3. Izin Usaha Perusahaan Bongkar Muat
Untuk menjalankan usaha dan operasinya, perusahaan bongkar muat harus mendapat izin usaha maupun izin operasi. Izin ini pada dasarnya ada
dua jenis, yaitu izin usaha tetap dan izin usaha sementara. Izin usaha tetap diberikan sesuai dengan jangka waktu pendirian perusahaan, sedangkan izin
sementara diberikan untuk jangka waktu satu tahun. Pertimbangan pemberian izin kegiatan bongkar muat diberikan oleh
gubernur propinsi setempat atas nama Menteri Perhubungan sebagai pelaksana tugas dekonsentrasi dengan pertimbangan :
33
a. Rekomendasi dari Asosiasi Bongkar Muat dan Administrator
Pelabuhan Kepala Kantor Pelabuhan setempat. b.
Keseimbangan volume kegiatan bongkar muat dengan jumlah perusahaan bongkar muat yang ada di pelabuhan.
c. Kesempatan dan kemampuan serta perkembangan usaha bongkar
muat yang mengajukan permohonan. PBM pemegang izin usaha, sesuai persyaratan, dapat melakukan
kegiatan bongkar muat di semua pelabuhan dalam propinsi yang bersangkutan.
Berikut ini adalah beberapa peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah tentang Pendirian Perusahaan Bongkar Muat di Indonesia.
Harapan Perusahaan Pelayaran adalah bahwa peraturan yang dibuat dapat membantu usaha pelayaran, karena tanpa terminal yang tetap, sukar bagi
33
Ibid
Ramdan : Pengaturan Kelancaran Arus Barang Studi Tentang Proses Bongkar Muat Dari Dan Ke Kapal…, 2007 USU e-Repository © 2008
perusahaan pelayaran lokal untuk bersaing dengan perusahaan pelayaran luar negeri yang sekarang menjamur beroperasi disini.
Peraturan yang telah dibuat adalah sebagai berikut: a. Ketentuan pelaksanaan bongkarmuat di Pelabuhan.
1. Peraturan Pemerintah No.61 tahun 1954 tentang Penetapan Peraturan
Mengenai Perusahaan Muatan Kapal Laut 2.
Peraturan Pemerintah No. 5 tahun 1964 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut
3. Peraturan Pemerintah No.2 tahun 1969 tentang Penyelenggaraan dan
Pengusahaan Angkutan Laut, pelaksanaannya: 1
Kegiatan bongkarmuat dilaksanakan oleh perusahaan pelayaran melaui unit usaha bongkar muat.
2 Perusahaan pelayaran dalam kegiatan usaha melaksanakan:
- Angkutan laut menggunakan kapal armada milik.
- Angkutan laut menggunakan kapal keagenan.
- Bongkar muat kapal armada milik dan keagenan.
4. Inpres No.4 tahun 1985 tentang Kebijaksanaan Kelancaran Arus
Barang untuk Menunjang Kegiatan Ekonomi Pelaksanaannya 1
Pemerintah menetapkan dikembalikan fungsi pokok usaha pelayaran, konsentrasi pada angkutan laut, sedangkan usaha
bongkar muat dipisahkan dari perusahaan pelayaran dan menjadi Perusahaan Bongkar Muat PBM berstatus independen.
Ramdan : Pengaturan Kelancaran Arus Barang Studi Tentang Proses Bongkar Muat Dari Dan Ke Kapal…, 2007 USU e-Repository © 2008
2 Inpres No. 4 tahun 1985 ditindaklanjuti dengan Keputusan
Menteri Perhubungan No. 88AL305Phb.85 dan KM No.13 tahun 1989. sehubungan dengan Undang-Undang No.22 tahun1999
tentang Pemerintah Daerah dan PP No.25 tahun 2002 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai
Daerah Otonom dan PP No.69 tahun 2001 tentang “Kepelabuhanan” dibuat Keputusan Menteri Perhubungan No.KM
142002 tentang “Penyelenggaraan dan Pengusahaan Bongkar Muat Barang dari dan ke Kapal” dan KM 25 tentang “Pedoman
Dasar Perhitungan Tarif Pelayanan Jasa Bongkar Muat Barang dari dan ke Kapal di Pelabuhan”. Persyaratan Perusahaan
berbentuk Badan Hukum Indonesia BHI, Modal Dasar, dan Modal Kerja yang berbeda untuk masing-masing kelas pelabuhan,
memiliki tenaga ahli yang berbeda untuk tiap-tiap kelas pelabuhan, adanya penetapan jumlah PBM yang beroperasi di
pelabuhan. 3
Keputusan Menteri Perhubungan No 14 tahun 2002, sesuai klasifikasi pelabuhan, persyaratan tenaga ahli dan peraturan
lainnya: Perusahaan PBM yang melakukan kegiatan di pelabuhan utama,
selain memiliki modal Rp 1 Milyar serta disetor RP 250 juta, juga harus
Ramdan : Pengaturan Kelancaran Arus Barang Studi Tentang Proses Bongkar Muat Dari Dan Ke Kapal…, 2007 USU e-Repository © 2008
memiliki 1 unit forklift FL 2,5 ton, 2 unit FL 5 ton serta 1 unit FL 10 ton, disamping 75 pallet serta peralatan lainnya.
34
Perusahaan PBM yang melakukan kegiatan di pelabuhan regional, selain memiliki modal Rp 500 juta serta disetor Rp 125 juta, juga harus
memiliki 2 unit forklift masing-masing 2,5 ton dan 5 ton serta juga 50 pallet dan peralatan lainnya.
35
PBM di pelabuhan lokal menyesuaikan dengan kondisi setempat yang ditetapkan oleh Gubernur Propinsi atas saran dan
pertimbangan APBMI dan Adpel Kepala Kantor Pelabuhan setempat. Perusahaan Angkutan Laut Nasional dapat melakukan bongkar muat
untuk kapal-kapal miliknya dan yang di-charter, khusus untuk barang milik penumpang, barang curah cair, barang curah kering dengan Conveyor dan
barang yang diangkut Kapal RoRo. Meskipun menurut legalitas, kegiatan bongkar muat di pelabuhan
hanya dikerjakan oleh Badan Hukum Indonesia BHI yang didirikan khusus untuk bongkar muat, namun dalam praktek di lapangan, PT
Pelabuhan Indonesia sebagai fasilitator juga mengerjakan kegiatan bongkar muat melalui unitnya-dahulu disebut “Unit Usaha Terminal” dan sekarang
bernama “Multi Terminal Indonesia” MTI. Sesuai PP No.KM 14 tahun 2002, perusahaan bongkar muat nasional
atau Badan Hukum Indonesia atau Warga Indonesia dapat mengadakan joint venture dengan perusahaan bongkar muat asing.
34
Ibid
35
Ibid
Ramdan : Pengaturan Kelancaran Arus Barang Studi Tentang Proses Bongkar Muat Dari Dan Ke Kapal…, 2007 USU e-Repository © 2008
4. Supervisi