbingan membaca al-Qur’an. Dalam bimbingan ini pasien juga diajarkan mengaji, karena dengan mengaji bisa membuat hati kita lebih tenang, dengan mengkaji al-Quran kita juga bisa tahu mana yang baik dan mana yang tidak. c. Bimbingan fiqh sakit. Definisi dari bimbingan fiqih sakit itu sendiri adalah suatu Ilmu tentang hukum Islam yang berlaku bagi orang yang sakit. 35 Secara harfiah fiqih sakit terdiri dari dua kata: yaitu Fiqih dan Sakit. Fiqih berarti ilmu tentang hukum islam, sedangkan sakit berarti tidak terasa nyamannya tubuh bagian tubuh karena menderita sesuatu demam, sakit perut, dan sebagainya. Untuk memahami fiqh sakit yaitu Pengetahuan tentang hukum Islam yang berlaku bagi orang yang sedang sakit, diberikannya kekhususan ibadah bagi orang sakit dikarenakan adanya kemudahan dari Allah SWT kepada hamba-Nya sehingga selama sakit tidak ada yang menghalanginya secara syar’i untuk menjalankan ibadah sebagai kewajibannya, misalnya dalam hal bersuci bagi orang yang sedang sakit juga diberi kemudahan misalnya bagi orang Sakit yang mampu berwudhu orang sakit yang tidak mendapatkan kesulitan di luar batas kemampuannya saat berwudhu, tidak mendapatkan mudharat atau bahaya, tidak merasa 34 Wawancara pribadi dengan ust. Yazid pada, Ciputat, 13 April 2011, pukul 14.00 35 Ust. Abdul Muhit,S.Pdi, FIQIH BAGI PASIENTuntunan Ibadah Untuk Orang Sakit, 2008, h.2 sakit. 36 Sakitnya tidak bertambah parah berdasarkan rekomendasi seorang dokter atau berdasarkan pengalaman pribadi atau dia tidak mampu namun mendapatkan orang yang membantunya untuk berwudhu tanpa mendapatkan mudharat dan bentuk lain dari bentuk-bentuk kemampuan. Orang seperti ini wajib berwudhu yang dengannya akan diberi pahala jika melakukannya dan berdosa bila tidak melakukannya serta sholatnya tidak sah. Nabi bersabda: “ALLAH tidak menerima Sholat salah seorang di antara kamu jika berhadats hingga dia berwudhu ”, Ketika berwudhu ia wajib mengerjakan seluruh fardu wudhu, yaitu : mulai dari niat, membasuh wajah, membasuh tangan hingga sikut. 37 Adapun Sholat untuk orang sakit yaitu Syarat sah sholat: Suci dari najis badan,pakaian,tempat, suci dari hadats besar, kecil , menutup aurat, menghadap kiblat, masuk waktu sholat. Dan tata cara bersuci yaitu Orang sakit yang mampu berwudhu; wajib seluruh fardhu wudhu sebagaimana orang sehat, Orang sakityang tidak mampu berwudhu; diwajibkan kepada mereka untuk melakukan tayammum, Orang sakit yang tidak mampu berwudhu tayammum dikarenakan tidak menemukan debu menjadikannya berbahaya, diperbolehkan melaksanakan shalat tanpa berwudhu tayammum. Orang yang sedang sakit wajib melaksanakan shalat fardhu walaupun harus membungkuk atau berpegang pada dinding tongkat, Jika 36 Ust. Abdul Muhit,S.Pdi, FIQIH BAGI PASIENTuntunan Ibadah Untuk Orang Sakit, 2008, h.2-3. 37 Ust. Abdul Muhit,S.Pdi, FIQIH BAGI PASIENTuntunan Ibadah Untuk Orang Sakit, 2008, h.2-3. tidak sanggup berdiri, boleh melakukannya dalam keadaan duduk, jika tidak sanggup, berbaring pada lambungnya dalam keadaan menghadap kiblat, jika tidak sanggup, telentang dengan kedua kaki ke arah kiblat. Untuk gerakan ruku’ dan sujud boleh menggunakan isyarat. Orang sakit wajib melakukan shalat di setiap waktunya. Jika merasa kepayahan ia boleh menjama’ baik jama’ taqdim maupun jama’ ta’khir. Yang perlu diperhatikan ketika kita sedang sakit adalah Sabar dalam menghadapi musibah, Berbaik sangka kepada Allah, tawakal atau berserah diri, banyak bersyukur kepada Allah, memperbanyak istighfar menghisab diri. 38 d. Bimbingan Akhlaq. Yaitu bimbingan tentang akhlaq dan perilaku yang disesuaikan dengan al- quran dan Sunnah.

