Kajian Literatur Arsitektur dengan JudulKelangsungan Bentuk

• Transformasi sosial. Faktor lingkungan fisik, transformasi penduduk, isolasi dan kontak, struktur masyarakat, sikap dan nilai-nilai, kebutuhan yang dianggap perlu dan dasar budaya masyarakat. • Transformasi budaya. Budaya sebagai sistem nilai terlihat dalam gaya hidup masyarakat yang mencerminkan status, peranan kekuasaan, kekayaan, dan keterampilan. • Transformasi ekonomi. Kekuatan yang paling dominan dalam menentukan transformasi lingkungan fisik adalah kekuatan ekonomi. • Transformasi politik. Peran aspek politis melalui bentuk intervensi non fisik melalui kebijakan pengembangan kawasan Rossi, 1982, Sari, 2007.

2.3. Kajian Literatur Arsitektur dengan JudulKelangsungan Bentuk

Tradisional Dari Rumah Batak Di Pulau Samosir 2.3.1. Dr.-Ing. Himasari Hanan 2013, Kelangsungan Bentuk Tradisional Dari Rumah Batak Di Pulau Samosir, Jurnal Sains. Metodologi Penelitian Penelitian lapangan telah dilakukan dalam empat perkampungan tradisiona l huta yang memperlihatkan ka rakter yang berbeda dari rumah tradisional dan usaha yang dilakukan dalam melestar i kan warisan dan menjaga lingkungan rumah tertata dengan baik. S emua perkampungan yang dipilih ini dihuni oleh kelaurga kerabat dan sebagian rumah ad alah dalam kondisi yang baik un tuk di tempati. Sebagian kecil perkamp ungan ini ditargetkan s ebagai tujuan Universitas Sumatera Utara wisatawan tetapi sisanya adalah merupakan rumah tinggal keluarga. Huta Siallagan diambil s ebagai objek inti dan referensi dari penelitian untuk sejumlah alasan, : a perkampungan ini masih dihuni oleh anggota kerabat, b perkampungan ini secara fisik adalah dalam keadaan baik seperti bentuk aslinya, c pemukiman ini telah dikembangkan sebagai tujuan wisatawan yang penting, d perkampungan ini adalah pe rkampungan tradisional khusus da ri B atak Toba. Huta lainnya diteliti adalah daerah sekitar huta Sillagan dengan jarak yang mendekati 20 km 1,2,3. Semua huta yang dipilih memenuhi krit e ria yang sama sebagai objek inti, kecuali salah satus ebagai tujuan wisatawan, sehingga perbandingan antara konteks yang berbeda yang telah diuraikan. Rumah yang dipilih adalah sampel dari penelitian yang representatif dari perubahan fisik yang dilakukan dalam perkampungan dimaksud. Survey lapangan dilakukan untuk mengidentifikasikan dan menganalisa bentuk asli d ari rumah dan perubahn fisik yang berlangsung di rumah, yang secara sign ifikan mempengaruhi citra dan de sain keseluruhan da ri arsitektur tradisional. Fokus analisis ini adalah untuk mengidentifikasikan kecenderungan dan pola perluaan bangunan dan termasuk komposisi atap yang dapat menga tasi kelangsungan citra budaya dari rumah Batak. Penelitian ini terbatas pada analisis visual dari penampilan bangunan dan susunan unsur bangunan, yaitu sub struktur, dinding, atap dan bahan bangunan. Universitas Sumatera Utara Tipologi perluasan bangunan Gambar 2.21 Tipe 1 Huta Siallagan Sumber: Field study, 2010 Rumah asli dikembangkan di bagian belakang dengan meniru gaya bangunan aslinya. Komposisi yang harmonis dalam bagian muka b angunan adalah tetap dipertahankan meskipun posisinya yang tidak tepat pada tingkat yang sama pada bangunan baru dan lama. Bahan yang sama digunakan untuk substruktur, lampiran bangun an dan atap. Berbagai bukaan dinding digunakan tanpa menganggu krakter rumah yang lama. Atap baru merupakan versi yang paling sederhana dari versi yang lama. Orientasi bangunan baru adalah tegak lurus pada bangunan lama dan jenis struktur jem b atan yang ada ant a ra bangunan baru dan lama. Pemisahan bangunn baru dari bangunan lama adalah ditunjukan pada warna yang berbeda dan s istem struktur jembatan tetapi penampilan ritme ditetapkan dengan penempatan tangga atau tumpuan batu di pintu masuk rumah. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.22 Tipe 2 Huta Siallagan Sumber: Field study, 2010 Rumah asli dikembangkan dibagian belakang dengan membangun sistem bangunan yang berbeda: bangunan pertuk a ngan,tanpa merujuk pada rumah yang lama. Bagunan baru adalah ditetapkan s ebagai bagian yang menempel pada bangunan yang asli, dengan ekspresi yang berbeda. Demikian juga, ini dinyatakan s ebaga i subordinasi banguan utama. St ruktur bangunan utama tidak ditonjolkan , tetapi inklinasi atapnya tetap dipertahankan. Atap baru adalah din yatakans ebagai perluasan bangunan utama. Massa dari bangunan baru adalah tegak lurus pada bangunan lama, tetapi tidak ada struktur tradisional diantaranya. Struktur batu dan kayu a dalah ditempelkan satu sama lai n tanpa melihat posisi dan sistemnya. Konfigurasi ruang baru diciptakan di bagian depan dari bangunan baru dengan menempatkan g a ris untuk menggantung pakaian. Dinding bata akan menghhasilkan ruang so sial dari dua rumah yang bertetangga yang tidak umum dalam pola spasial dar i perkampungan tradisional. Rit m e repetitif yang ada d ari Universitas Sumatera Utara rumah tradisional adalah mengacupada kontrast dari unsur dan aktivitas bangunan yang baru. Gambar 2.23 Tipe 3 Huta Siallagan Sumber: Field study, 2010 Rumah asli dikembangkan di bagian belakang dengan konstruksi dua lantai. Meskipun bahan yang sama dapat diterapkan untuk ekstensi, tetapi warn a kontrast dan skala yang berbe da d ari bangunan baru yang menganggu kom posisi yang harmonis dari rumah yang lama. Perlu a san ini tidak berarti dip a dukan ke dalam rumah asli sebagai bagian yang lebih yang berlawanan dengan rumah yang lama. Substruktur dan bentuk a rsitektural da ri bangunan utama tidak dihargai dan oleh karena itu, bangunan baru didefinisikan s ebagai sistem yang lain di rumah. Konsekuensinya, dua bentuk arsitektural terpisah dan ekspresi yang dig a bungkan tanpa mengacu kepada semuanya. Massa utama dari bangunan baru secara aksial b erhubungan dengan rumah yang lama, tetapi tidak ada kesatuan diantaranya. Universitas Sumatera Utara Ukuran yang lebih besar dari bangunan b a ru tidak menghargai rumah lama dan bahkan menganggu karakter dan gaya pemukimannya. Gambar 2.24 Tipe 4 Huta Siallagan Sumber: Field study, 2010 Rumah asli diperluas di bagian belakang denga n membangun rumah batu secara a ks ial segaris dengan rumah yang lama. Meski pun ruang bangunan ini memiliki sistem yang berbeda namun d inding yang terbuka ini mengado psi pola rumah tradisional : pintu yang terbuka di bagian depan dan jendela yang membuka ke arah samping. Sistem pembukaan ini adalah menyatakan kembali seni tradisional dalam m enempatkan satu bagian yang terb uka untuk setiap sisi bangunan. Struktur atap d an gaya arsitekturalnya tidak berhubungandengan rumah tradisional, dan sistem atap yang digunakan adalah merupakan bangunan perkotaan modern dengan ukuran kecil. Pembukaan jendela dan pintu juga tipikal dari gaya modern dari rumah perkotaan. Bangun a n baru tidak menu njukkan perbedaan dari tingkat rumah tradisional yang paling bawah dan paling atas, oleh Universitas Sumatera Utara karena itu tidak ada kesatuan diant a ra bangunan baru dan bangunan lama. Ini adalah murni dua rumah yang berbeda dengan dua ekspresi yang berbeda yang termasuk pada kepemilikan dan keluarga yang ssama. Gambar 2.25 Tipe 5 Huta Siallagan Sumber: Field study, 2010 Rumah asli dikembangkan di bagian belakang dengan meniru sistem pemb a ngunannya. Komposisi yang harmonis diciptakan dengan bahan dan ekspresi bangunan yang sama. Garis horizontal di bagian depan bangun a n adalah t etap dipertahankan meskipun posisinya tidak tepat pada level yang sama dalam bangunan baru dan lama. Variasi pembukaan dinding berlaku tanpa merusak karakter rumah yang lama. Atap baru adalah versi yang paling sederhana dari rumah yang lama. Orient a si dari bangunan baru itu adalah tegak lurus dengan rumah lama dan jenis bagian atap tenga h yang telah ditempatkan diantara bangunan baru dan lama. Pemisahan bangunan baru dan lama adalah digaris bawahi oleh sistem atap yang berbeda dan massa bangunan tetapi tangga kayu meniru versi rumah yang lama. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.26 Tipe 6 Huta Siallagan Sumber: Field study, 2010 Rumah asli dikembangkan di bagian belakang dengan rumah kayu satu lantai yang secara aksial segaris dengan bangunan aslinya. Ruang bangunan memiliki sistem yang bereda yang mengikuti sistem konstruksi atap. Struktur atap dan gaya arsitekturalnya tidak berkaitan dengan rumah tradisional. Sistem atap yang digunakan adalah tipikal untuk struktur b a ngunan berukuran kecil diban d i ngkan dengan bangunan secara i nkremental. Pembukaan jendela dan pintu adalah disusun secara acak tanpa korespondensi pada semua dengan pola pembukaan di rumah yang lama. Bangunan baru tidak menunjukkan perbedaan tingkat yang rendah dan atas dari rumah tradisional, olah karena itu tidak ada kesatuan ant a ra bangunan baru dan bangunan lama. P enggun aa n bahan yang sama untuk dinding dan atap akan membantu menunjukkan proses pertumbuhan dari rumah. Universitas Sumatera Utara Analisis dan Pembahasan Pengembangan rumah asli diidentifiksikan dan dianalisa dengan melakukan perbandingan terhadap sistem tradisional menurut sistem bangunannya dan gaya arsitektural. Sistem bangunan adalah di bagi ke dalam tiga ba gian: substruktur, bangunan utama dan atap, mengikutiklasifikasi sistem bangunan dalam ar sitektur tradisional : kepala, tubuh, kaki. Disini, perubahan penampilan fisik terhadap rumah asli dapat diidentifikasikan dengan jelas dan harus dijelaskan. Universitas Sumatera Utara Tabel 1. Perbandi ngan bangunan baru den g an sistem bangunan tradisional. Sistem bangunan Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4 Tipe 5 Tipe 6 SUBSTRUK TUR Sistem struktur Sama Tidak Tidak Tidak Sama Tidak Bahan Sama Tidak Tidak Tidak Sama Tidak Pemanfaatan Sama Tidak Tidak Tidak Sama Tidak BANGUNAN UTAMA Sistem struktur Tiang- pintu Dinding penahan Tiang- pintu Dinding penahan Tiang- pintu Dinding penahan Bahan Kayu Batu Kayu Batu Kayu Batu Pemanfaatan Dapur Dapur Dapur Dapur Dapur Dapur Ekspresi arsitektural Selaras Tidak Selaras Tidak Selaras Tidak Selaras Selaras Selaras ATAP Universitas Sumatera Utara Sistem struktur Bergelo mbang Tidak Tidak Tidak Bergelom bang Bergelom bang Bahan Sama Sma Sama Sama` Sama Sama Kemiringan Tidak Sasma Tidak Tidak Tidak Tidak Sisi Atap Tegak Aksial Aksial Aksial Tegak Aksial Dua tipe rumah s ecara konsisten akan mengadopsi struktur dan ruang bangunan dari rumah yang asli ke rumah yang baru. K edua jenis ini membentuk massa bangunan dalam konfigurasi yang tegak lurus terhadap rumah yang lama, sementara ini menetapkan pemahaman baru dari tata letak rumah yang membedakan representatif bagian depan d a n belakang yang suportif dari rumah. komposisi rumah pada sudut yang tepat meningkatkan keunikan nobilitas dari asli nya dan menyatakan potensinya sesuai dengan perkembangan dan tantangan baru. Ketidaksamaan dari inklinasi atap mendasari hirarkhi komposisi dan pemanfaatan ruang, dan lebih lanjut membantu memep e rtahankan nila i tradisional dari rumah asli. K urangnya substruktur dalam rumah tipe 6, bahkan melalui komponen lain yang terkait dalam kesesuaian, mengilustr a sikan bahwa diskontinuitas dalam sistem bangunan tidak dapat dibantah tidak terkonstruktif untuk kelangsungan. Tipologi perluasan rumah Batak Toba mengecualikan berbagai respon orang terhadap tradisi lokal dan nilai tradisional . Universitas Sumatera Utara Proses pertumbuhan dari rumah tradisional Batak Toba adalah dilakukan di belaka ng rumah yang menunjukkan kesadaran dan penghormatan manusia untuk mempertahankan ekspresi simbolik dan