Hukum Pengangkutan Laut Hukum Pengangkutan

Dari hal di atas terlihat bahwa pengangkutan mempunyai fungsi yang sangat vital. Kevitalannya bukan hanya dari segi fisik saja, yakni alat yang harus membawa barang-barang yang diperdagangkan dari produsen ke konsumen misalnya, tetapi juga sebagai alat penentu dari harga barang- barang. Oleh karena itu bagi kepentingan perdagangan, setiap pedagang selalu akan berusaha mendapatkan frekuensi angkutan yang kontiniu dan tinggi dengan biaya angkutan yang rendah. Untuk kesemua hal diatas diperlukan suatu perangkat peraturan lalu lintas baik di darat udara maupun di laut, sehingga tercipta suatu kepastian hukum baik di pihak produsen maupun konsumen, juga di pihak pedagang sebagai perantara.

2. Hukum Pengangkutan Laut

Secara umum segala hal yang berhubungan dengan pengangkutan barang atau orang melalui laut dengan menggunakan sarana angkutan laut diatur dalam buku II KUHD. KUHD ini mulai berlaku di wilayah Indonesia pada tanggal 1 Mei 1848 bersama-sama dengan Undang-Undang lain seperti KUH Perdata dan RO Reglement rechterlijk Organisatie yaitu dengan dikeluarkannya staatblad 1847 No.23, tanggal 30 April 1847. 50 Beberapa perbedaan sejarah pelayaran pada waktu KUHD mulai berlaku dengan pelayaran pada masa sekarang ini antara lain adalah : 51 a. Pada waktu dulu tidak dikenal Pelayaran Tetap Vaste Lijnen seperti pada waktu sekarang ini, yang menghubungkan pelabuhan yang satu dengan yang lainnya adalah dengan Pelayaran Tidak Tetap Wilde 50 Hasnil Basri Siregar, Loc. Cit, hal. 23 51 Ibid Ramdan : Pengaturan Kelancaran Arus Barang Studi Tentang Proses Bongkar Muat Dari Dan Ke Kapal…, 2007 USU e-Repository © 2008 Lijnen, dimana pengangkut akan melayani jalur tergantung dari permintaan dan kebutuhan, mengingat terbatasnya jumlah kapal pada waktu itu. b. Dahulu perusahaan perkapalan berbentuk reder dan rederij, sedangkan pada saat sekarang ini perusahaan pelayaran berbentuk badan hukum PT, yang terdiri dari saham-saham yang dimiliki oleh beberapa orang dan banyak memiliki kapal, misalnya: PT. Pelni, PT. Samudera Indonesia, PT. Deli Madju, dan lain-lain. Juga dimungkinkan perusahaan pelayaran itu berbentuk koperasi. c. Pada masa dahulu ada suatu lembaga yang dikenal dengan Bodemerij, yaitu: “suatu kredit pelayaran kapal bentuk lama, dimana seorang pelepas uang memberikan uang kepada seorang pengusaha perkapalan dengan jaminan kapal atau muatannya atau kedua- duanya. Bila kapal beserta muatannya pulang dengan selamat maka utang harus dibayar dengan bunga tinggi, sedangkan kalau kapal dan atau muatannya itu tidak datang maka si pelepas uang kehilangan hak untuk menagih piutangnya”. Pada saat sekarang ini bentuk Bodenerij sudah tidak ada lagi, sebagai jaminan hutang, kapal dapat dibebani Hipotek, selanjutnya kapal juga dapat dijadikan benda pertanggungan bagi asuransi laut mengenai kasko. d. Dahulu pengangkutan yang utama adalah pengangkutan barang. Orang yang ingin berpergian melalui laut waktu itu harus mengurus sendiri semua kebutuhannya selama dalam perjalanan, seperti makan, Ramdan : Pengaturan Kelancaran Arus Barang Studi Tentang Proses Bongkar Muat Dari Dan Ke Kapal…, 2007 USU e-Repository © 2008 tidur,dsb. Sedangkan pada saat ini pengangkutan penumpang sama pentingnya, hal ini dapat kita lihat adanya perusahaan pelayaran yang melayani angkutan penumpang seperti PT Pelni, PT Kalla Lines. KUHD diberlakukan diwilayah Indonesia pada tanggal 1 Mei 1848 dengan Staatblad 1847 No.23. Pada waktu itu ketentuan yang terdapat dalam KUHD hanya diberlakukan untuk golongan Eropa saja. Kemudian dengan keluarnya Staatblad 1924 No.556 dinyatakan bahwa KUH Perdata dan KUHD kecuali hukum keluarga dan hukum waris abinstestato, dinyatakan berlaku untuk golongan timur asing bukan China, sedangkan untuk golongan timur asing China dinyatakan berlaku pada mereka dengan keluarganya Staatblad 1924 No.557. Jadi dalam hal ini aneka warna hukum dalam lapangan hukum pengangkutan di laut dapatlah dikatakan hampir tidak ada lagi, karena hampir sudah tidak ada lagi perbedaan antara WNI keturunan Eropa, WNI keturunan timur asing China, WNI keturunan timur asing non China dan WNI asli. Mengingat sampai sekarang ini pemerintah kita belum mampu membuat suatu ketentuan yang dapat menggantikan kedudukan KUHD, maka berdasarkan pasal II aturan peralihan Undang-Undang 1945, KUHD masih tetap berlaku. Dengan demikian ketentuan buku II KUHD tentang hal-hal yang timbul dalam pelayaran masih di berlaku hingga saat ini, demikian juga Ramdan : Pengaturan Kelancaran Arus Barang Studi Tentang Proses Bongkar Muat Dari Dan Ke Kapal…, 2007 USU e-Repository © 2008 Undang –Undang pelayaran Indonenesia tahun 1936 Indische scheepvuartwet staatblad 1936 No700 dan Ordonantie kapal tahun 1935 No 66 beserta peraturan pelaksanaannya diyatakan juga masih berlaku berdasarkan pasal II Aturan peralihan karena belum dibuat yang baru. Di samping ketentuan-ketentuan tersebut di atas, pemerintah juga melahirkan beberapa peraturan yang melengkapi KUHD dan peraturan- peraturan produk kolonial tersebut di atas, mengingat kebutuhan yang semakin dirasakan perlu dalam hubungan yang timbul dalam pelayaran. Ketentuan-ketentuan tersebut antara lain: 52 - Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 1964 tentang Biro Klasifikasi Indonesia. - Peraturan Pemerintah RI Nomor 11 Tahun 1983 tentang Pembinaan Kepelabuhanan. - Peraturan Pemerintah RI Nomor 17 Tahun 1988 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut. - Beberapa peraturan pelaksanaan lainnya. Pada tanggal 17 September 1992, Pemerintah mengeluarkan Undang- Undang terbaru yang mengatur tentang Pelayaran. Dengan mulai berlakunya Undang-Undang No.21 Tahun 1992 ini mencabut dan tidak memberlakukan lagi beberapa peraturan produk kolonial yang mengatur tentang pelayaran yakni : 53 - Indische scheepvaartswet, stb. 1936 No.700. 52 HMN Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Bag 5, Hukum Pelayaran Laut dan Perairan Darat,Cetakan Ke-4, Jakarta : Djambatan, 1993, hal. 25 53 Ibid Ramdan : Pengaturan Kelancaran Arus Barang Studi Tentang Proses Bongkar Muat Dari Dan Ke Kapal…, 2007 USU e-Repository © 2008 - Loodsdienst ordonnantie, stb. 1927 No.210. - Scheep meetings ordonnantie,stb 1927 No.210. - Binnen scheepen ordonnantie,stb 1927 No.289. - Zeebrievem en scheepspassen ordonnantie, stb 1935 No.492. - Schecpeen ordonnantie, stb.1935 No.66 - Bakengeld ordonnantie, stb 1935 No.468

3. Beberapa Pengertian dalam Pengangkutan Laut