Patogenesis Tanda dan Gejala AIDS

kasus-kasus AIDS meningkat dengan cepat. Dewasa ini penyakit HIVAIDS telah merupakan pandemi, telah menyerang jutaan penduduk dunia, pria, wanita, bahkan anak-anak. WHO memperkirakan bahwa sekitar 15 juta orang diantaranya 14 juta remaja dan dewasa terinfeksi HIV. Setiap hari 5000 orang tertular virus HIV Siregar, 2004,. Menurut Lembaga Internasional Program PBB mengenai HIVAIDS UNAIDS mengumumkan bahwa di seluruh dunia, setiap 11 detik seorang tewas akibat AIDS dan satu orang tertular virus AIDS setiap enam detik. Penyakit tersebut akan merenggut 68 juta jiwa lagi jika upaya pencegahan tidak ditingkatkan Satumed, 2008.

2.3 Patogenesis

Dasar utama patogenesis HIV adalah kurangnya jenis limfosit T helper induser yang mengandung marker CD 4 sel T4. Limfosit T4 merupakan pusat dan sel utama yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam menginduksi fungsi-fungsi imunologik. Menurun atau hilangnya sistem imunitas seluler, tejadi karena HIV secara selektif menginfeksi sel yang berperan membentuk zat antibodi pada sistem kekebalan tersebut, yaitu sel limfosit T4 setelah HIV mengikat diri pada molekul CD 4, virus masuk kedalam target dan ia melepas bungkusnya kemudian dengan enzym reverse transcryptae ia merubah bentuk RNA agar dapat bergabung dengan DNA sel target. Selanjutnya sel yang berkembang biak akan mengundang bahan virus genetik. Infeksi HIV dengan demikian akan menjadi irreversible dan berlangsung seumur hidup Siregar, 2004. Universitas Sumatera Utara Secara berlahan tetapi pasti limfosit T penderita HIV semakin tertekan atau semakin menurun dari waktu ke waktu. Sistem immun individu terhadap mikroorganisme patogen berdasarkan jumlah limfosit T-CD 4 secara normal berkisar 600-1200 mm 3 , jika lebih rendah, immun tubuh mudah terserang berbagai penyakit Nasrodin, 2007.

2.4 Tanda dan Gejala AIDS

Global Programme on AIDS dari Badan Kesehatan dunia WHO mengusulkan ”Pembagian Tingkat Klinik Penyakit Infeksi HIV” sesudah mengadakan pertemuan di Geneva bulan Juni tahun 1989 dan bulan penderita seropositif HIV dari 26 Pusat Perawatan yang berasal dari 5 benua. Pembagian tingkat klinik infeksi HIV tersebut adalah sebagai berikut Djoerban, 2001: Tingkat Klinik 1 AsimptomatikLGP: 1. Tanpa gejala sama sekali 2. Limfadenopati Generalisata Persisten LGP: yakni pembesaran kelenjar getah bening di beberapa tempat yang menetap Pada tingkat ini pasien belum mempunyai keluhan dan dapat melakukan aktivitasnya secara normal. Tingkat Klinik 2 Dini : 1. Penurunan berat badan kurang dari 10. 2. Kelainan mulut dan kulit yang ringan, misalnya dermatitis seboroika, prurigo, infeksi jamur pada kuku, ulkus pada mulut berulang, dan cheilitis angularis. 3. Herpes Zoster yang timbul pada 5 tahun terakhir. 4. Infeksi saluran nafas bagian atas berulang, misalnya sinusitis. Universitas Sumatera Utara Pada tingkat ini, pasien sudah menunjukkan gejala tetapi aktivitas tetap normal. Tingkat Klinik 3 Menengah dengan tanda dan gejala: 1. Penurunan berat badan 10 berat badan. 2. Diare kronik 1 bulan, penyebab tidak diketahui. 3. Panas tidak diketahui sebabnya selama lebih dari 1 bulan, hilang timbul terus- menerus. 4. Kandidiasis mulut. 5. Bercak putih berambut di mulut. 6. Tuberkolosis paru setahun. 7. Infeksi bakteril yang berat, misalnya pneumonia. Pada tingkat klinik 3, penderita biasanya berbaring di tempat tidur lebih dari 12 jam sehari, selama sebulan terakhir. Tingkat Klinik 4 Lanjut dengan tanda dan gejala: 1. Badan menjadi kurus. 2. Pnemonia Pneumosistis Karini. 3. Toksoplasmosis otak. 4. Kriptosporidiosis di luar paru. 5. Penyakit virus sitomegalo pada organ tubuh, kecuali di limpa, hati atau kelenjar getah bening. 6. Mikosis infeksi jamur apa saja misalnya histoplasmosis yang endemik menyerang banyak organ tubuh. 7. Limfoma. 8. Sarkoma kaposi. Universitas Sumatera Utara 9. Ensefalopati HIV, yaitu gangguan kognitif atau disfungsi motorik yang mengganggu aktivitas sehari-hari, progresif sesudah beberapa minggu atau beberapa bulan, tanpa dapat ditemukan penyebabnya selain HIV.

2.5 Cara Penularan HIVAIDS

Dokumen yang terkait

Analisis Persepsi Penyakit dan Nilai Syariat Islami terhadap Minat Memanfaatkan Pelayanan Voluntary Counseling And Testing (VCT) di Kota Langsa

2 70 107

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) pada Kelompok Risiko HIV/AIDS di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan

5 90 147

Karakteristik dan Cara Penularan Penderita HIV/AIDS yang Memanfaatkan Klinik Voluntary Counselling And Testing (VCT) Pusat Pelayanan Khusus (Pusyansus) RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2008

5 76 72

Keputusan Waria Melakukan Tes HIV/AIDS Pasca Konseling Di Klinik Infeksi Menular Seksual Dan Voluntary Counselling And Testing Veteran Medan Tahun 2009

0 68 124

Peran Komunikasi Antar Pribadi Dalam Voluntary Counselling And Testing : (Studi Deskriptif Tentang Faktor Konsep Diri ODHA Setelah Melakukan Konseling dan Tes HIV di Klinik Voluntary Counselling and Testing RSU Pirngadi Medan)

1 64 100

Karakteristik Penderita HIV/Aids Di Pusat Pelayanan Khusus (PUSYANSUS) Klinik Voluntary Counseling And Testing (VCT) RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006 – 2007

2 59 101

Karakteristik Penderita Leukimia Rawat Inap Di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2004-2007

1 45 116

Gambaran Tingkat Depresi pada Pasien HIV/AIDS di Pusat Pelayanan Khusus RSUP Haji Adam Malik Medan

9 44 76

Gambaran Perencanaan Pemasaran Sosial Program Voluntary Counselling And Testing (VCT) HIV-AIDS di Puskesmas Ciputat Tahun 2014

10 174 204

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) pada Kelompok Risiko HIV/AIDS di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan

0 0 16