Penangulangan HIVAIDS di Indonesia Pelayanan Kesehatan untuk AIDS

persalinan normal. Setelah anak dilahirkan, ada beberapa hal yang juga harus diperhatikan terutama saat menyusui si bayi. Disarankan, ibu yang melahirkan anak dengan HIV positif sebaiknya tidak menyusui karena dapat terjadi penularan HIV dari ibu ke bayi antara 10-20, terlebih jika payudara ibu mengalami luka lecet ataupun radang Mulyana, 2008.

2.7 Penangulangan HIVAIDS di Indonesia

Prinsip dasar penanggulangan HIVAIDS dan narkoba di Indonesia Djoerban, 2001: 1. Setiap upaya penanggulangan HIVAIDS dan narkoba harus mencerminkan nilai- nilai sosio-budaya masyarakat setempat. 2. Setiap kegiatan diharapkan untuk mempertahankan dan memperkukuh ketahanan dan kesejahteraan keluarga serta sistem dukungan sosial yang mengakar dalam masyarakat. 3. Pencegahan penularan HIVAIDS dan penyalahgunaan narkoba diarahkan kepada upaya pendidikan dan penyuluhan untuk memantapkan perilaku. 4. Setiap orang berhak mendapatkan informasi yang benar guna melindungi diri sendiri dan orang lain terhadap infeksi HIVAIDS dan penyalahgunaan narkoba. 5. Setiap kebijakan, pelayanan dan kegiatan harus tetap menghormati harkat dan martabat individu. 6. Setiap pemeriksaan untuk mendiagnosa HIVAIDS harus didahului dengan penjelasan yang benar dan mendapat persetujuan yang bersangkutan. Sebelum dan sesudah pemeriksaan harus diberikan konseling yang memadai dan hasil pemeriksaan wajib dirahasiakan. Universitas Sumatera Utara 7. Setiap pemberi layanan berkewajiban memberikan pelayanan tanpa diskriminasi pada pengidap HIVAIDS.

2.8 Pelayanan Kesehatan untuk AIDS

Orang dengan HIVAIDS ODHA memerlukan pelayanan kesehatan yang berkesinambungan, pemantauan yang seksama untuk mencegah infeksi, serta pengobatan segera agar infeksi sekunder tidak berlarut-larut dan menyebabkan cacat. Seringkali merawat ODHA lebih sulit dari penyakit kronik lain, karena: 1. Terbatasnya tenaga yang terdidik dan terlatih 2. ODHA memerlukan dukungan emosi khusus. 3. Pemantauan medik untuk mencegah kekambuhan sehingga dapat dicegah perawatan di rumah sakit. 4. Beberapa tenaga kesehatan sendiri masih cemas dan ketakutan untuk merawat karena belum mendapat penerangan dan pendidikan yang baik. Fasilitas kesehatan yang diperlukan oleh ODHA adalah sebagai berikut: 1. Fasilitas Perawatan Akut Fasilitas rawat inap intensif yang mempunyai staf lengkap dan sudah berpengalaman. Di ruang rawat ini pasien AIDS diawasi 24 jam penuh. Jenis pelayanan dasar yang diperlukan adalah penyakit dalam, bedah, anastesi, laboratorium, radiologi, gizi, dan farmasi. 2. Fasilitas Perawatan Khusus Adalah fasilitas perawatan yang sudah terbiasa merawat pasien AIDS. Unit ini menyediakan perawatan untuk pasien AIDS yang tidak dalam fase akut tetapi memerlukan perawatan di rumah sakit untuk rehabilitasi. Universitas Sumatera Utara 1. Fasilitas Perawatan Intermediat Fasilitas ini diperlukan untuk ODHA yang tidak terus menerus memerlukan dokter atau perawat yang berpengalaman. Ini berlaku baik untuk fasilitas rawat inap maupun rawat jalan. 2. Fasilitas Perawatan Masyarakat Shelter ODHA yang sedang tidak dirawat di rumah sakit kadang-kadang memerlukan beberapa jenis fasilitas non medik, seperti perumahan, pengadaan makanan, dan bantuan aktifitas sehari-hari seperti makan, mandi atau ke toilet. 3. Pusat Kesehatan Masyarakat Puskesmas Puskesmas yang diperlukan adalah yang dilengkapi dengan pelayanan psikologis, rehabilitasi, sosial, gizi, dan pendidikan kesehatan. 4. Perawatan Kesehatan di Rumah Fasilitas ini diperlukan oleh ODHA agar ia tetap tinggal dirumahnya sambil terus dipantau dan mendapat perawatan medik yang berkesinambungan. Untuk tujuan tersebut diperlukan pekerja sosial, perawat, dan relawan baik dari kalangan agama maupun dari lapisan masyarakat lain Djoerban, 2001. 2.9 Voluntary Counselling and Testing VCT 2.9.1 Definisi Konseling dalam VCT

Dokumen yang terkait

Analisis Persepsi Penyakit dan Nilai Syariat Islami terhadap Minat Memanfaatkan Pelayanan Voluntary Counseling And Testing (VCT) di Kota Langsa

2 70 107

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) pada Kelompok Risiko HIV/AIDS di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan

5 90 147

Karakteristik dan Cara Penularan Penderita HIV/AIDS yang Memanfaatkan Klinik Voluntary Counselling And Testing (VCT) Pusat Pelayanan Khusus (Pusyansus) RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2008

5 76 72

Keputusan Waria Melakukan Tes HIV/AIDS Pasca Konseling Di Klinik Infeksi Menular Seksual Dan Voluntary Counselling And Testing Veteran Medan Tahun 2009

0 68 124

Peran Komunikasi Antar Pribadi Dalam Voluntary Counselling And Testing : (Studi Deskriptif Tentang Faktor Konsep Diri ODHA Setelah Melakukan Konseling dan Tes HIV di Klinik Voluntary Counselling and Testing RSU Pirngadi Medan)

1 64 100

Karakteristik Penderita HIV/Aids Di Pusat Pelayanan Khusus (PUSYANSUS) Klinik Voluntary Counseling And Testing (VCT) RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006 – 2007

2 59 101

Karakteristik Penderita Leukimia Rawat Inap Di RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2004-2007

1 45 116

Gambaran Tingkat Depresi pada Pasien HIV/AIDS di Pusat Pelayanan Khusus RSUP Haji Adam Malik Medan

9 44 76

Gambaran Perencanaan Pemasaran Sosial Program Voluntary Counselling And Testing (VCT) HIV-AIDS di Puskesmas Ciputat Tahun 2014

10 174 204

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) pada Kelompok Risiko HIV/AIDS di Klinik IMS dan VCT Veteran Medan

0 0 16