Untuk uji aktivitas pada ekstrak kasar enzim lipase yang menggunakan kofaktor enzim Ca
2+
diukur dengan cara yang sama yatu berdasarkan perbedaan kadar asam lemak bebas pada minyak wijen setelah penambahan enzim lipase yang mengandung
kofaktor enzim Ca
2+
sehingga diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.1.5.2. Aktivitas ekstrak kasar Enzim Lipase dengan menggunakan
kofaktor enzim Ca
2+
Ekstrak kasar Enzim
Berat Wijen gram
Volume KOH mL Rata -
rata Kadar ALB
g ALBg Minyak Unit
x 10
-4
µmolmenit I
II III
2 2,5
6,8 6,9
6,5 6,73
0,0759 6,23
4 2,5
7,5 7,6
7,5 7,57
0,0854 7,01
6 2,5
7,5 7,6
7,6 7,57
0,0854 7,01
8 2,5
9,6 9,8
9,6 9,67
0,1091 8,96
10 2,5
12,6 12,8
12,2 12,53
0,1413 11,60
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian
Grafik berikut memperlihatkan hubungan antara hasil ekskresi enzim oleh Pseudomonas aeruginosa dengan penambahan substrat dengan konsentrasi yang
berbeda dan perbedaan kadar enzim pada masing – masing perlakuan dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
2 2,5
8,2 8,3 8,9 8,5
0,0959 7,87
4 2,5
9,2 8,7 9,0 8,9
0,1004 8,24
6 2,5
8,8 8,9 9,1 8,9
0,1004 8,24
8 2,5
9,5 9,8 9,0 9,1
0,1026 8,42
10 2,5
8,8 8,7 8,8 8,8
0,0992 8,14
550 950
800 752
250 000
225 875
16250
550
550 700
825 67025
60375
60000 70000
80000
12000 14000
16000 18000
μ g
m L
si
Kadar enzim μgmL pada setiap perlakuan
untuk konsentrasi substrat 2, 4, 6, 8, 10 .
n II n III
n I
Universitas Sumatera Utara
Grafik 4.2.1
Dari hasil di atas secara keseluruhan dapat diketahui bahwa kadar enzim pada semua perlakuan berbeda – beda, dimana kadar ekstrak kasar enzim tertinggi
diperoleh pada perlakuan konsentrasi substrat minyak wijen 8, baik pada perlakuan I, perlakuan II, dan perlakuan III yang masing – masing yaitu 67025
μgmL, 7752 μgmL, 16250 μgmL yang berbeda sangat nyata dibandingkan dengan konsentrasi
awal penambahan substrat. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas metabolisme Pseudomonas aeruginosa yang tertinggi pada masa inkubasi optimum-nya selama 72
jam Priyani, N, 2001 dapat dicapai dengan konsentrasi penambahan substrat sebanyak 8. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal antara lain.
Konsentrasi substrat 8 merupakan konsentrasi optimum bagi Pseudomonas aeruginosa untuk menghasilkan enzim lipase ekstrasel dimana selama waktu
perulangan tetap menunjukkan bahwa pada konsentrasi substrat 8 bakteri menghasilkan lipase secara maksimal. Hal ini ditunjukkan oleh kadar enzim yang
mengalami penurunan pada konsentrasi substrat 10, pada konsentrasi ini kemungkinan lapisan minyak cukup menghalangi difusi oksigen ke dalam media yang
dapat mengganggu metabolisme bakteri Wardhana, 1995 mengingat minyak yang tersedia masih cukup dan Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri aerob yang
sangat membutuhkan oksigen dalam kelangsungan proses metabolismenya Tim Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya,2003 sehingga membuat
hasil sekresi enzim menurun pada konsentrasi 10.
Universitas Sumatera Utara
Grafik berikut memperlihatkan hubungan antara hasil ekskresi enzim oleh Pseudomonas aeruginosa pada substrat dengan adanya penambahan kofaktor enzim
Ca
2+
. Untuk lebih jelasnya perbedaan kadar enzim pada masing – masing perlakuan dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Grafik 4.2.2
Dari hasil di atas pada setiap perlakuan terjadi peningkatan kadar enzim yang di sekresikan oleh bakteri Pseudomonas aeruginosa hingga pada konsentrasi substrat
10 pada waktu inkubasi yang sama, tetapi berbeda sangat nyata pada penambahan substrat dengan konsentrasi 2
Pada penambahan substrat konsentrasi 2 terjadi kompetisi terhadap substrat yang tersedia cukup sedikit sehingga menyebabkan kematian sebagian sel, sedangkan
bakteri yang survive tetap menunjukkan aktivitas metabolisme yang ditandai dengan tetap terjadi produksi enzim tetapi tidak terlalu nyata.
Dengan penambahan kofaktor enzim ini terjadi peningkatan kadar enzim sesuai dengan yang diharapkan dimana terjadi peningkatan secara terus menerus, hal
ini disebabkan oleh kofaktor dari ion logam Ca
2+
dalam konsentrasi yang rendah akan mengaktifkan reaksi enzimatik lipase Malcolm, D, 1964.
