18
berikutnya. Ada juga bank yang mengalami penurunan dari thaun sebelumnya dan mengalami kenaikan di tahun berikutnya.
Berdasarkan latar belakang, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian melalui penulisan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan dan Risiko Sistematis Terhadap Harga Saham Perbankan di
Bursa Efek Indonesia” 1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalahnya adalah Apakah kinerja keuangan yang terdiri dari:
Capital Adequacy Ratio CAR, Non Performing Loan NPL, Net Interest Margin NIM,
Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional BOPO, Loan to Deposit
Ratio LDR, dan risiko sistematis berpengaruh signifikan terhadap harga saham perbankan di Bursa Efek Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis Pengaruh kinerja keuangan yang terdiri dari
Capital Adequacy Ratio CAR, Non Performing Loan NPL, Net Interest Margin NIM, Biaya Operasional Terhadap
Pendapatan Operasional BOPO, Loan to Deposit Ratio LDR, dan risiko
sistematis terhadap harga saham perbankandi Bursa Efek Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
19
a. Bagi Perusahaan atau Bank Sebagai masukan bagi pihak perusahaan atau bank dalam mengevaluasi kinerja
keuangan untuk menetapkan kebijakan selanjutnya agar dapat bertahan dalam persaingan perbankan yang semakin kompetitif serta mengetahui pengaruh
risikosistematis terhadap harga saham perbankan. b. Bagi Program Studi Ilmu Manajemen UniversitasSumatera Utara
Sebagai bahan kajian ilmu yang berhubungan dengan manajemen keuangan, khususnya mengenai kinerja keuangan, risiko sistematis dan pengaruhnya
terhadap hargasaham perbankan. c. Bagi Peneliti
Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan penulis tentang analisis kinerja keuangan, khususnya analisis rasio keuangan,
analisisrisiko sistematis serta kaitannya terhadap harga saham. d. Bagi Pihak Lain
Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan, memberikan informasi sebagaireferensi atau perbandingan bagi peneliti lain dalam penelitian
selanjutnya demi mengembangkan ilmu pengetahuan baik secara umum maupun khusus terhadapilmu pengetahuan yang dijadikan dasar penelitian ini.
20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori tentang Kinerja Keuangan 2.1.1. Pengertian Kinerja Keuangan
Pengukuran kinerja perusahaan adalah kegiatan yang ditujukan untuk menilai keberhasilan pengelolaan suatu perusahaan. Pengukuran kinerja
perusahaan pada prinsipnya adalah menilai hasil yang didapat oleh perusahaan tersebut. Secara umum pengukuran ini dapat dikelompokkan menjadi 2 dua
kelompok, yaitu pengukuran dari sisi kinerja keuangan perusahaan Financial
performance saja, dan pengukuran kinerja perusahaan baik dari sisi keuangan Financial performance, maupun kinerja dari sisi non keuangan Non Financial
performance.Kinerja keuangan adalah penentuan secara periodik tampilan keuangan berdasarkan sasaran, standar dan kinerja yang telah ditetapkan
sebelumnya. Mengukur kinerja keuangan digunakan analisis keuangan karena analisis keuangan melibatkan penilaian terhadap keuangan dimasa yang akan
datang, dan untuk menentukan keunggulan suatu kinerja. Kinerja keuangan bank dapat dinilai dari kinerja untuk tahun yang lalu maupun yang sedang berjalan
dengan menganalisis laporan keuangan Noor, 2009: 151-152. Kinerja bank juga dapat menunjukan kekuatan dan kelemahan bank. Dengan
mengetahui kekuatan bank, maka dapat dimanfaatkan untuk pengembangan usaha bank. Sedangkan kelemahannya dapat dijadikan dasar untuk perbaikan dimasa
mendatang.
21
Analisis kinerja keuangan bank mempunyai tujuan antara lain Abdullah, 2005: 120:
1. Untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan bank terutama kondisi likuiditas, kecukupan modal dan profitabilitas yang dicapai dalam tahun
berjalan maupun tahun sebelumnya. 2. Untuk mengetahui kemampuan bank dalam mendayagunakan semua aktiva
yang dimiliki dalam menghasilkan profit.
