Latar Belakang Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan dan Risiko Sistematis Terhadap Harga Saham Perbankan Di Bursa Efek Indonesia

12 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, “Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak ”. Menurut Kasmir 2012 : 3, dalam buku Dasar-dasar Perbankan, “Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya”. Kinerja perusahaan akan menjadi tolak ukur seberapa besar resiko yang akan ditanggung investor. Untuk memastikan kinerja perusahaan tersebut dalam kondisi baik atau buruk dapat dilakukan dengan menggunakan analisis rasio keuangan.Kinerja keuangan perusahaan perbankan akan dapat mempengaruhi harga sahamnya karena informasi dari laporan keuangan atau rasio keuangan akan mempengaruhi keputusan para investor menanamkan modalnya. Semakin baik kinerja suatu bank maka akan semakin berminat investor untuk menanamkan modalnya dan begitu juga sebaliknya. Dengan demikian semakin disadari bahwa analisis rasio keuangan sangat memegang peranan suatu penelitian dan analisa investasi. Harga saham yang meningkat dari waktu ke waktu menjadi harapan 13 bagi semua manajemen, karena peningkatan harga saham dapat meningkatkan minat para investor untuk membeli saham tersebut atau untuk menginvestasikan modalnya Haryetti, 2012. Menurut Kasmir 2012 : 48, penilaian untuk menentukan kondisi suatu bank, biasanya menggunakan berbagai alat ukur. Salah satu alat ukur yang utama digunakan untuk menentukan kondisi suatu bank dikenal dengan analisis CAMELS. Analisis ini terdiri dari capital, assets, management, earning, liquidity, dan sensitivity. Dalam analisis permodalan capital yang dinilai adalah permodalan yang dimiliki oleh bank yang didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan kepada CAR Capital Adequacy Ratio yang telah ditetapkan BI. Dalam analisis kualitas aset assets upaya yang dilakukan adalah untuk menilai jenis-jenis aset yang dimiliki bank. Dalam analisis kualitas manajemen management dapat dilihat dari kualitas manusianya dalam bekerja. Dalam aspek ini yang dinilai adalah manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas dan manajemen likuiditas. Dalam analisis earning digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. Penilaian ini meliputi Perbandingan Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi BOPO. Dalam analisis likuiditas liquidity digunakan untuk menilai aspek likuiditas bank. Aspek sensitivitas sensitivity mulai diberlakukan oleh Bank Indonesia sejak Mei 2004. Dalam melepaskan kreditnya perbankan harus memerhatikan dua 14 unsur, yaitu tingkat perolehan laba yang harus dicapai dan haruslah mempertimbangkan risiko yang akan dihadapi. Penulis dalam hal ini membatasi analisis rasio keuangan perbankan yaitu dengan hanya menggunakan rasio Capital Adequacy Ratio CAR, Non PerformingLoan NPL, Net Interest Margin NIM, Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO, dan Loan to Deposit Ratio LDR untuk menilai kinerja keuangan. CAR dan NIM semakin tinggi serta BOPO, NPL dan LDR yang semakin rendah menunjukkan semakin baik kinerja keuangan suatu perusahaan. Semakin baik kinerja keuangan perusahaan makasemakin besar pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham karena dapat dikatakan bahwa harga saham ditentukan oleh nilai perusahaan. Apabila kinerja perusahaan baik maka nilai perusahaan akan tinggi dan membuat para investor melirik perusahaan tersebut untuk menanamkan modalnya sehingga akan terjadi kenaikan harga saham. Sebaliknya apabila terdapat berita buruk mengenai kinerja perusahaan, maka akan menyebabkan penurunan harga saham pada perusahaan tersebut. Ketika investor membuat keputusan membeli saham maka mengharapkan memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi. Tetapi di sisi lain investor harus bersedia menanggung risiko yang tinggi pula. Atas dasar hal itu, maka dalam berinvestasi di pasar modal selain faktor keuntungan, investor juga harus mempertimbangkan faktor risiko. Dalam suatu investasi, risiko dapat digolongkan dalam dua jenis yaitu risiko tidak sistematis dan risiko sistematis. Risiko yang selalu ada dan tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi disebut dengan risiko sistematis. Sedangkan 15 risiko yang bisa dihilangkan dengan diversifikasi disebut dengan risiko tidak sistematis. Penjumlahan kedua jenis risiko tersebut disebut sebagai risiko total Husnan, 2005: 211. Risiko sistematis mengacu pada risiko pasar sehingga disebut sebagai risiko pasar. Yaitu ketidakpastian hasil perolehan investasi yang dipengaruhi oleh faktor inflasi, pertumbuhan ekonomi, perubahan tingkat suku bunga dan kondisi politik. Risiko sistematis mempengaruhi perusahaan-perusahaan secara keseluruhan Husnan, 2005: 217. Ukuran dari risiko yang sis tematis disebut juga dengan koefisien beta β, yaitu ukuran yang menujukkan kepekaan tingkat keuntungan individual individual return suatu saham terhadap perubahan tingkat keuntungan indeks pasar market return. Risiko tidak sistematis bersangkutan dengan risiko khusus perusahaan seperti gugatan hukum, pemogokan, program pemasaran yang gagal dan kejadian lain yang unik bagi perusahaan. karena kejadian tersebut pada hakikatnya adalah bersifat acak, maka pengaruhnya terhadap portofolio dapat dieliminasi melalui diversifikasi. Penjumlahan dari risiko sistematik dan risiko tidak sistematik disebut dengan risiko total total risk Husnan, 2005: 230. Beta β sendiri dapat diukur dengan melakukan uji regresi antara dua variabel, yaitu kelebihan tingkat keuntungan portofolio pasar excess return of the market portofolio dan kelebihan keuntungan suatu saham excess return of stock. Beta saham sendiri mencerminkan kondisi fundamental dari suatu perusahaan. Hal ini disebabkan karena pergerakan beta ditentukan dari pergerakan harga saham harian perusahaan Husnan, 2005: 232. 16 Beta saham individual menunjukkan seberapa besar atau kecil tingkat perubahan return pasar terhadap return yang diberikan oleh suatu perusahaan. Semakin tinggi risiko sistematis atau beta maka akan berpengaruh terhadap return saham Jogianto, 2010: 179. 17 Dari Tabel 1.1 diatas nilai CAR terendah dimiliki oleh Bank Pundi Indonesia BEKS pada tahun 2013 sebesar 11,4324 dan nilai CAR tertinggi juga dimiliki oleh Bank Pundi Indonesia BEKS pada tahun 2010 sebesar 41,4232. Nilai NPL terendah dimiliki oleh Bank Capital Indonesia BACA pada tahun 2013 sebesar 0,1935 dan nilai NPL tertinggi dimiliki oleh Bank Pundi Indonesia BEKS pada tahun 2012 sebesar 4,8132. Nilai NIM terendah dimiliki oleh Bank Pundi Indonesia BEKS pada tahun 2010 sebesar 3,5123 dan nilai NIM tertinggi juga dimiliki oleh Bank Pundi Indonesia BEKS pada tahun 2012 sebesar 16,6473. Dari Tabel 1.2 diatas nilai BOPO terendah dimiliki oleh Bank Negara Indonesia BBNI pada tahun 2013 sebesar 67,1365 dan nilai BOPO tertinggi dimiliki oleh Bank Pundi Indonesia BEKS pada tahun 2010 sebesar 157,5621. Nilai LDR terendah dimiliki oleh Bank Capital Indonesia BACA pada tahun 2011 sebesar 44,2418 dan nilai LDR tertinggi dimiliki oleh Bank Tabungan Negara BBTN pada tahun 2010 sebesar 108,4247. N ilai Beta Saham β diatas 1 β 1 dimiliki oleh Bank Negara Indonesia BBNI, Bank Tabungan Negara BBTN, Bank Jabar Banten BJBR, dan Bank CIMB Niaga BNGA. Sedangkan nilai Beta Saham β dibawah 1 β 1 dimiliki oleh Bank Capital Indonesia BACA dan Bank Pundi Indonesia BEKS. Dari Tabel 1.3 diatas terlihat perubahan harga saham dari keenam bank sangat berfluktuasi dari tahun 2010-2013. Ada bank yang mengalami kenaikan harga saham dari tahun sebelumnya dan mengalami penurunan di tahun 18 berikutnya. Ada juga bank yang mengalami penurunan dari thaun sebelumnya dan mengalami kenaikan di tahun berikutnya. Berdasarkan latar belakang, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian melalui penulisan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan dan Risiko Sistematis Terhadap Harga Saham Perbankan di Bursa Efek Indonesia” 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalahnya adalah Apakah kinerja keuangan yang terdiri dari: Capital Adequacy Ratio CAR, Non Performing Loan NPL, Net Interest Margin NIM, Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional BOPO, Loan to Deposit Ratio LDR, dan risiko sistematis berpengaruh signifikan terhadap harga saham perbankan di Bursa Efek Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian