Rata-rata komposisi minyak terdiri dari 58,2 sebagai sampel jenuh, 28,6 senyawa aromatik dan 14,2 senyawa polar. Berdasarkan klasifikasi minyak,
senyawa aromatik ini adalah senyawa hidrokarbon yang terdiri dari cincin yang mengandung enam atom karbon. Hampir kebanyakan senyawa aromatik ini bermassa
rendah dan jumlahnya dalam minyak sekitar 10-30 Syakti, 2005.
2.2.1 Minyak Wijen
Tanaman wijen Sesamum indicum L termasuk family Pedaliaceae, varietas Sesamum indicum sub spesies ialah S. orientale. Ketaren, 1986 Minyak wijen
mengandung zat tidak tersabunkan dalam jumlah relative tinggi. Tetapi kandungan tertinggi adalah sterol dan zat-zat yang tidak dapat dipisahkan dengan pemurnian,
sedangkan kadar bahan non minyak lainnya relative rendah Bailey, 1951.
Minyak wijen mengandung kurang lebih 0,3-0,5 sesameoline, fenol berikatan 1-4 yang dikenal sebagai sesamol, dan sesamine sekitar 0,5-0,1 .. Minyak
wijen juga mengandung asam-asam lemak, yaitu:
Asam Lemak Rumus
Persen
Asam lemak jenuh Palmitat
Stearat Arachidat
Asam lemak tidak jenuh Oleat
Linoleat linolenat
C
16
H
32
O
2
C
18
H
36
O
2
C
20
H
40
O
2
C
18
H
34
O
2
C
18
H
32
O
2
C
18
H
30
O
2
9,1 4,3
0,8
45,4 40,4
Hilditch, 1947 Tabel 2.1 Komposisi Asam Lemak Minyak Wijen
Universitas Sumatera Utara
Komposisi Jumlah gr
Air Protein
Lemak Karbohidrat
Ca P
Fe Vitamin B1
Vitamin C Bagian yang dapat dimakan
6 19,3
57,1 18,1
0,0012 0,614
0,0095 0,00093
0,0058 100
Ketaren, 1986 Tabel 2.2. Komposisi Gizi Wijen 100 gr
2.2.2 Analisis Kuantitatif Asam Lemak Bebas
Kadar Asam lemak bebas dinyatakan sebagai jumlah rata-rata dari bobot asam lemak yang tidak lagi terikat dengan molekul trigliserida dari setiap gram minyak atau
lemak. Soumano telah meneliti terbentuknya asam lemak yang bebas tersebut pada saat reaksi interesterifikasi enzimatik minyak nabati dengan biokatalis berbagai jenis
lipase Soumanou, M.M. 1997.
Untuk menentukan kadar minyak atau lemak dapat digunakan bilangan penyabunan yaitu jumlah milligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan satu
gram minyak atau lemak. Dalam penetapan bilangan penyabunan biasanya larutan alkali yang dipergunakan adalah KOH, yang diukur dengan hati-hati dengan
menggunakan buret dan pipet.
Campuran minyak atau lemak dengan larutan KOH didihkan pada pendingin alir balik sampai terjadi penyabunan yang lengkap, kemudian larutan KOH yang
tersisa ditetapkan dengan jalan titrasi dengan larutan HCl 0,5 N. Bilangan penyabunan dapat ditetapkan dengan jalan mengurangkan jumlah miliequivalen larutan alkali
beralkohol yang dipergunakan, dikalikan dengan berat molekul dari larutan alkali
Universitas Sumatera Utara
tersebut, dibagikan dengan berat contoh dalam gram. Berat molekul untuk larutan KOH adalah 56,1 : sedangkan berat molekul larutan NaOH adalah 39,9.
contoh gram
HCl N
x HCl
ml KOH
N x
KOH ml
Penyabunan Bilangan
1 ,
56 =
Ketaren, 1986.
Cara lain untuk menentukan kadar asam lemak bebas dalam minyak nabati yaitu dengan memodifikasi perhitungan menjadi bilangan asam atau acid value AV.