3900 3850
5800 6075
11875
4775 4850
5025 5225
5525
5400 5825
29800 35550
55775
10000 20000
30000 40000
50000 60000
2000 4000
6000 8000
10000 12000
14000
K a
d a
r e
n zi
m μ
g m
L
Konsentrasi
Kadar enzim μgmL pada setiap perlakuan untuk
konsentrasi substrat 2, 4, 6, 8, 10 dengan penambahan koenzim Ca2+
Perulangan II Perulangan III
Perulangan I
Universitas Sumatera Utara
Pada beberapa mikroorganisme seperti Rhizopus japanicus sebagian besar enzim lipase ekstrasel tidak dilepas ke dalam medium sehingga dengan perlakuan
khusus yaitu penambahkan ion magnesium ke dalam media pertumbuhan berhasil dapat menstimulasi pelepasan lipase ektraseluler dari dinding sel mikroorganisme
sehingga dapat meningkatkan pembentukan lipase Aisaka Terada, 1979.
Pada setiap jenis minyak nabati, kecenderungan berkurangnya tingkat kadar asam lemak bebas pada minyak apabila ditambahkannya enzim lipase pada minyak
merupakam korelasi yang menunjukkan adanya aktivitas dari enzim lipase.
Berikut adalah grafik dari aktivitas enzim lipase dari setiap sampel hasil ekskresi Pseudomonas aeruginosa yang berbeda pada setiap minyak normal yang
ditunjukkan dari kadar ALB untuk masing – masing perlakuan dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Grafik 4.2.3 Sedangkan untuk grafik dari aktivitas enzim lipase dari setiap sampel hasil
ekskresi Pseudomonas aeruginosa yang berbeda pada setiap minyak normal yang ditambahkan pada minyak wijen normal yang ditunjukkan dari kadar ALB untuk
masing – masing perlakuan dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Universitas Sumatera Utara
Grafik 4.2.4 Dari dua grafik di atas dapat dilihat adanya perbedaan yang nyata antara
aktivitas ekstrak kasar enzim lipase tanpa penambahan kofaktor enzim Ca
2+
dan aktivitas dari ekstrak kasar enzim lipase yang mengandung kofaktor enzim Ca
2+
.
Pada grafik 4.2.1 terlihat peningkatan aktivitas ekstrak kasar enzim lipase pada konsentrasi 8, sebanding dengan peningkatan jumlah produksi kadar enzim pada
konsentrasi tersebut dimana kesebandingan tersebut ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan kadar asam lemak bebas pada konsentrasi yang sama yaitu kadar enzim
tertinggi diperoleh pada perlakuan konsentrasi substrat minyak wijen 8, baik pada perlakuan I, perlakuan II, dan perlakuan III yang masing – masing yaitu 67025
μgmL, 7752 μgmL, 16250 μgmL.
Menurut Girindea, 1993, kecepatan reaksi bergantung pada konsentrasi enzim yang berperan sebagai katalisator dalam reaksi. Kekhasan suatu reaksi yang
dikatalisis oleh enzim pada terbentuknya terlebih dahulu kompleks anzim substrat ES, yang kemudian terurai lagi menjadi enzim dan produknya E dan P. dan
menurut Schwimmer, S, 1981 enzim lipase triasilgliserol [TAG] hydrolase EC 3.1.1.3 yang menghidrolisis minyak sebagai penyebab terbentuknya asam lemak
bebas. reaksi umum sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
O O CH
2
O-C-R
’
Lipase
CH
2
O-H R
2
-C-O-CH + 3 H
2
O H-O-CH
+ 3RCOOH CH
2
O-C-R
3
CH
2
O-H O
Trigliserida Gliserol
Asam Lemak Bebas
Menurut Nishio, 1987, Enzim lipase atau lengkapnya triasilgliserol lipase
adalah enzim yang menghidrolisis ester karboksilat. Enzim ini mempunyai substrat alami berupa trigliserida dari asam lemak.
Sedangkan pada grafik 4.2.2 terlihat peningkatan kadar asam lemak bebas hingga konsentrasi 10. Menurut Lehninger, 1998, aktivitas suatu enzim
dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu: pH, konsentrasi enzim, suhu, dan adanya aktivator atau inhibitor. Dalam hal ini activator yang digunakan adalah ion Ca
2+
, sehingga dapat dilihat bahwa dengan adanya penambahan kofaktor enzim sebagai
aktivator dari enzim lipase, aktivitas enzim terus meningkat hingga konsentrasi 10 .
Karena menurut Soeharsono, 1989, dalam aktivitasnya enzim membutuhkan kofaktor yang bisa berupa senyawa organik atau logam dan menurut
Schwimmer, S. 1981, pada enzim lipase dengan adanya ion logam Ca
2+
dalam konsentrasi yang rendah akan mengaktifkan reaksi enzimatik lipase. Fungsi dari ion
logam tersebut pada semua enzim, mencakup: a secara tepat menjadi katalis pada enzim, b Berpartisipasi dalam ikatan substrat pada sisi active, c menjaga konformasi
enzim agar tetap sebagai katalis, dan d berpartisipasi dalam reaksi redoks. Milton, S.
H. 1987.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan