90
sebesar 0,531, Loan to Deposit Ratio
LDR sebesar 0,775 dan Beta Saham β sebesar 0,693. Hasil tersebut menunjukkan bahwa model regresi tidak terjadi
masalah multikolinearitas karena keseluruhan nilai tolerance variabel independen 0,1.
4.2.2.3. Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada
periode sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini sering
ditemukan pada data time series. Penelitian ini menggunakan uji Runs Test dan Durbin-Watson Test untuk memastikan apakah model regresi ini terbebas dari
masalah autokorelasi.
Tabel 4.8 Hasil Uji Runs Test
Runs Test
Unstandardize d Residual
Test Value
a
.05855 Cases Test Value
28 Cases = Test Value
28 Total Cases
56 Number of Runs
33 Z
1.079 Asymp. Sig. 2-
tailed .281
a. Median Sumber : Hasil Penelitian, 2015 Data Diolah
91
Hasil uji Runs Test menunjukkan bahwa nilai Asymp.Sig. 2-tailed adalah 0,281 yang berarti lebih besar dari nilai signifikan 0,05. Hal ini menunjukkan
bahwa residual random atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual.
Tabel 4.9. Hasil Uji Durbin-Watson Test
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of
the Estimate Durbin-
Watson 1
.875
a
.765 .736
.7903728 2.349
a. Predictors: Constant, Ln_Beta_Saham, Ln_LDR, Ln_NIM, Ln_CAR, Ln_BOPO, Ln_NPL
b. Dependent Variable: Ln_Harga_Saham Sumber : Hasil Penelitian, 2015 Data Diolah
Pada hasil uji Durbin-Watson Test terlihat bahwa nilai Durbin-Watson dengan menggunakan signifikansi 5, adalah sebesar 2.349. Oleh karena nilai
Durbin-Watson 2,349 berada diantara 1,5-2,5 maka dapat disimpulkan bahwa data terbebas dari persoalan autokorelasi.
4.2.2.4. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dari model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadinya heterokedastisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heterokedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik menyebar
diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. Berdasarkan hasil pengolahan data, uji heteroskedastisitas dalam penelitian
ini ditunjukkan pada Gambar 4.3:
92
Sumber : Hasil Penelitian, 2015 Data Diolah
Gambar 4.3.Grafik Scatterplot
Berdasarkan gambar diatas tidak terlihat pola tertentu, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heterokedastisitas. Untuk lebih memastikan penelitian ini bebas dari masalah heteroskedastisitas maka penelitian ini juga dilakukan pendekatan statistik dengan
uji Glejser.
93
Tabel 4.11 Hasil Uji Glejser
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
.869 2.710
.321 .750
Ln_CAR .066
.260 .038
.252 .802
Ln_NPL .154
.098 .297
1.575 .122
Ln_NIM .049
.175 .047
.282 .779
Ln_BOPO .357
.407 .161
.878 .384
Ln_LDR -.477
.407 -.177
-1.170 .248
Ln_Beta_Saham .048
.053 .145
.906 .370
a. Dependent Variable: absut Sumber : Hasil Penelitian, 2015 Data Diolah
Dari Tabel 4.11 diperoleh nilai signifikan variabel independen yang terdiri dari
Capital Adequacy Ratio CAR, Non Performing Loan NPL, Net Interest Margin NIM, Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO,
Loan to Deposit Ratio LDR dan Beta lebih besar dari tingkat kepercyaan α =
5 atau 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedasitas.
4.2.3.Analisis Regresi Linear Berganda
Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi berganda dengan persamaan sebagai berikut:
Y = a + b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ b
3
X
3
+ b
4
X
4
+ b
5
X
5
+ b
6
X
6
+ e
94
Tabel 4.12. Hasil Analisis Regresi Berganda
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. Collinearity
Statistics B
Std. Error Beta
Tolerance VIF
1 Constant
9.350 4.519
2.069 .044 Ln_CAR
-.171 .434
-.031 -.395 .694 .792
1.263 Ln_NPL
-.678 .163
-.407 -4.164 .000 .502
1.992 Ln_NIM
.514 .292
.152 1.760 .085 .640
1.562 Ln_BOPO
-1.260 .679
-.176 -1.855 .070 .531
1.884 Ln_LDR
.772 .680
.089 1.136 .261 .775
1.290 Ln_Beta_Saham
.416 .088
.394 4.731 .000 .693
1.444
a. Dependent Variable: Ln_Harga_Saham Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data Diolah
Dari Tabel 4.12 maka persamaan regresi berganda dapat dituliskan sebagai berikut:
Harga Saham = 9,350 - 0,171 X
1
– 0,678 X
2
+ 0,514 X
3
– 1,260 X
4
+ 0,772 X
5
+ 0,416 X
6
+ e Persamaan regresi di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
1. Nilai konstanta sebesar 9,350 artinya apabila nilai variabel independen
Capital Adequacy Ratio CAR, Non Performing Loan NPL, Net Interest Margin NIM, Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional
BOPO, Loan to Deposit Ratio LDR dan Beta Saham bernilai nol, maka
variabel dependen Harga Saham adalah sebesar 9,350. 2.
Koefisien regresi Capital Adequacy Ratio CAR sebesar -0,171 memberikan pengertian bahwa jika CAR meningkat sebesar satu satuan akan memberikan
dampak penurunan Harga Saham sebesar 0,171.
95
3. Koefisien regresi Non Performing Loan NPL sebesar -0,678 memberikan
pengertian bahwa jika NPL meningkat sebesar satu satuan maka akan memberikan dampak penurunan harga saham sebesar 0,678. Dengan
demikian hal ini menunjukkan bahwa jika NPL meningkat maka harga saham akan menurun sebesar 0,678 demikian sebaliknya.
4. Koefisien Net Interest Margin NIM sebesar 0,514 memberikan pengertian
bahwa jika NIM meningkat sebesar 1 satuan akan memberikan dampak peningkatan Harga Saham sebesar 0,514.
5. Koefisien Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional BOPO
sebesar -1,260 memberikan pengertian bahwa jika BOPO meningkat sebesar 1 satuan akan memberikan dampak penurunan Harga Saham sebesar 1,260.
6. Koefisien Loan to Depotsit Ratio LDR sebesar 0,772 memberikan
pengertian bahwa jika LDR meningkat sebesar 1 satuan maka akan memberikan dampak peningkatan Harga Saham sebesar 0,772.
7. Koefisien Beta Saham sebesar 0,416 memberikan pengertian bahwa jika Beta
Saham meningkat sebesar 1 satuan akan memberikan dampak peningkatan Harga Saham sebesar 0,416.
4.2.4.Pengujian Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah Kinerja keuangan yang terdiri dari
Capital Adequacy Ratio CAR, Non Performing Loan NPL, Net Interest Margin NIM, Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional
BOPO, Loan to Deposit Ratio LDR, dan Beta Saham berpengaruh signifikan
96
terhadap harga saham tahun 2010-2013 pada perusahaan perbankandi Bursa Efek Indonesia.
4.2.4.1. Uji Signifikan Simultan Uji F