Bilangan asam dinyatakan sebagai mg KOH yang dibutuhkan untuk mentitrasi asam lemak bebas yang terkandung dalam 1 g minyak. Karenanya, pada perhitungan
bilangan asam, harus diketahui berat minyak yang bersangkutan AOCS, 1989.
Terdapat sejumlah metode penentuan kadar asam lemak bebas selain metode titri metri yaitu seperti metode yang didasarkan pada pengukuran PH atau tingkat
keasaman, dan teknik-teknik spektoskopi dengan atau tanpa pelarut Velasco Arjona, A. et al, 1998.
2.3 Bakteri
Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu dan berkembang biak dengan membelah diri. Ukuran bakteri bervariasi baik penampang maupun panjangnya, tetapi pada
umumnya penampang bakteri adalah sekitar 0,7-1,5 µm dan panjangnya sekitar 1- 6µ m. Bentuk bakteri dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Sferis kokus
Bakteri ada yang berbentuk sferis atau bulat, seperti ada yang ditemukan pada genus Staphylococcus, Streptococcus, Neisseria dan lain-lain
2. Batang basil
Bakteri yang berbentuk batang lurus misalnya dapat dijumpai pada famili Enterobacteriaceae seperti Escheria coli, Salmonella typhi, Klebsiella
pneumoniae maupun famili Bacillaceae seperti genus Clostridium dan genus
Universitas Sumatera Utara
Bacillus yaitu Bacillus anthracis penyebab penyakit anthraks. Selain bentuk batang lurus, dijumpai pula bentuk batang bengkok misalnya pada bakteri
Vibrio cholera penyebab penyakit cholera. 3.
Spiral Bakteri berbentuk spiral dijumpai pada penyebab penyakit sifilis yaitu
Treponema pallidum, bakteri penyebab demam bolak-balik yaitu Borelia reccurentis
Tim Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya,2003.
2.3.1 Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas aeruginosa merupakan salah satu spesies dari genus Pseudomonas. Pseudomonas aeruginosa bergerak aktif dengan flagella polar dan mempunyai ukuran
lebar 0,5-1 µm dan panjang 3-4 µ m dan bersifat aerob. Bakteri ini dapat menggunakan lebih dari 80 macam bahan organik untuk pertumbuhannya, tetapi Pseudomonas
dapat menggunakan arginine dan nitrat sebagai elektro akseptor sehingga dapat tumbuh pada suasana anaerob. Pseudomonas aeruginosa tumbuh pada suhu 35-42
o
C. P.aeruginosa menghasilkan pigmen piosianin Tim Mikrobiologi, Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya,2003.
Menurut Donnel, 1994 klasifikasi bakteri Pseudomonas adalah sebagai berikut:
Kingdom : Prokaryotae
Divisio : Gracilitutes
Kelas : Protobakteria
Famili : Pseumonadacae
Genus : Pseudomonas
Spesies : Pseudomonas sp.
Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa Pseudomonas sp merupakan salah satu anggota bakteri gram negative yang umumnya menggunakan protein atau
lipid sebagai sumber energi maupun sumber carbon dan juga mampu menguraikan berbagai jenis substrat Mc Clay, 1996 dan Wischnak, 1998.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Media Fermentasi
Untuk mendapatkan biakan murni bakteri, bahan pemeriksaan klinis tersebut ditanam pada media pembenihan. Media pembenihan yang digunakan untuk isolasi primer
tergantung dari dugaan kemungkinan bakterinya, namun biasanya digunakan media pembenihan padat yang mengandung agar-agar untuk mendapatkan koloni bakteri
yang terpisah isolated colony. Bakteri pada umumnya akan tumbuh dan berkembang dengan cepat, membentuk suatu koloni bila ditanam pada media pembenihan yang
sesuai setelah diinkubasikan selama 18-24 jam pada suhu yang sesuai pula. Tim Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya,2003.
