29
7. Risiko Strategi Strategic Risk
Risiko strategi diakibatkan adanya pengambilan strategi yang kurang tepat dari pihak bank, ataupun pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat, atau
kurang tanggapnya bank terhadap perkembangan dari eksternal bank. 8. Risiko Kepatuhan
Compliance Risk Risiko kepatuhan adalah risiko yang di sebabkan bank tidak memenuhi atau
tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan dalam perbankan yang berlaku.
2.2.3. Risiko Sistematis
Risiko sistematis systematic risk atau risiko pasar merupakan risiko yang
ditimbulkan dari faktor-faktor fundamental makroekonomi; inflasi, tingkat bunga, kurs, dan pertumbuhan ekonomi. Sebagai pengukur risiko sistematis
systematic risk digunakan Beta
β pasar, yaitu Beta dari suatu sekuritas relatif terhadap risiko pasar Jogiyanto, 2003: 212.
Menurut Husnan 2005: 204-205 penilaian terhadap Beta
β sendiri dapat dikategorikan ke dalam tiga kondisi yaitu:
a.
Apabila β = 1, berarti tingkat keuntungan saham i berubah secara proporsional dengan tingkat keuntungan pasar. Ini menandakan bahwa risiko
sistematis saham i sama dengan risiko sistematis pasar.
b.
Apabila β 1, berarti tingkat keuntungan saham i meningkat lebih besar dibandingkan dengan tingkat keuntungan keseluruhan saham di pasar. Ini
menandakan bahwa risiko sistematis saham i lebih besar dibandingkan
30
dengan risiko sistematis pasar, saham jenis ini sering juga disebut sebagai saham agresif.
c.
Apabila β 1, berarti tingkat keuntungan saham i meningkat lebih kecil dibandingkan dengan tingkat keuntungan keseluruhan saham di pasar. Ini
menandakan bahwa risiko sistematis saham i lebih kecil dibandingkan dengan risiko sistematis pasar, saham jenis ini sering juga disebut sebagai
saham defensif. Kelebihan Pengembalian
atas Saham β 1
β = 1 β 1
Kelebihan Pengembalian pada Portofolio Pasar
Sumber: Husnan 2005: 204
Gambar 2.1 Kemiringan Beta Saham
Beta menunjukkan sensitivitas return sekuritas terhadap perubahan return pasar. Apabila β 1 berarti sangat sensitif terhadap perubahan pasar, β 1 berarti
kurang sensitif terhadap perubahan pasar, dan β = 1 berarti tidak berpengaruh terhadap perubahan pasar.
2.2.4. Pendekatan Beta Saham
Pengukuran beta suatu saham dapat dilakukan dengan menggunakan Single
Index Model Husnan, 2005: 46. Model ini berasumsi bahwa return saham berkorelasi dengan perubahan
return pasar, dan untuk mengukur korelasi tersebut bisa dilakukan dengan menghubungkan
return saham individual R
it
dengan
31
return indeks pasar R
mt
. Tingkat return saham ini dihitung dengan rumus
sebagai berikut: Rit =
P
t
− P
t −1
P
t −1
Dimana: R
it
= Return saham pada periode ke-t
P
t
= Closing Price pada akhir bulan ke-t
P
t-1
= Closing Price pada akhir bulan sebelumnya t-1
Risiko sistematis sebagai bagian dari risiko pasar sangat bergantung pada investor dalam mendefinisikan kondisi pasar dan ini berpengaruh dalam
perubahan harga saham yang umumnya dikaitkan dengan perubahan dalam pengharapan investor terhadap prospek perusahaan. Untuk mengetahui kondisi
pasar dipergunakan indeks pasar sebagai indikator keadaan pasar modal di Indonesia yang dalam penelitian ini diwakili oleh Indeks Harga Saham Gabungan
IHSG. Untuk menghitung return pasar market return pada periode ke-t dengan
menggunakan IHSG dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Rmt =
IHSG
t
− IHSG
t −1
IHSG
t −1
Dimana: R
mt
= Return pasar pada periode ke-t
IHSG
t
= IHSGpada akhir bulan ke-t IHSG
t-1
= IHSGpada akhir bulan sebelumnya t-1 Sehingga rumus mencari
beta dengan model indeks tunggal adalah sebagai berikut:
32
β = [n
∑Rmt. Rit] − ∑ Rmt. ∑ Rit n
∑ Rmt
2
− ∑ Rmt
2
Dimana: β
= Beta
n = Periode
R
mt
= Return pasar pada periode ke-t
R
it
= Return saham pada periode ke-t
2.3. Teori tentang Harga Saham