Sistem pengupahan yang otoritas dilakukan oleh Koperasi TKBM mencerminkan ketidakadilan karena tidak melibatkan PBM sehingga terjadi
penyalahgunaan kewenangan yang dilakukan oleh TKBM dimana TKBM terkesan lebih tidak mengutamakan profesinalisme kerjanya yang pada
akhirnya merugikan PBM dan mengganggu kelancaran arus bongkar muat di Belawan.
Sistem pengupahan juga merupakan hal yang sangat subtansi dalam kelancaran arus barang. Pendekatan pengupahan idealnya melibatkan pihak-
pihak yang terkait dalam bongkar muat tersebut. Namun Keputusan Bersama tersebut memberikan hak otoritas penuh kepada UUJBK dalam hal
ini koperasi TKBM secara individu. Jika melihat sistem pengupahan yang ideal maka di dalam hubungan
perburuhan yaitu antara majikan dan buruh, hak pemberian upah tersebut berada di majikan dan hak menerima upah tersebut berada di buruh. Artinya
bahwa seyogyanya PBM yang memiliki hak untuk memberikan upah kepada TKBM bukan Koperasi TKBM.
3. Akibat Hukum
Berdasarkan hierarki dan kondisi pengaturan bongkar muat di Pelabuhan Belawan sebagaimana yang telah diuraikan di atas dapat
memiliki akibat hukum yang signifikan. Hal ini terlihat bahwa pemerintah membuat peraturan-peraturan tersebut tumpang tindih dan malah
bertentangan satu sama lain.
Ramdan : Pengaturan Kelancaran Arus Barang Studi Tentang Proses Bongkar Muat Dari Dan Ke Kapal…, 2007 USU e-Repository © 2008
Berbagai peraturan yang dibuat pemerintah berkenaan dengan bongkar muat barang di pelabuhan, termasuk dalam hal ini adalah
Pelabuhan Belawan bukan bertujuan untuk mengatur dan menentramkan pelaksanaan Perusahaan Bongkar Muat namun malah sebaliknya
menimbulkan kekisruhan di dalam prakteknya. Ketidakpastian terhadap pengaturan hukum yang ada dalam bongkar muat di Pelabuhan Belawan
membuat tidak adanya kepastian hukum mana yang harus di laksanakan sebagi patron dalam pelaksanaan bongkar muat di Pelabuhan Belawan. Jika
melihat asas hukum yang menyatakan bahwa Lex Spesialis Derogat Lex Generalis Ketentuan hukum yang spesial mengenyampingkan ketentuan
hukum yang umum sudah barang tentu dapat diterapkan namun dalam teknisnya pelaksanaannya tidak dapat dijalankan karena ketidakpahaman
serta faktor kepentingan dari suatu kelompok di Pelabuhan Belawan. Di sini juga dapat dilihat bahwa ketentuan produk hukum dalam hal
ini Surat Keputusan Bersama SKB Menteri tersebut dalam mengatur Unit- Unit Jasa Bongkar Muat telah mengenyampingkan peraturan yang di
atasnya yaitu Keputusan Menteri. Hal inilah yang berdampak atas akibat hukum yang tidak pasti dalam pengaturan bongkar muat di Pelabuhan
Belawan.
Ramdan : Pengaturan Kelancaran Arus Barang Studi Tentang Proses Bongkar Muat Dari Dan Ke Kapal…, 2007 USU e-Repository © 2008
BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN DALAM KELANCARAN ARUS BARANG
DI PELABUHAN BELAWAN
A. Kelancaran Arus Barang
Di Pelabuhan dalam proses bongkar muat kendali operasional berada di bawah Perusahaan Bongkar Muat PBM namun setelah
dikeluarkannya Keputusan Bersama Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan
Ketenagakerjaan dan Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor :AL.59112-02 ; 300BW2002;
113SKBDEP. IVIII2002 tentang Pembinaan dan Pengembangan Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat TKBM di Pelabuhan, kendali operasional
tidak lagi di bawah Perusahaan Bongkar Muat PBM. Kendali Opersional yang berada di bawah kendali Perusahaan Bongkar Muat PBM
berimplikasi pada kelancaran arus bongkar muat di Pelabuhan Belawan karena Tenaga Kerja Bongkar Muat TKBM memiliki kewajiban yang
mengikat layaknya buruh dengan majikan yang terikat pada perjanjian kerja yaitu proses bongkar muat di Pelabuhan Belawan. Artinya, hubungan kerja
antara PBM dan TKBM tersebut mengikat secara hak dan kewajiban bagi para masing-masing pihak yakni PBM dan TKBM. Oleh karena itu TKBM
berkewajiban untuk melaksanakan proses bongkar muat secara profesional yang di wujudkan dalam kedisiplinan kerja. Hal ini berarti proses bongkar
Ramdan : Pengaturan Kelancaran Arus Barang Studi Tentang Proses Bongkar Muat Dari Dan Ke Kapal…, 2007 USU e-Repository © 2008
91