Medium kultur harus mengandung semua elemen yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mikrobia, dalam proporsi yang serupa dengan yang ada pada sel
mikrobia yaitu :
Unsur Fungsi Fisiologi
Berat kering
Hidrogen Oksigen
Karbon Nitrogen
Sulfur Fosfor
Magnesium Mangan
Kalsium Besi
Kobalt Tembaga, seng
Molybdenum Penyusun senyawa organik
Penyusun senyawa organik Penyusun senyawa organik
Penyusun protein, asam nukleat, dan koenzim Penyusun protein, dan beberapa koenzim
Penyusun asam nukleat, fosfolipida, dan koenzim
Kofaktor pada sejumlah reaksi enzim ATP Kofaktor pada beberapa enzim
Kofaktor pada beberapa enzim Protease Penyusun sitokrom, protein, non-heme dan
kofaktor pada beberapa enzim Penyusun vitamin B
12
Penyusun beberapa enzim 8
20 50
14 1
3 0.5
0.1 0.5
0.2
0.03 0.03
Tabel 2.3. Unsur yang ada pada mikrobia
Universitas Sumatera Utara
Umumnya yang disebut makronutrien adalah yang dibutuhkan dalam jumlah besar seperti C, H, O, N,. Mesonutrien dibutuhkan dalam jumlah lebih sedikit seperti Mg, P,
S, dan mikronutrien dibutuhkan dalam jumlah sangat sedikit seperti Fe, Cu, Zn, dan Mo. Hidayat N, dkk. 2006. Salah satu u
nsur yang sangat penting dalam media adalah karbon. Secara umum sumber karbon yang optimal digunakan yaitu karbohidrat, hidrokarbon dan
minyak nabati. Beberapa organisme mengkonsumsi beberapa substrat, yang dikombinasi atau secara terpisah Desai et al., 1994.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat-alat
1. Gelas beaker
Pyrex 2.
Gelas ukur Pyrex
3. Gelas erlenmeyer
Pyrex 4.
Neraca analitik Ohaus
5. Indikator universal
Merck 6.
Autoklaf Yamato SN210
7. Oven
Gallenkamp 8.
Tabung reaksi Pyrex
9. Inkubator
Fisher Cientific 10.
Hot plate Thermolyne
11. Termometer
12. Labu takar
Pyrex 13.
Cawan Petri Pyrex
14. Jarum Ose
15. Pipet serologi
Pyrex 16.
Pipet Volumetri Pyrex
17. Pipet man
Gilson 18.
Bunsen 19.
Botol akuades 20.
Statif dan klem Pyrex
21. Buret
Pyrex 22.
Vortex Fisons
23. Spektrofotometric UV-Visible
Simadzu
Universitas Sumatera Utara
24. Spektrometric Genesis 20
Simadzu 25.
Shaker Kika HS 501
26. Sentrifugasi
Hettich EBA 85
3.1.2 Bahan-Bahan
1. Minyak Wijen
2. Akuades
3. Starter Pseudomonas Aeruginosa
4. Tripton Soya Agar
p.a.E.Merck 5.
NH
4
NO
3 s
p.a.E.Merck 6.
CaCl
2
.2H
2
O
s
p.a.E.Merck 7.
MgSO
4.
7H
2
O
s
p.a.E.Merck 8.
K
2
HPO
4 p
p.a.E.Merck 9.
KH
2
PO
4 s
p.a.E.Merck 10.
Alkohol 96 Teknis 96 Bratachem
11. Alkohol 70
Teknis 70 Bratachem 12.
Na
2
CO
3
s p.a.E.Merck
13. NaOH
s
p.a.E.Merck 14.
Kalium Natrium Tartrat
s
p.a.E.Merck 15.
CuSO
4.
5H
2
O
s
p.a.E.Merck 16.
Folin Ciocalteu
l
p.a.E.Merck 17.
Bovine Serum Albumin p.a.E.Merck
18. HCl
s
p.a.E.Merck 19.
KOH
s
p.a.E.Merck 20.