2.1.2. Analisis Rasio Keuangan untuk Pengukuran Kinerja Bank
Analisis Laporan Keuangan Perusahaan merupakan kajian yang digunakan untuk memprediksi apa yang akan terjadi di masa mendatang Irham Fahmi, 2012
: 20. Menurut Abdullah 2005: 123, “analisis rasio keuangan merupakan teknik
analisis keuangan untuk mengetahui hubungan di antara pos-pos tertentu dalam neraca maupun laporan laba rugi baik secara individu maupun secara simultan”.
Analisis rasio keuangan dimulai dengan laporan keuangan dasar yaitu dari neraca balance sheet, perhitungan rugi laba
income statement dan laporan arus kas
cash flow statement Irham Fahmi, 2012 : 50. Menurut Lukman Dendawijaya 2005 : 114, analisis kinerja bank adalah
sebagai berikut : 1. Analisis Rasio Likuiditas
Analisis rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban
yang sudah jatuh tempo.
22
2. Analisis Rasio ProfitabilitasRentabilitas
Analisis rasio profitabilitas bank adalah alat ukur untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank
yang bersangkutan. Selain itu, rasio-rasio dalam kategori ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank.
3. Analisis Rasio Solvabilitas Analisis rasio solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangkan panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuidasi
bank. Menurut Abdullah 2005: 125, ada beberapa kelemahan dari rasio keuangan :
1. Adanya distorsi karena laba yang dimasukkan tidak memasukkan unsur biaya
modal ekuitas. 2.
Laporan keuangan dari suatu perusahaan yang memiliki sejumlah divisi dari industri yang berlainan akan sulit dibandingkan dengan perusahaan lain atau
dengan data suatu industri. 3. Terjadinya distorsi karena pengaruh inflasi dan penggunaan data historis dalam
akuntansi. 4. Laporan keuangan tidak dapat berdiri sendiri, tetapi harus didukung oleh
catatan atas laporan keuangan. Informasi ini harus dicermati karena mungkin memuat potensi masalah yang dapat sangat mempengaruhi kondisi keuangan
suatu perusahaan.
23
5. Kesulitan dalam menginterpretasikan hasil analisa. Misalkan, quick rqtio yang tinggi apakah bagus karena kuatnya likuiditas perusahaan. Atau, justru jelek
karena perusahaan memegang kas yang berlebih yang justru tidak produktif. 6. Perbedaan dalam perlakuan akuntansi dapat menimbulkan distorsi dalam
membandingkan rasio. 7. Adanya praktek
window dressing tentunya membuat laporan keuangan terlihat bagus.
2.1.3. Rasio Keuangan Perbankan
a. Capital Adequacy Ratio CAR Menurut Kuncoro dan Suhardjono 2002:562, CAR merupakan rasio
kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam
mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap kinerja suatu bank dalam menghasilkan
keuntungan, dan menjaga besarnya modal yang dimiliki. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 1015PBI2008 tercantum bank wajib menyediakan modal
minimum sebesar 8 dari aset tertimbang. Maka semakin baik rasio kecukupan modal CAR ini, maka akan membuat tingkat
profitabilitas suatu perusahaan semakin baik. Kondisi ini akan meningkatkan reputasi bank meraih laba sehingga
pada akhirnya akan berdampak pada harga saham perusahaan. ��� =
Modal bank Aktiva tertimbang menurut risiko
x 100
24
b . Non Performing Loan NPL
Rasio NPL menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Kredit dalam hal ini adalah kredit
yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain Kuncoro dan Suhardjono, 2002: 565.
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 1015PBI2008 tercantum, semakin tinggi nilai NPL diatas 5 maka bank tersebut tidak sehat. Dengan
demikian dapat diketahui bahwa dengan semakin besarnya rasio NPL maka resiko kredit macet dari suatu perusahaan perbankan terhadap pinjaman yang diberikan
akan semakin besar sehingga dapat berpengaruh terhadap kinerja bank tersebut. Kondisi ini akan menurunkan reputasi bank meraih laba sehingga pada akhirnya
akan berdampak pada harga saham perusahaan, dan selanjutnya adalah semakin menurunnya return saham.
��� = Total krdit bermasalah
Total kredit x 100
c. Net Interest Margin NIM
Pengertian Net Interest Margin NIM menurut Kuncoro dan Suhardjono
2002: 566 merupakan perbandingan antara presentase hasil bunga terhadap total asset atau terhadap total earning assets. Sedangkan menurut Surat Edaran BI No.
