Untuk terlaksananya Undang-Undang No 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran, Pemerintah telah pula mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.
70 Tahun 1996 tentang Kepelabuhanan yang dilanjutkan dengan KEPMENHUB No. 26 Tahun 1998, telah pula memberikan hak kepada PT.
PELINDO untuk melaksanakan kegiatan bongkar muat melalui unit yang dibentuk untuk itu DUTUSTER. Demikian pula Peraturan Pemerintah
No. 82 Tahun 1999 tentang Angkutan di Perairan yang berlaku tanggal 15 Oktober 1999 telah memberikan kewenangan bagi pelayaran untuk
melakukan bongkar muat barang yang diangkutnya tanpa perusahaan yang didirikan khusus untuk itu.
2. Kondisi yang terjadi di Pelabuhan Belawan
Pelaksanaan bongkar muat yang meliputi stevedoring, cardogoring, dan receivingdelivery dilakukan oleh Tenaga Kerja Bongkar Muat dimana
secara teknis pelaksanaannya : 1.
Gilir kerja shift adalah jam kerja selama 8 jam termasuk jam istirahat 2 jam, untuk kegiatan bongkar muat dengan penggantian tenaga kerja
bongkar muat pada setiap gilir kerja. 2.
Gang Tenaga Kerja Bongkar Muat adalah jumlah tenaga kerja bongkar muat dalam 1 regu kerja.
Adapun ketentuan yang terkait saat ini dalam pelaksanaan bongkar muat yang dilakukan oleh Tenaga Kerja Bongkar Muat yaitu Keputusan
Menteri Perhubungan No. KM 25 Tahun 2002 tanggal 9 April 2002 tentang Pedoman dasar Perhitungan Tarif Pelayanan Jasa Bongkar Muat Barang dari
Ramdan : Pengaturan Kelancaran Arus Barang Studi Tentang Proses Bongkar Muat Dari Dan Ke Kapal…, 2007 USU e-Repository © 2008
dan ke Kapal di Pelabuhaan. Keputusan Menteri tersebut juga mengatur tentang Tarif Pelaksanaan Bongkar Muat di pelabuhan termasuk Pelabuhan
Belawan. Adapun hal-hal yang diatur adalah sebagai berikut : 1.
Besarnya tarif pelayanan jasa bongkar muat barang dari dan ke kapal ditetapkan atas dasar kesepakatan bersama antara penyedia jasa
bongkar muat dan pengguna jasa bongkar muat barang dari dan ke kapal di pelabuhan.
2. Penetapan satuan ukuran berat atau isi dalam pengenaan tarif
berdasarkan satuan ukuran dalam manifes atau realisasi bongkar muat. 3.
Penetapan tarif bongkar muat barang dari dan ke kapal di pelabuhan berpedoman pada pedoman dasar perhitungan tarif muat barang di
pelabuhan sebagaimana dimaksud dengan cara : a.
menghitung biaya bagian tenaga kerja bongkar muat yang dilakukan bersama-sama oleh perusahaan bongkar muat dengan
koperasi tenaga kerja bongkar muat berserta serikat kerja TKBM b.
hasil perhitungan biaya bagian tenaga kerja bongkar muat tersebut pada huruf a, ditambah dengan perhitungan biaya bagian
perusahaan bongkar muat, maka penyedia jasa dan pengguna jasa bongkar muat menetapkan besaran tarif jasa pelayanan bongkar
muat barang dari dan ke kapal di pelabuhan berdasarkan kesepakatan.
Harmonisasi dan kelancaran bongkar muat merupakan substansi bagi perkembangan pelabuhan di Indonesia termasuk Pelabuhan Belawan.
Ramdan : Pengaturan Kelancaran Arus Barang Studi Tentang Proses Bongkar Muat Dari Dan Ke Kapal…, 2007 USU e-Repository © 2008
Pengaturan kelancaran arus barang di Pelabuhan Belawan merupakan bagian dari kemantapan Sistem Perdagangan Internasional melalaui
Pelabuhan Belawan. Kelancaran arus barang berimplikasi terhadap peningkatan nilai ekpors dan impor Indonesia di Pelabuhan Belawan.