BaCl
2.
2H
2
O
s
p.a.E.Merck 21.
H
2
SO
4 l
p.a.E.Merck 22.
Indikator Penolftalein
Universitas Sumatera Utara
3.2 Prosedur Penelitian
3.2.1 Pembuatan Larutan Pereaksi 3.2.1.1 Pembuatan HCl 0,1 N
Dimasukkan 2 mL HCl p.a ke dalam labu takar labu takar 1000 mL kemudian diencerkan dengan akuades hingga tanda batas setelah itu homogenkan.
3.2.1.2 Pembuatan larutan Na
2
CO
3
2
Ditimbang 2 g Kristal Na
2
CO
3
, kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL; tuangkan akuades ¼ tabung dan homogenkan; tambahkan lagi
dengan akuades sampai tanda batas, homogenkan.
3.2.1.3 Pembuatan Buffer Phosfat 0,05 M untuk pH = 7
Dipakai rumus:
2 ,
7 ,
7 ]
[ ]
[ log
4 2
4 2
− =
− HPO
K PO
KH ]
[ ]
[ log
2 ,
7 ,
7
4 2
4 2
HPO K
PO KH
− =
] [
] [
log
4 2
4 2
HPO K
PO KH
pKa pH
− =
2 ,
] [
] [
log
4 2
4 2
− =
− HPO
K PO
KH
2 ,
] [
] [
log
4 2
4 2
= HPO
K PO
KH
5849 ,
1 ]
[ ]
[
4 2
4 2
= HPO
K PO
KH
1 5849
, 1
] [
] [
4 2
4 2
= HPO
K PO
KH
Universitas Sumatera Utara
Gram garam = garam x Molaritas x BM = 38,68 x 0,05 x 174
= 0,3868 x 0,05 x 174
= 3,3652 gL
Gram asam = Asam x Molaritas x BM = 61,32 x 0,05 x 136
= 0,6132 x 0,05 x 136 = 4,1698 gL
Ditimbang 4,1698 g KH
2
PO
4 s
dan 3,3652 g K
2
HPO
4 s
.
100 x
Asam Garam
Garam Garam
+ =
100 5849
, 1
1 1
x +
=
100 5849
, 2
1 x
= 68
, 38
=
100 x
Asam Garam
Asam Asam
+ =
100 5849
, 2
5849 ,
1 x
= 32
, 61
=
Universitas Sumatera Utara
3.2.1.4 Pembuatan larutan KOH 0,001 N
a. Pembuatan larutan KOH 0,001 N Ditimbang 0,056 g KOH dan dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml,
kemudian dilarutkan dengan akuades hingga tanda batas setelah itu dihomogenkan
b. Standarisasi larutan KOH 0,001 N dengan Asam Oksalat Ditimbang dengan teliti 0,001 g asam okslat BM=126, kemudian
dilarutkan ke dalam 25 mL aquadest dan ditambahkan 3 tetes indikatot phenolphthalein kemudian dititrasi dengan larutan KOH yang akan
distandarisasi hingga warna merah rose. Hal yang sama dilakuan 3 kali ulangan.
Perhitungan KOH
mL x
0,126 2
x oksalat
asam g
KOH larutan
N =
Sudarmaji, S. 1997
3.2.1.5 Pembuatan larutan Magnesium Sulfat 0,02
Ditimbang 0.05 g MgSO
4
.7H
2
O
s
, kemudian dimasukkan ke dalam labu takar
250 mL; tuangkan akuades ¼ tabung dan homogenkan; tambahkan lagi dengan akuades sampai tanda batas, homogenkan kemudian disterilkan.
3.2.1.6 Pembuatan larutan Kalium Natrium Tartrat 1 Ditimbang 1 g Kalium Natrium Tartrat, kemudian dimasukkan ke dalam labu
takar 100 mL; tuangkan akuades ¼ tabung dan homogenkan; tambahkan lagi dengan akuades sampai tanda batas, homogenkan.
3.2.1.7 Pembuatan pereaksi Lowry a. Pembuatan larutan NaOH 0,1 N
Ditimbang dengan teliti 0,4 g NaOH dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, tuangkan akuades ¼ tabung dan homogenkan; tambahkan lagi dengan
akuades sampai tanda batas homogenkan.
b. Pembuatan pereaksi A
Larutan 2 Na
2
CO
3
dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, diencerkan dengan akuades hingga tanda batas setelah itu dihomogenkan
Universitas Sumatera Utara
c. Pembuatan pereaksi B
Ditimbang 0,5 g CuSO
4.
5H
2
O dan dilarutkan dengan larutan Kalium Natriun Tartrat 1 dalam labu takar 100 mL hingga tanda batas setelah itu
dihomogenkan.
d. Pembuatan pereaksi C
Dicampurkan pereaksi C dan pereaksi A deengan perbandingan 1:50, pereaksi ini harus dalam keadaan segar ketika akan digunakan untuk analisa.
e. Folin-Ciocalteu
Diencerkan pereaksi Folin-Ciocalteu dengan akuades dengan perbandingan 1:50 Apriyantono. A, 1989
3.2.1.8 Pembuatan larutan Bovine Serum Albumin BSA 5 mgmL
Ditimbang dengan teliti 1,25 g BSA dan dimasukkan ke dalam labu takar 250 mL dan dilarutkan dengan akuades sampai garis tanda setelah itu
dihomogenkan.
3.2.1.9 Pembuatan Larutan standard BSA 1000 µgmL
Dipipet 20 mL dari larutan induk BSA 5000 µgmL dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, dilarutkan dengan akuades sampai garis tanda setelah itu
dihomogenkan.
3.2.1.10 Pembuatan Larutan standard BSA 350 µgmL
Dipipet 35 mL dari larutan standard BSA 1000 µgmL dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, dilarutkan dengan akuades sampai garis tanda setelah itu
dihomogenkan.
3.2.1.11 Pembuatan Larutan standard BSA 300 µgmL
Dipipet 30 mL dari larutan standard BSA 1000 µgmL dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, dilarutkan dengan akuades sampai garis tanda setelah itu
dihomogenkan.
Universitas Sumatera Utara
3.2.1.12 Pembuatan Larutan standard BSA 250 µgmL
Dipipet 25 mL dari larutan standard BSA 1000 µgmL dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, dilarutkan dengan akuades sampai garis tanda setelah itu
dihomogenkan.
3.2.1.13 Pembuatan Larutan standard BSA 200 µgmL
Dipipet 20 mL dari larutan standard BSA 1000 µgmL dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, dilarutkan dengan akuades sampai garis tanda setelah itu
dihomogenkan.
3.2.1.14 Pembuatan Larutan standard BSA 150 µgmL
Dipipet 15 mL dari larutan standard BSA 1000 µgmL dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, dilarutkan dengan akuades sampai garis tanda setelah itu
dihomogenkan.
3.2.1.15 Pembuatan Larutan standard BSA 100 µgmL
Dipipet 10 mL dari larutan standard BSA 1000 µgmL dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, dilarutkan dengan akuades sampai garis tanda setelah itu
dihomogenkan.
3.2.1.16 Pembuatan Larutan standard BSA 50 µgmL
Dipipet 5 mL dari larutan standard BSA 1000 µ gmL dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL, dilarutkan dengan akuades sampai garis tanda setelah itu
dihomogenkan.
3.2.2 Sterilisasi Alat
Dicuci alat-alat yang akan digunakan sampai bersih, kemudian dikeringkan dan ditutup rapat dengan kapas setelah itu dibalut dengan kertas. Setelah itu
dimasukkan ke dalam oven. Disterilisasi sampai suhu 221
o
C dan dipertahankan suhu selama lebih kurang 15 menit.
Universitas Sumatera Utara
3.2.3 Pembuatan Media 3.2.3.1 Pembuatan Media Tripton Soya Agar