masuknya”, seperti adanya luka kecil pada alat kelamin, mulut, gusi, dan atau penyakit gigi dan mulut yang diderita.
2. Transmisi non seksual, ada dua yaitu transmisi parental yaitu akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya alat tindik yang telah terkontaminasi,
misalnya pada penyalahgunaan narkotik suntik yang menggunakan jarum suntik yang tercemar secara bersama-sama. Dapat juga terjadi melalui jarum suntik yang
dipakai oleh petugas kesehatan. Sedangkan transmisi transplasental yaitu penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anak mempunyai risiko
sebesar 50. Penularan dapat terjadi sewaktu hamil, melahirkan, dan sewaktu menyusui. Penularan melalui Air Susu Ibu ASI termasuk penularan dengan
risiko rendah. Selain itu juga penularan HIVAIDS dapat melalui transfusi darahproduk darah yang sudah tercemar Zein, 2007.
2.6 Pencegahan HIVAIDS
Menurut Zulkifli 2004 penyakit AIDS adalah penyakit yang sudah pasti akan mendatangkan kematian maka pencegahan merupakan upaya penanggulangan
yang terutama harus dilakukan. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah: 1. Pencegahan penularan melalui jalur non seksual:
a. Transfusi darah, cara ini dapat dengan mengadakan pemeriksaan donor darah sehingga darah yang bebas HIV saja yang ditransfusikan.
b. Penularan AIDS melalui jarum suntik oleh dokter paramedis dapat dicegah dengan upaya sterilisasi yang baku atau menggunakan jarum suntik sekali
pakai.
Universitas Sumatera Utara
2. Pencegahan penularan melalui jalur seksual, penularan ini dapat dilakukan dengan pendidikanpenyuluhan yang intensif yang ditujukan pada perubahan cara
hidup dan perilaku seksual, karena pada hakekatnya setiap individu secara potensi adalah pelaku seks. Potensi ini mencapai puncaknya pada usia remaja dan
membutuhkan penyaluran sampai seseorang mencapai usia tua. Adanya salah informasi dalam kehidupan remaja yang beranggapan bahwa masturbasi lebih
berdosa dibanding dengan senggama sehingga banyak remaja yang terjerumus untuk menyalurkan hasrat seksualnya kepada wanita tunasusila, sehingga mereka
rawan tertular AIDS. Untuk menanggulanginya harus dilakukan penyuluhan untuk memberikan informasi yang benar mengenai AIDS. Selain itu upaya
pencegahan yang dapat dilakukan dengan mengurangi pasangan seksual, monogami, menghindari hubungan seksual dengan WTS, tidak melakukan
hubungan seksual dengan penderita atau yang diduga menderita AIDS dan meninggalkan penggunaan kondom.
3 Pencegahan penularan dari ibu dan anak, upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada penularan ini adalah dengan menganjurkan kepada ibu yang menderita
AIDS atau HIV positif untuk tidak hamil Depkes RI, 2005. Ada beberapa strategi yang penting dalam mencegah penularan HIVAIDS
ibu ke bayi. Pertama, dengan pemberian obat antiretroviral. Obat ini bekerja langsung menghambat replikasi dan perkembangan virus HIV Kedua, melakukan persalinan
yang aman pada saat kehamilan, selama persalinan, dan setelah persalinan. Cara persalinan yang diperkenankan pada ibu dengan HIV positif adalah dengan operasi,
penularan HIV dari ibu ke anak dapat ditekan sampai 50 dibandingkan dengan
Universitas Sumatera Utara
persalinan normal. Setelah anak dilahirkan, ada beberapa hal yang juga harus diperhatikan terutama saat menyusui si bayi. Disarankan, ibu yang melahirkan anak
dengan HIV positif sebaiknya tidak menyusui karena dapat terjadi penularan HIV dari ibu ke bayi antara 10-20, terlebih jika payudara ibu mengalami luka lecet
ataupun radang Mulyana, 2008.
2.7 Penangulangan HIVAIDS di Indonesia