330DPNP tanggal 14 Desember 2001, NIM diukur dari perbandingan antara pendapatan bunga bersih terhadap aktiva produktif.
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 1015PBI2008 standar untuk rasio NIM adalah 6 keatas. Namun NIM suatu bank sehat apabila memiliki NIM
diatas 2.Calon investor memandang bahwa bank yang mempunyai Net Interest
25
Margin yang tinggi menunjukkan kemampuan bank untuk mengelola earning asset surat berharga, deposit, pinjaman, penyertaan dan aktiva valuta asing
lainnya. Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan manajemen mengambil keuntungan menghasilkan pendapatan bunga bersih yang berarti menunjukkan
kemampuan bank mengelola tingkat suku bunga. Tentunya investor juga menganggap bahwa net interest margin yang tinggi akan berdampak pada
tingginya return saham yang akan diterima investor Hasrul: 2013. ��� =
Pendapatan bunga bersih Rata
− rata aktiva produktif x 100
d. Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional BOPO Menurut Kuncoro dan Suhardjono 2002: 570, BOPO merupakan rasio
antara biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil BOPO maka semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang besangkutan.
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 1015PBI2008 rasio BOPO baik apabila dibawah 90. Apabila rasio BOPO melebihi 90 atau mendekati
100 maka bank dapat dikategorikan sebagai bank yang tidak efisien. Setiap peningkatan biaya operasional akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum
pajak yang pada akhirnya akan menurunkan laba atau profitabilitas bank yang bersangkutan. Kondisi ini akan menurunkan reputasi bank meraih laba sehingga
pada akhirnya akan berdampak pada harga saham perusahaan. Dan selanjutnya adalah semakin menurunnya return saham.
BOPO = Total beban operasional
Total pendapatan operasional x100
26
e. Loan to Deposit Ratio LDR Menurut Kasmir 2004:272, rasio LDR merupakan rasio perbandingan
antara jumlah dana yang disalurkan ke masyarakat kredit dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Dendawijaya 2009: 257 dalam
bukunya Manajemen Perbankan mendefinisikan Loan to DepositRatio LDR
adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Likuiditas bagi suatu bank berarti bahwa bank tersebut
memiliki sumber dana yang cukup tersedia untuk memenuhi semua kewajibannya. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 1015PBI2008 ketentuan dalam
tata cara penilaian tingkat kesehatan sebagai berikut: 1. Untuk rasio LDR sebesar 110 atau lebih diberi nilai kredit 0, artinya
likuiditas bank tersebut dinilai tidak sehat. 2. Untuk rasio LDR dibawah 110 diberi nilai kredit 100, artinya likuiditas bank
tersebut dinilai sehat. Laba yang tinggi pada akhirnya akan meningkatkan kepercayaan
masyarakat yang pada akhirnya akan meningkatkan harga saham dan pada akhirnya akan meningkatkan return saham. Semakin rendah LDR berarti semakin
tinggi likuiditas sehingga harga saham dapat naik. ��� =
Kredit Dana Pihak ketiga
x 100
27
2.2. Teori Tentang Risiko
2.2.1. Pengertian Risiko
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Risiko adalah kemungkinan terjadinya peristiwa yang dapat merugikan perusahaan”. Risiko dapat bersifat
pasti maupun tidak pasti. Kunci untuk mengetahui seberapa besar resiko yang akan dihadapi adalah seberapa sempurna seseorang mendapatkan informasi.
Semakin sempurna seseorang mendapatkan informasi, maka semakin akurat pula diketahui seberapa besar risikonya.
2.2.2.
Jenis Risiko
Bank memiliki berbagai jenis risiko yang terdiri atas 8 delapan risiko yaitu Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Likuiditas, Risiko Operasional, Risiko
Hukum, Risiko Reputasi, Risiko Strategi, dan Risiko Kepatuhan. 1. Risiko Kredit
Credit Risk Risiko kredit adalah risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan
counterparty memenuhi kewajibannya. Dalam mengantisipasi resiko kredit bank harus
memperhatikan tipe-tipe kreditnya, diversivikasi dalam wilayah geografis dan jenis-jenis industri yang di biayainya, kebijakan agunan dan lain sebagainya.
Dan yang paling penting adalah aturan atau standar dalam pengendalian kredit. 2. Risiko Pasar
Market Risk Risiko pasar adalah risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel
pasar adverse movement dari portofolio yang di miliki oleh bank, yang dapat
merugikan bank, termasuk dalam variable pasar ini adalah nilai tukar dan suku bunga.
