Beberapa Pengertian dalam Pengangkutan Laut

- Loodsdienst ordonnantie, stb. 1927 No.210. - Scheep meetings ordonnantie,stb 1927 No.210. - Binnen scheepen ordonnantie,stb 1927 No.289. - Zeebrievem en scheepspassen ordonnantie, stb 1935 No.492. - Schecpeen ordonnantie, stb.1935 No.66 - Bakengeld ordonnantie, stb 1935 No.468

3. Beberapa Pengertian dalam Pengangkutan Laut

a. Pengertian Kapal Dalam pasal 309 ayat 1 KUHD menyebutkan pengertian kapal yaitu : “semua perahu dengan nama apapun, dan dari macam apapun juga”. Dari pengertian ini kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa kapal menurut KUHD adalah semua perahu dengan tidak mempersoalkan bentuk dan jenis perahu tersebut, baik yang digunakan di laut atau di perairan darat, yang jelas benda tersebut adalah diperuntukkan bagi pelayaran. 54 Sedangkan dalam PP No.17 tahun 1988 yaitu tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Pengangkutan Laut menyebutkan dalam pasal 1 huruf b: “Kapal adalah setiap alat apung dengan bentuk dan jenis apapun “. Dari pengertian tersebut jelas bahwa pengertian kapal dalam ketentuan ini lebih luas dalam ketetuan pasal 309 ayat 1 KUHD, sebab kapal menurut ketentuan pasal 1 huruf b PP No.17 tahun 1988 meliputi setiap alat apung dengan bentuk dan jenis apapun seperti: Dok apung, Mesin pengeruk lumpur, Mesin penyedot pasir, Jembatan perahu, dsb. 54 Hasnil Basri Siregar, Loc.Cit, hal. 15 Ramdan : Pengaturan Kelancaran Arus Barang Studi Tentang Proses Bongkar Muat Dari Dan Ke Kapal…, 2007 USU e-Repository © 2008 Ketentuan ini tidak mempersoalkan apakah benda tersebut untuk pelayaran atau tidak. 55 Sedangkan dalam pasal 309 ayat 2 KUHD menyebutkan “bahwa kecuali apabila ditentukan atau diperjanjikan lain maka kapal itu dianggap meliputi segala alat perlengkapannya”. Apa yang dimaksud dengan alat perlengkapan disebutkan dalm pasal 309 ayat3 KUHD yaitu: “segala benda yang bukan suatu bagian dari pada kapal itu sendiri, namun diperuntukkan selamanya dipakai tetap dengan kapal itu seperti layar, mesin, dsb”. 56 Jadi dengan adanya pasal 309 ayat 2 KUHD tersebut pengertian kapal sebagaimana disebutkan dalam pasal 309 ayat 1 KUHD semakin luas, yaitu meliputi alat perlengkapan kapal dengan ketentuan apabila ditentukan atau diperjanjikan lain. Sedangkan menurut Undang-Undang No.21 tahun 1992 yang dimaksud dengan Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun, yang digerakkan dengan tenaga mekanik, tenaga angin, arus ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah… 57 b. Pengertian Kapal Laut Didalam pasal 310 KUHD disebutkan bahwa ”Kapal laut adalah semua kapal yang dipakai untuk pelayaran di laut atau yang diperuntukkan untuk itu”. 55 Ibid 56 Ibid 57 Pasal ayat 2 Undang-Undang No.21 Thun 1992 Ramdan : Pengaturan Kelancaran Arus Barang Studi Tentang Proses Bongkar Muat Dari Dan Ke Kapal…, 2007 USU e-Repository © 2008 Menurut PP Nomor 17 Tahun 1988 yang dimaksud dengan Kapal laut adalah kapal yang memenuhi persyaratan berlayar di laut untuk keperluan angkuatn laut atau yang diperuntukkan untuk itu pasal 1 huruf c. Dari ketentuan tersebut dapat kita simpulkan bahwa kapal itu harus memenuhi persyaratan berlayar di laut terlebih dahulu sebelum berlayar. Syarat-syarat tersebut antara lain: 1. Layak laut, yaitu setiap kapal yang akan digunakan untuk meakukan pelayaran di laut harus mendapatkan sertifikat klasifikasi dari Biro Klasifikasi Indonesia 58 2. Nahkoda, peralatan dan awak kapal yang cukup, yaitu dalam hal ini nahkoda diwajibkan mengikuti dengan teliti peraturan-peraturan yang lazim dan peraturan yang ada untuk menjamin kelayakan mengarungi lautan dan keamanan pengangkutan muatan, selain hal tersebut juga harus diberi pantas dan awak kapal yang cukup. c. Kapal Laut Indonesia Di dalam pasal 311 KUHD disebutkan bahwa ” Kapal Laut Indonesia adalah setiap kapal yang dianggap sebagai demikian oleh Undang-Undang tentang surat laut dan pas-pas kapal”. Sedangkan dalam PP Nomor 17 Tahun 1988 disebutkan bahwa ”Kapal Laut Indonesia adalah setiap kapal yang dianggap demikian berdasarkan ketentuan perundang-undangan Indonesia”. Jadi dalam hal ini ketentuan yang mengaturnya adalah undang- undang yang mengatur tentang surat laut dan pas kapal Zeebrieven en 58 Pasal 342 Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1964 Ramdan : Pengaturan Kelancaran Arus Barang Studi Tentang Proses Bongkar Muat Dari Dan Ke Kapal…, 2007 USU e-Repository © 2008 scheepspassen besluit 1934 Staatblad 1934 jo Staatblad 1935 nomor 556 yang mulai berlaku tanggal 1 Desember 1935. Dalam pasal 2 ayat 1 Besluit tentang Surat Laut dan Pas Kapal disebutkan bahwa Kapal Laut Indonesia adalah kapal laut yang dimiliki oleh: - Seorang atau lebih warga Negara Indonesia. - Sedikitnya dua per tiga bagian milik seorang atau lebih warga Negara Indonesia, sedangkan selebihnya dimiliki oleh seorang atau lebih penduduk Indonesia dengan syarat bahwa pemegang buku kalau ada haruslah seorang warga Indonesia dan bertempat tinggal di Indonesia. Jika pemilik kapal tersebut adalah berbentuk badan hukum, perkumpulan atau koperasi dapat dianggap Warga Negara Indonesia menurut ketentuan pasal 2 ayat 2 Besluit tentang Surat Laut dan Pas Kapal apabila: - Perseroan Firma FA atau Comanditer yang didirikan di Indonesia dan golongan anggota sendiri-sendiri bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pihak ketiga, semua anggotanya haruslah berkewarganegaraan Indonesia. - Perseroan Terbatas, harus didirikan di Indonesia menurut peraturan perundang-undangan yang belaku di Indonesia dengan syarat : 1. Sedikitnya 23 modal perseroan telah ditempatkan pada pemegangnya yang berkewarganegaraan Indonesia. Ramdan : Pengaturan Kelancaran Arus Barang Studi Tentang Proses Bongkar Muat Dari Dan Ke Kapal…, 2007 USU e-Repository © 2008 2. Direksi dan Dewan Komisaris harus berkewarganegaraan Indonesia dan bertempat tinggal di Indonesia, atau semua Direksi harus Warga Negara Indonesia, sedangkan paling sedikit ¾ dari jumlahnya bertempat tinggal di Indonesia, Komisaris paling sedikit ¾ nya berkewarganegaraan Indonesia dan paling sedikit 23 betempat tinggal di Indonesia. 3. Perkumpulan yang berstatus Badan Hukum dan Yayasan, keduanya harus didirikan berdasarkan peraturan yang berlaku di Indonesia dan berkedudukan di Indonesia serta semua direksi harus warga Negara Indonesia dan mereka paling sedikit ¾ harus bertempat tinggal di Indonesia. Mengenai Dewan Komisaris paling sedikit 23 nya harus bertempat tinggal di Indonesia. d. Pengertian Pengangkutan Dalam pasal 466 KUHD disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pengangkutan adalah ”barang siapa yang, baik dengan persetujuan charter menurut waktu waktu atau charter menurut perjalanan baik dengan sesuatu persetujuan lain, mengikat diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang yang seluruhnya atau sebahagian melalui lautan”. Dari ketentuan tersebut dapat kita lihat bahwa sekalipun KUHD menyebut “barang siapa” bukan berarti yang dimaksud dengan pengangkut adalah nahkoda yang menjalankan kapal, akan tetapi majikan dari nahkoda, atau orang yang menyuruh nahkoda, yaitu orang yang menjadi pihak atu mengikatkan diri dalam suatu perjanjian pengangkutan. Ramdan : Pengaturan Kelancaran Arus Barang Studi Tentang Proses Bongkar Muat Dari Dan Ke Kapal…, 2007 USU e-Repository © 2008 Dalam pasal 466 KUHD juga terdapat kata ‘menyelenggarakan” yaitu berarti bahwa yang dikatakan dengan pihak pengangkut adalah pihak perusahaan yang melakukan pengiriman barang, baik perusahaan itu mempergunakan kapalnya sendiri atau dengan melakukan charter kapal dengan perusahaan lain yang memiliki kapal untuk melakukan pengiriman barang ke sesuatu tempat. Atau dapat juga terjadi seperti di bawah ini “…A yang dalam melaksanakan persetujuan pengangkutan menyuruh orang lain B untuk menjalankan pengangkutannya, dan orang lain ini, si B merupakan pengangkut juga terhadap si A, sedangkan si B mungkin juga menyuruh orang lain lagi si C, untuk menjalankan pengangkutannya, dan si C ini juga merupakan pengangkut terhadap si B”. 59 Jadi dalam hal ini mungkin sekali terlibat beberapa perjanjian pengangkutan dengan beberapa perusahaan pengangkutan. Sebagai contoh ”Si A ini adalah seorang pengusaha pengangkutan transport ordenemer berjanji untuk mengangkut barang-barang untuk si Z kemudian si A menyuruh suatu pengusaha pengangkutan melalui laut Zee transport ordeneming, Si B untuk mengangkut, dan si B ini men-charter suatu kapal secara time atau voyage charter, dari suatu pengusaha kapal reder si B, jadi kini ada tiga “pengangkut” dan untuk mereka semua berlaku pasal- pasal dari titel VA buku II Kitab Undang-Undang Hukum Perniagaan KUHD”. 60 59 Hasnil Basri Siregar, Loc.Cit, 60 Ibid Ramdan : Pengaturan Kelancaran Arus Barang Studi Tentang Proses Bongkar Muat Dari Dan Ke Kapal…, 2007 USU e-Repository © 2008

4. Syarat-Syarat dalam Pengangkutan Laut