II. Analisis pasien sebelum dan sesudah mendapat Bimbingan

Rohani. 1. Pasien sebelum mendapat bimbingan Dari hasil penelitian diatas ternyata memang betul pasien sebelum mendapat bimbingan banyak yang mengalami kegelisahan dan kecemasan berlebih dan rasa ketakutan akan kematian, seperti yang diungkapkan beberapa pasien di bawah ini: Menurut mulyati ia merasa gelisah dan tidak tenang seperti yang dikatakan olehnya : 38 Ust. Abdul Muhit,S.Pdi, Fiqih Bagi PasienTuntunan Ibadah Untuk Orang Sakit, 2008, h.4-6. “sebelum itu saya hampir berputus asa karena penyakit saya, saya sudah tidak tahu harus bagaimana lagi.. 39 a. Mulyati ini adalah salah satu pasien di LKC yang mengidap penyakit kanker, dulunya ia sempat di rawat di RSCM , setelah menjadi member LKC. Tim dari LKC sering hadir ke rumahnya home care untuk mengetahui keadaan mulyati dan memberikan bimbingan rohani karena ia merasa sudah tidak berdaya, tidak tahu apa yang harus dilakukan. b. Sedangkan menurut Menurut pak Wawan sebelum mendapat bimbingan dia bingung harus melakukan apa, seperti yang dikatakannya: sebelum dapet bimbingan kan saya hanya diem ya bingung mau ngerjain apa, sedangkan saya hanya terbaring di tempat tidur . yasudah saya Cuma diem saja saya juga bingung ketika mau melaksanakan sholat harus gimana 40 pak Wawan adalah salah satu pasien di LKC yang mengidap penyakit thipus sudah 2 minggu dia dirawat di LKC, dia merasa bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan kecuali hanya berbaring tidur dan menahan rasa sakit. c. Menurut ibu Yustinah sebelum mendapat bimbingan rohani ia merasa kurang mengontrol emosinya: “sebelum saya dapet bimbingan rohani saya itu orangnya suka marah, terus rada emosian apalagi kan saya sering sakit-sakitan kan, jadi bawaaannnya itu gimana gitu ka 41 Ibu Yustinah adalah salah satu pasien LKC yang sudah hampir 7 tahun lebih menjadi member LKC, ibu Yustinah ini menderita sakit lambung, ibu 39 Wawancara pribadi dengan mulyati, LKC, pada tanggal 4 mei 2011, pukul 10.00. 40 Wawancara pribadi dengan pak wawan, LKC pada tanggal 4 mei 2011, pukul 11.00. 41 Wawancara pribadi dengan ibu yustinah,LKC pada tanggal 5 mei 2011 pukul 13.00 Yustinah ini merupakan pasien yang aktif ikut pengajian bina rohani pasien yang diadakan oleh LKC. d. Menurut Herlan sebelum mendapat bimbingan dia merasa hampa. “sebelum saya dapat bimbingan rohani saya Cuma diem aja, sesekali sambil melamun memikirkan masa depan saya gimana nasibnya, jadi saya bukannya tambah sembuh malah kepikiran yang enggak-enggak. 42 Herlan merupakan pasien yang menderita sakit tumor. Dia terbilang masih muda umurnya baru 17 tahun, dia merasa sedih dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. 2. Keadaan Pasien setelah Bimbingan Rohani Pasien Pasien yang sudah mendaat bimbingan merasa lebih baik dan merasa lebih tenang dan nyaman berbeda ketika mereka belum mendapat bimbingan rohani. Karena: Spiritual seseorang akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap kesehatan dilihat dari perspektif yang luas. Fryback 1992 menemukan hubungan kesehatan dengan keyakinan terhadap kekuatan yang lebih besar, yang telah memberikan seseorang keyakinan dan kemampuan untuk mencintai. Kesehatan dipandang oleh beberapa orang sebagai suatu kemampuan untuk menjalani kehidupan secara utuh. Pelaksanaan perintah agama merupakan suatu cara seseorang berlatih secara spiritual. 43 Seperti yang diungkapkan pasien dibawah ini : a. Menurut Mulyati setelah mendapat bimbingan ia merasa lebih tenang dan lebih nyaman. “Perasaan saya pertamanya sih biasa aja ya dan saya sedikit tenang, cuman saya jadi mikir kalu semuanya itu kan bakal kembali kepada Allah ya.” 44 Disini terlihat bahwa bimbingan rohani ini membantu 42 Wawancara pribadi dengan herlan, LKC pada tanggal 5 mei 2011 pukul 13.30. 