28
3. Risiko Likuiditas Liquidity Risk
Risiko likuiditas adalah risiko yang disebabkan karena bank tidak mampu memenuhi kewajiban likuiditasnya kewajiban yang telah jatuh tempo, dalam
hal ini bank tidak dapat memanfaatkan keuntungannya dengan maksimal karena adanya desakan kebutuhan likuiditas. Untuk itu bank harus lebih bijak
dalam menetukan jumlah likuiditasnya dalam artian harus seimbang. Terlalu banyak liquiditas di khawatirkan nantinya akan mengorbankan tingkat
keuntungan dari bank. Kalau terlalu sedikit akan berpotensi untuk meminjam dana dengan harga yang tidak dapat di ketahui sebelumnya, yang dapat
berakibat menigkatnya biaya dan akhirnya menurunkan profitabilitas. 4. Risiko Operasional
Operational Risk Risiko operasional adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh ketidak
cukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya kegagalan masalah eksternal yang
mempengaruhi operasional bank. 5. Risiko Hukum
Legal Risk Risiko hukum adalah risiko yagn diakibatkan kelemahan aspek hukum atau
yuridis. Daiantara aspek hukum tersebut adalah tidak adanya peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak
dipenuhinya syarat sahnya kontrak dan perikatan agunan yang tidak sempurna. 6. Risiko Reputasi
Reputation Risk Risiko repuitasi adalah risiko yang di akibatkan adanya pandangan negatif
tentang kegiatan operasional bank.
29
7. Risiko Strategi Strategic Risk
Risiko strategi diakibatkan adanya pengambilan strategi yang kurang tepat dari pihak bank, ataupun pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat, atau
kurang tanggapnya bank terhadap perkembangan dari eksternal bank. 8. Risiko Kepatuhan
Compliance Risk Risiko kepatuhan adalah risiko yang di sebabkan bank tidak memenuhi atau
tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan dalam perbankan yang berlaku.
2.2.3. Risiko Sistematis
Risiko sistematis systematic risk atau risiko pasar merupakan risiko yang
ditimbulkan dari faktor-faktor fundamental makroekonomi; inflasi, tingkat bunga, kurs, dan pertumbuhan ekonomi. Sebagai pengukur risiko sistematis
systematic risk digunakan Beta
β pasar, yaitu Beta dari suatu sekuritas relatif terhadap risiko pasar Jogiyanto, 2003: 212.
Menurut Husnan 2005: 204-205 penilaian terhadap Beta
β sendiri dapat dikategorikan ke dalam tiga kondisi yaitu:
a.
Apabila β = 1, berarti tingkat keuntungan saham i berubah secara proporsional dengan tingkat keuntungan pasar. Ini menandakan bahwa risiko
sistematis saham i sama dengan risiko sistematis pasar.
b.
Apabila β 1, berarti tingkat keuntungan saham i meningkat lebih besar dibandingkan dengan tingkat keuntungan keseluruhan saham di pasar. Ini
menandakan bahwa risiko sistematis saham i lebih besar dibandingkan
30
dengan risiko sistematis pasar, saham jenis ini sering juga disebut sebagai saham agresif.
c.
Apabila β 1, berarti tingkat keuntungan saham i meningkat lebih kecil dibandingkan dengan tingkat keuntungan keseluruhan saham di pasar. Ini
menandakan bahwa risiko sistematis saham i lebih kecil dibandingkan dengan risiko sistematis pasar, saham jenis ini sering juga disebut sebagai
saham defensif. Kelebihan Pengembalian
atas Saham β 1
β = 1 β 1
Kelebihan Pengembalian pada Portofolio Pasar
Sumber: Husnan 2005: 204
Gambar 2.1 Kemiringan Beta Saham
Beta menunjukkan sensitivitas return sekuritas terhadap perubahan return pasar. Apabila β 1 berarti sangat sensitif terhadap perubahan pasar, β 1 berarti
kurang sensitif terhadap perubahan pasar, dan β = 1 berarti tidak berpengaruh terhadap perubahan pasar.
2.2.4. Pendekatan Beta Saham
Pengukuran beta suatu saham dapat dilakukan dengan menggunakan Single
Index Model Husnan, 2005: 46. Model ini berasumsi bahwa return saham berkorelasi dengan perubahan
return pasar, dan untuk mengukur korelasi tersebut bisa dilakukan dengan menghubungkan
return saham individual R
it
dengan
31
return indeks pasar R
mt
. Tingkat return saham ini dihitung dengan rumus
sebagai berikut: Rit =
P
t
− P
t −1
P
t −1
Dimana: R
it
= Return saham pada periode ke-t
P
t
= Closing Price pada akhir bulan ke-t
P
t-1
= Closing Price pada akhir bulan sebelumnya t-1
Risiko sistematis sebagai bagian dari risiko pasar sangat bergantung pada investor dalam mendefinisikan kondisi pasar dan ini berpengaruh dalam
perubahan harga saham yang umumnya dikaitkan dengan perubahan dalam pengharapan investor terhadap prospek perusahaan. Untuk mengetahui kondisi
pasar dipergunakan indeks pasar sebagai indikator keadaan pasar modal di Indonesia yang dalam penelitian ini diwakili oleh Indeks Harga Saham Gabungan
IHSG. Untuk menghitung return pasar market return pada periode ke-t dengan
menggunakan IHSG dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Rmt =
IHSG
t
− IHSG
t −1
IHSG
t −1
Dimana: R
mt
= Return pasar pada periode ke-t
IHSG
t
= IHSGpada akhir bulan ke-t IHSG
t-1
= IHSGpada akhir bulan sebelumnya t-1 Sehingga rumus mencari
beta dengan model indeks tunggal adalah sebagai berikut:
32
β = [n
∑Rmt. Rit] − ∑ Rmt. ∑ Rit n
∑ Rmt
2
− ∑ Rmt
2
Dimana: β
= Beta
n = Periode
R
mt
= Return pasar pada periode ke-t
R
it
= Return saham pada periode ke-t
2.3. Teori tentang Harga Saham
2.3.1. Pengertian Harga Saham
Menurut Situmorang 2010: 176, Saham adalah surat berharga yang menunjukkan adanya kepemilikan seseorang atau badan hukum terhadap
perusahaan penerbitan saham. Harga saham merupakan refleksi dari keputusan- keputusan investasi, pendanaan termasuk kebijakan dividen dan pengelolaan
aset.
2.3.2. Penilaian Harga Saham
Menurut Situmorang 2010: 183, analisis investasi saham merupakan hal yang mendasar untuk diketahui para pemodal, mengingat tanpa analisis
yang baik dan rasional para pemodal akan mengalami kerugian. Dalam proses penilaian saham perlu dibedakan antara nilai
value dan harga price. Nilai di sini adalah nilai intrinsik
intrinsic value, sedangkan harga diartikan sebagai harga pasar
market value. Nilai intrinsik merupakan nilai nyata
true value suatu saham yang ditentukan oleh beberapa faktor fundamental perusahaan. Pengertian nilai intrinsik adalah nilai yang
tercermin pada fakta justified by the fact seperti aktiva, pendapatan,
dividen, dan prospek perusahaan .
33
Menurut Situmorang 2010: 190, ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menilai harga suatu saham, tetapi dua pendekatan
yang dikenal, yaitu pendekatan tradisional dan pendekatan portofolio modern. 1.
Pendekatan Tradisional Untuk menganalisis surat berharga saham dengan pendekatan tradisional dapat
digunakan dua analisis, yaitu: a.
Analisis Teknikal technical analysis Analisis teknikal merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data
catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses penawaran s uat u s aham t ert ent u m aupun pas ar s ecara kes el uruhan.
Pendekatan analisis ini menggunakan data pasar yang dipublikasikan, seperti harga saham, volume perdagangan indeks harga saham
gabungan dan individu, serta faktor–faktor lain yang bersifat teknis. Oleh sebab itu pendekatan ini disebut juga pendekatan analisis
pasar market analisys atau analisis internal internal analisys.
b. Analisis Fundamental fundamental analysis
Pendekatan ini didasarkan pada suatu anggapan bahwa setiap saham memiliki nilai intrinsik. Nilai intrinsik inilah yang diestimasi oleh para
investor atau analis. Nilai intrinsik merupakan suatu fungsi dari variabel – variabel perus ahaan yan g di kom binas ikan untuk
m enghas i l kan suat u ret urn keuntungan yang diharapkan dan suatu risiko yang melekat pada saham tersebut. Hasil estimasi nilai
intrinsik kemudian dibandingkan dengan harga pasar yang sekarang
34
current market price. Harga pasar suatu saham merupakan refleksi dari rata – rata nilai intrinsiknya. Ada dua pendekatan ya ng
um umn ya di gunakan dal am m el akukan peni l ai an s aham, yai t u pendekatan laba
price earning ratio dan pendekatan nilai sekarang
present value approach. Menurut Baridwan dan Legowo 2002 salah satu alat dalam analisis fundamental adalah analisa
laporan keuangan. 2.
Pendekatan Portofolio Modern Portofolio diartikan sebagai serangkaian kombinasi beberapa
aktiva yang diinvestasikan dan dipegang oleh investor, baik perorangan maupun lembaga. Tujuan dari pembentukan suatu portofolio
saham adalah bagaimana dengan risiko yang minimal mendapatkan keuntungan tertentu, atau dengan risiko tertentu untuk memperoleh
keuntungan investasi yang maksimal. Pendekatan portofolio menekankan pada aspek psikologi bursa dengan asumsi hipotesis mengenai bursa, yaitu
hipotesis pasar efisien. Pasar efisien diartikan bahwa harga-harga saham akan merefleksikan secara menyeluruh semua informasi yang ada di
bursa.
2.4. Penelitian Terdahulu
Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang menjadi pembanding peneliti dalam melakukan penelitian:
35
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Metode Analisis
Data Hasil
Penelitian
1 Haryeti
2012 Analisis pengaruh
kinerja keuangan terhadap harga
saham pada perusahaan
perbankan yang go public di Bursa
Efek Indonesia Variabel
dependen: Harga
saham perbankan
yang go public di
BEI Variabel
independen: Kinerja
keuangan Regresi
linier berganda
1. CAR,
RORA, dan LDR
berpengaru h signifikan
terhadap harga pasar.
2. NPL dan
GWM tidak berpengaru
h terhadap harga
saham
2 Amanda
dan Wahyu
2013 Analisis
fundamental dan risiko sistematis
terhadap harga saham perbankan
yang yang terdaftar pada indeks LQ 45
Variabel dependen:
harga saham perbankan
yang yang terdaftar
pada indeks LQ 45
Variabel independen:
Fundamental dan risiko
sistematis Regresi
linier berganda
1. ROA
berpengaru h negatif
dan tidak signifikan
terhadap harga
saham.
2. ROE
berpengaru h positif
dan tidak signifikan
terhadap harga
saham.
3. DER dan
Beta Saham berpengaru
h negatif dan
signifikan terhadap
harga saham.
36
Lanjutan Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Metode Analisis
Data Hasil
Penelitian
4. EPS dan PER
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
harga saham.
3 Ni
Nyoman dan Ni
Luh Analisis pengaruh
beta terhadap return saham
periode sebelum dan saat krisis
global Studi pada perusahaan
perbankan di BEI Variabel
dependen: return saham
periode sebelum dan
saat krisis global
Variabel independen:
beta Regresi
linier berganda
1. Beta tidak
berpengaruh signifikan
terhadap return saham
pada periode sebelum
krisis global yang
mengindikasi kan bahwa
pada keadaan perekonomia
n normal atau sebelum
krisis terjadi, beta kurang
tepat digunakan
untuk menaksir
return yang akan
diperoleh seorang
investor ataupun calon
investor khususnya
pada perusahaan
perbankan.
37
Lanjutan Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Metode Analisis
Data Hasil
Penelitian
2. Beta tidak
berpengaruh signifikan
terhadap return saham
pada periode saat krisis
global yang mengindikasi
kan bahwa saat
terjadinya krisis global,
membuat pasar saham
menjadi tidak stabil
sehingga menyebabkan
sebagian besar investor
membeli saham untuk
tujuan laba jangka
pendek berupa
capital gain sehingga
membuat investor
kurang memperhati
an beta sebagai
proksi dari risiko
sistematis saham.
38
Lanjutan Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Metode Analisis
Data Hasil
Penelitian
3. Rata-rata
return periode
sebelum dan saat krisis
global adalah sama,
dimana hasil ini
membuktika n
bahwa return saham
perusahaan perbankan di
Bursa Efek Indonesia
tidak terkena dampak
krisis keuangan
global secara signifikan.
2.5. Kerangka Konseptual