keunikan tradisional. Namun demikian, kebutuhan baru dan cara hidup baru dari orang-orang tersebut adalah diakomodasikan dengan menciptakan mekanisme adapt asi yang berbeda dengan sensitivitas dan kesadrannya a tas nilai budaya dan juga cara perolehan sumber keuangan mereka. Dalam kenyataannya, alasan naluri dan fungsional dari ru ang ini telah memperkenalkan klasifikasi baru dari mekanisme zona di area perumahan. Bagian depan rumah adalah diidedentifikasikan sebagai milik komunal yang dilestarikan untuk kelangs ungan tradisi dan bagian belaka ng rumah dirancang sebagai zona privat yang merupakan otonomi dieksplorasi menurut kebutuhan dan potensi individu. Kelangsungan, dalam pengertian ini didefinisikan dan dikomprehensifkan s ebagai ruang yang tersedi a untuk penentuan dalam tradisi budaya dan kehidupan pribadi para penghuninya. Bentuk arsitektur baru juga akan merespon perubahan baru melalui proses adaptasi dan transformasi sepanjang waktu. Penghuni memiliki otoritas untuk menerima dan mengeksplorsikan perbedaan tradisi untuk memecahkan masalah praktis atau menekank an identitas dan originalitas. S ebagai substruktur rumah men y a takan pen tingnya kelanjutan yang ditetap kan untuk komposisi rumah yang sebagian modern da n sebagian adalah tradisional. Lebih lanjut perub a han inovatif dapat dilaksanakan melalui bahan yang berbeda dan susunan spasial. Universitas Sumatera Utara Kesimpulan Kelangsungan arsitektur tradisional adalah diatur oleh motivasi pragmatik dan pertimbangan fungsional dari orang yang menghuni rumah. Alasan tentang fakta, keputusan, keyakinan dan nilai terhadap perluasan atau renovasi rumah tradisional adalah tidak dipertimbangkan didasarkan atas otoritas tradisi budaya, tetapi dikaitkan dengan ambisi pribadi, sumber keuangan dan motivasi pragmatik. Juga perlu untuk memfasilitasi arsitektur tradisional dari Batak Toba untuk memiliki hubungan dialektikal dengan penghuni yang memiliki kebutuhan dan otoritas untuk mengungkapkan dan mengekspresikan alasan mereka. Transformasi dari substruktur ke dalam jenis struktur yang tidak terganggu dari rumah yang diperluas adalah fakt or utama dalam mempertahankan ka rakter trdisional da ri rumah asli. Berbagai arsitektur atap tidak mempengaruhi keberadaan asrsitektur tradisional, sejauh menyangkut atap tambahan yang berada di bawah kon d isi rumah asli baik dalam skala maupun kemiringan. Secara arsitektural, ruang bangunan dari rumah Batak adalah sangat akomodatif untuk pema haman baru dan tantangan baru. K ombinasi yang berbeda dari bahan dan metode konstruksi d apat dikembangkan pada solusi yang berbeda terhadap kebutuhan baru, penggunaan baru dan penghuni baru. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian dengan judul TransformasiBentuk Arsitektural Pada Rumah Tinggal Suku Karo ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian deskriptif menurut Sinulingga 2011 adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu objek atau populasi secara sistematis, faktual dan akurat. Sedangkan yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena pada subjek penelitian yang diperoleh dengan cara mendeskripsikan fenomena tersebut ke dalam bentuk kata dan menggunakan berbagai metode alamiah oleh Moleong, 2005. Metode penelitian deskriptif kualitatif digunakan sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi transformasi arsitektural pada rumah tinggal suku Karo. Melalui metode deskriptif kualitatif, peneliti akan mendeskripsikan transformasi arsitektural pada rumah tinggal suku Karo akibat pergeseran budaya secara menyeluruh.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang mempunyai dan mengambil nilai yang beragam, Sekaran dalam Sinulingga, 2011. Dalam penelitian ini digunakan metode analisis Arsitektur Karo. Adapun Variabel dalam transformasi arsitektural Universitas Sumatera Utara