43 http:www.scribd.comdoc8343666Konsep-Sehat yang diakses pada tangal 10 mei 2011 44 Wawancara pribadi dengan mulyati, LKC, pada tanggal 4 mei 2011, pukul 10.00. dan mengarahkan pasien ke arah yang lebih baik, karena prinsip bimbingan: Menurut H.M. Arifin Bimbingan berarti menunjukkan atau memeberi jalan, atau menuntun orang lain ke arah tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya di masa kini dan masa mendatang.” 45 b. Menurut pak Wawan setelah mendapat bimbingan rohani dia merasa menj adi lebih baik dari sebelumnya. “Setelah dapet bimbingan saya merasa lebih baik ya dan sadar akan dosa- dosa saya, heheh.” 46 Pasien merasakan perbedaan ketika sesudah mendapat bimbingan dia merasa menjadi lebih baik dari sebelumnya. Karena sudah dijelaskan bahwa fungsi dari bimbingan itu salah satunya adalah : Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, fungsi ini berarti bahwa layanan bimbingan ini dapat membantu para individu dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah dan berkelanjutan. 47 Disini bisa dilihat perkembangan bapak wawan setelah mendapat bimbingan dia sadar akan dirinya yang masih banyak dosa dan ingin berusaha memperbaiki dirinya untuk menjadi lebih baik lagi. c. Menurut bu Yustinah setelah mendapat bimbingan merasa lebih banyak mendapat tentang pengetahuan agama. “Alhamdulillah ya setelah saya ikut pengajian ini saya merasa senang saya merasa lebih tambah pengetahuan yaaa, jadi ngerti giu mana yang baik dan mana yang tidak” 48 Ibu yustinah merasa senang ketika sudah mendapat bimbingan karena dia merasa bertambah pengetahuan tentang agama yang bisa menjadikan 45 H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama Jakarta : PT. Golden Terayon Press,1998, Cet, ke-6, h-1 46 Wawancara pribadi dengan pak wawan, LKC pada tanggal 4 mei 2011, pukul 11.00 47 Dewa Ketut Sukardi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Jakarta: Rineka Cipta, 2000, h. 26-27. 48 Wawancara pribadi dengan ibu yustinah,LKC pada tanggal 5 mei 2011 pukul 13.00 pedoman hidupnya. Karena menurutnya dia bisa mengetahui yang benar dan salah dari agama yang menjadi pedomannya. Salah satu tujuan bimbingan yaitu: Mengembangkan nilai dan sikap secara menyeluruh serta perasaan sesuai dengan penerimaan diri. 49 Dan disini ibu yustinah bisa mengembangkan dirinya melalui pedoman yang dia sudah tahu mana yang baik dan mana yang benar setelah mengikuti bimbingan rohani. d. Menurut Herlan setelah mendapat bimbingan rohani dia merasa lebih nyaman dan sadar akan dosa-dosa dia seperti yang dia katakan: Perasaan saya sih awalnya biasa saja tapi lama kelamaan saya jadi sadar kalau yang ngasih kesembuhan itu kan Allah jadi kita hanya bisa berusaha dengan berobat 50 Dalam tujuan bimbingan rohani ada yang namanya : Membantu klien untuk mengembangkan pemahaman diri sendiri sesuai dengan kecakapan, minat, pribadi dan kesempatan yang ada. 51 Herlan merasa lebih nyaman setelah mendapat bimbingan rohani, menurutnya dia juga sudah berusaha agar cepat sembuh, tetapi Allah lah yang menentukan dia hanya bisa berusaha dengan cara berobat. 49 Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam Yogyakarta. UI Press, 2001,Cet. Ke-2, h. 54 50 Wawancara pribadi dengan herlan, LKC pada tanggal 5 mei 2011 pukul 13.30. 51 Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam Yogyakarta. UI Press, 2001,Cet. Ke-2, h. 54. Jadi dari beberapa kegiatan bimbingan rohani yang ada di LKC sudah membantu dalam proses kesembuhan pasien. Bukan hanya sehat secara fisik tapi juga sehat rohani. 85

Bab V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, sebagaimana telah di uraikan dalam pembahasan pada bab sebelumnya, maka peneliti mencoba menyimpulkan bahwa Bentuk Layanan Bimbingan Rohani Pasien itu ada 2 macam. Peneliti mencoba untuk menguraikan kesimpulan sebagai berikut:

1. Bentuk Kegiatan Bimbingan Rohani ada 2macam yaitu :

a. Bimbingan rohani bagi pasien rawat inap. Bimbingan reguler atau cluster, yaitu salah satu bimbingan yang dilakukan bagi pasien rawat inap yang ada di LKC, bimbingan ini dilakukan per kamar. metode yang digunakan dalam bimbingan ini adalah metode direktif karena pendekatannya dilakukan secara langsung atau face to face berhadapan langsung dengan pasien. b. Bimbingan Rohani Pasien bagi pasien rawat jalan. Bimbingan ini diberikan kepada pasien yang berobat jalan atau rawat jalan. Biasanya dilakukan dengan cara pengajian masjid binaan LKC Pengajian member LKC binaan ini adalah salah satu program BRP yang dilakukan di luar yang bekerja sama dengan masjid-masjid di kelurahan ciputat dan sekitarnya. Pengajian ini diwajibkan bagi member LKC. Karena pengajian ini bertujuan untuk memperdalam pengetahuan agama kepada para member LKC. Adapun metode yang digunakan dalam pengajian ini adalah metode group guidance karena disini bimbingan ini dilakukan secara kelompok yaitu dalam bentuk ceramah dan diskusi.

B. SARAN

Tanpa mengurangi rasa hormat atas kerja keras yang dilakukan pihak panti dan dengan disertai keterbatasan seoarang peneliti sebagai manusia biasa yang memiliki keterbatasan dan tak luput dari kesalahan yang baru belajar tentang pengetahuan Bimbingan Rohani Pasien, di bawah ini akan di catat beberapa rekomendasi yang barang kali mampu memberikan masukan bagi Lembaga Kesehatan Cuma-Cuma untuk kinerja dan ektifitas kegiatan pemberdayaan di kemudian hari. a. Menambahkan anggota Pembina Rohani pasien agar tidak terbengkalai program yang lain dan agar bisa berjalan lebih bagus lagi, dan tentunya bisa mendapat hasil kinerja yang lebih baik. b. Membangun kembali mitra masjid binaan di beberapa kelurahan yang belum tersentuh agar para member LKC yang berada di daerah-daerah kecil juga masih bisa mendapat Bimbingan Rohani. c. Menambah waktu untuk layanan Bimbingan Rohani Pasien, karena banyak permintaan dari pasien juga dan lebih konsisten dengan waktu. d. Menambah program baru lagi agar lebih bervariatif dan tidak monoton. Daftar pustaka Al-Mawardi. Hikmah Puasa Tinjauan Ilmu Kedokteran. Jakarta: PT. Prima, 2001. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.Rieneka Cipta,1996. Barbara F. Weller. Kamus Saku Perawat. Jakarta: EGC,2005. Brooker, Christine. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta :EGC, 2001. Darajat, Zakiah. Psikoterapi Islam, Jakarta: PT Bulan Bintang , 2002. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2001. Dewa Ketut Sukardi. Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta, 2000. Djumhur dan M. Surya. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah . Bandung: CV. Ilmu, 1975. Faqih, Ainur Rahim. Bimbingan dan Konseling Dalam Islam Yogyakarta. UI Press, 2001. H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama JakartaPT. Golden Terayon Press,1998. Hawari, Dadang. Al-Quran: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Dana Bhakti Prisma Yasa, 1996. _______________, Pelatihan Relawan Bimbingan Rohani Pasien. Sawangan: DompetDhuafa Republika, tanggal, 9 juli 2003. Kaffie, Jammaluddin. Psikologi Dakwah. Surabaya: Indah, 1993. KBBI. Jakarta: Balai Pustaka, 2007. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitan Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2007. Muinuddin, Hakim. Penyembuhan Cara Sufi. Penerjemah Burhan Wira Subrata. Jakarta : Lentera, 1999. RI. Suhartin dan Bonar Simangunsong, Pembinaan Personil Melalui Bimbingan dan Penyuluhan. Jakarta ; Paneindo, 1989. Shaleh, Abdul Rahman. dan Wahab, Muhbib Abdul. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam. Jakarta : Kencana, 2004. Singarimbun, Masri dan Efendi, Sofyan. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES,1995. Slamito, Bimbingan di Sekolah, Jakarta: Bina Aksara, 1998. Yafie, Ali. dkk., Sakit Menguatkan Iman . Jakarta : Gema Insani Press, 1996.