Segala perangkat yag telah dipersiapan untuk kelancaran arus barang dalam hal ini bongkar muat barang di Pelabuhan Belawan yang selama ini
terus meningkat kinerjanya tidak terjadi lagi setelah keluarnya Keputusan Bersama Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Direktur Jenderal Pembinaan
Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor
:AL.59112-02 ; 300BW2002; 113SKBDEP. IVIII2002 Tentang Pembinaan dan Pengembangan Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat
TKBM di Pelabuhan. Di dalam salah satu Pasal Keputusan Bersama Tersebut menyebutkan
Bahwa :
65
2. Kegiatan Unit Usaha Jasa Bongkar Muat meliputi :
a. Administrasi Operasi, terdiri dari :
a.1. Registrasi TKBM a.2. Pengelompokan TKBM menjadi regu-regu kerja
a.3. Menyediakan TKBM a.4. Mengatur Gilir Kerja TKBM
65
Pasal 7 Keputusan Bersama Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Deputi Bidang Kelembagaan
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor :AL.59112-02 ; 300BW2002; 113SKBDEP. IVIII2002 tentang Pembinaan dan Pengembangan Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat TKBM
di Pelabuhan.
Ramdan : Pengaturan Kelancaran Arus Barang Studi Tentang Proses Bongkar Muat Dari Dan Ke Kapal…, 2007 USU e-Repository © 2008
b. Pelayanan Jaminan Perlindungan dan Kesejahteraan, terdiri dari :
b.1. Penyedia transportasi b.2. Penyediaan pakaian dan sepatu dan topi keselamatan
kerja helmet, sarung tangan dan masker. b.3. Asuransi Jaminan Hari Tua, Jaminan Kecelakaan Kerja,
Jaminan Kematian dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan b.4. Tunjangan Hari Raya THR
b.5. Pendidikan dan Latihan b.6. Tunjangan Perumahan
2. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Ayat 1, UUJBM Koperasi TKBM menerima biaya adiministrasi
operasional sesuai dengan ketentuan yang di atur oleh Menteri Perhubungan.
3. Pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud Ayat 1, disesuaikan dengan kondisi masing-masing pelabuhan
Ketentuan Pasal 7 di atas mengakibatkan penurunan kelancaran arus barang di Pelabuhan Belawan sebab UUJBM sebagai koperasi penyaluran
TKBM memiliki hak otoritas yang tinggi terhadap TKBM dan tidak melibatkan PBM dalam hal mengatur gilir kerja serta pengupahan terhadap
buruh. Hal yang susbtansi yang menjadi perhatian adalah bahwa Keputuan Bersama ini hanya diberlakukan di Pelabuhan Belawan.
Ramdan : Pengaturan Kelancaran Arus Barang Studi Tentang Proses Bongkar Muat Dari Dan Ke Kapal…, 2007 USU e-Repository © 2008
Sistem pengupahan yang otoritas dilakukan oleh Koperasi TKBM mencerminkan ketidakadilan karena tidak melibatkan PBM sehingga terjadi
penyalahgunaan kewenangan yang dilakukan oleh TKBM dimana TKBM terkesan lebih tidak mengutamakan profesinalisme kerjanya yang pada
akhirnya merugikan PBM dan mengganggu kelancaran arus bongkar muat di Belawan.
Sistem pengupahan juga merupakan hal yang sangat subtansi dalam kelancaran arus barang. Pendekatan pengupahan idealnya melibatkan pihak-
pihak yang terkait dalam bongkar muat tersebut. Namun Keputusan Bersama tersebut memberikan hak otoritas penuh kepada UUJBK dalam hal
ini koperasi TKBM secara individu. Jika melihat sistem pengupahan yang ideal maka di dalam hubungan
perburuhan yaitu antara majikan dan buruh, hak pemberian upah tersebut berada di majikan dan hak menerima upah tersebut berada di buruh. Artinya
bahwa seyogyanya PBM yang memiliki hak untuk memberikan upah kepada TKBM bukan Koperasi TKBM.
3. Akibat Hukum