B. Kode Etik Profesi Notaris
Menurut Abdul Kadir Muhammad, kode etik profesi merupakan produk etika terapan karena dihasilkan berdasarkan penerapan pemikiran etis atas suatu profesi.
Kode etik profesi dapat berubah dan diubah seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga anggota kelompok profesi tidak akan
ketinggalan zaman.
89
Sejalan dengan pemikiran Abdul Kadir Muhammad di atas, Bartens menyatakan bahwa etika profesi merupakan norma yang ditetapkan dan diterima oleh
kelompok profesi, yang mengarahkan atau memberi petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya berbuat dan sekaligus menjamn mutu moral profesi itu di mata
masyarakat. Oleh karena itu, kelompok profesi harus menyelesaikan berdasarkan kekuasaannya sendiri.
90
Kode etik profesi merupakan hasil pengaturan diri profesi yang bersangkutan, dan ini perwujudan nilai moral yang hakiki, yang tidak dipaksakan dari luar. Kode
etik profesi hanya berlaku efektif apabila dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup dalam lingkungan profesi itu sendiri. Kode etik merupakan rumusan norma
moral manusia yang mengemban profesi itu. Kode etik profesi menjadi tolok ukur perbuatan anggota kelompok profesi dan merupakan upaya pencegahan berbuat yang
etis bagi anggotanya.
91
89
Abdul Kadir Muhammad, op. cit., hal. 77.
90
Bartens, dalam Abdul Kadir Muhammad, Ibid., hal. 77.
91
Ibid., hal. 77.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008
Setiap kode etik profesi selalu dibuat tertulis yang tersusun secara teratur, rapi, lengkap, tanpa cacat, dalam bahasa yang baik, sehingga menarik perhatian yang
dan menyenangkan pembacanya. Semua yang tergambar adalah perilaku yang baik- baik. Akan tetapi, di balik semua itu terdapat kelemahan-kelemahan sebagai
berikut:
92
1. Idealisme yang terkandung dalam kode etik profesi tidak sejalan dengan fakta
yang terjadi di sekitar para profesional sehingga harapan sangat jauh dari kenyataan. Hal ini cukup menggelitik para profesional untuk berpaling kepada
kenyataan dan menggambarkan idealisme kode etik profesi. Kode etik profesi tidak lebih dari pajangan lukisan berbingkai.
2. Kode etik profesi merupakan himpunan norma moral yang tidak dilengkapi
dengan sanksi yang keras karena keberlakuannya semata-mata berdasarkan kesadaran profesional. Rupanya kekurangan ini memberi peluang kepada
profesional yang lemah iman untuk berbuat menyimpang dari kode etik profesinya.
Semua kode etik profesi dibuat dalam bentuk tertulis dengan maksud agar dapat dipahami secara konkret oleh para anggota profesi tersebut. Dengan tertulisnya
setiap kode etik, tidak ada alasan bagi anggota profesi tersebut untuk tidak membacanya dan sekaligus merupakan pegangan yang sangat berarti bagi dirinya.
Menurut Sumaryono, fungsi kode etik profesi memiliki tiga makna, yaitu:
93
a sebagai sarana kontrol sosial;
b sebagai pencegah campur tangan pihak lain;
c sebagai pencegah kesalahpahaman dan konflik.
Menurut Abdul Kadir Muhammad, bahwa: Kode etik profesi merupakan kriteria prinsip-prinsip profesional yang telah
digariskan sehingga dapat diketahui dengan pasti kewajiban profesional anggota lama, baru ataupun calon anggota kelompok profesi. Dengan demikian dapat
92
Ibid., hal. 78.
93
Ibid., hal. 78.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008
dicegah kemungkinan terjadi konflik kepentingan antara sesama anggota kelompok profesi, atau antara anggota kelompok profesi dan masyarakat.
Anggota kelompok profesi atau anggota masyarakat dapat melakukan kontrol melalui rumusan kode etik profesi, apakah anggota kelompok profesi telah
memenuhi kewajiban profesionalnya sesuai dengan kode etik profesi.
94
Lebih jauh Abdul Kadir Muhammad mengatakan bahwa kode etik profesi telah menentukan standarisasi kewajiban profesional anggota kelompok profesi.
Dengan demikian, pemerintah atau masyarakat tidak perlu lagi campur tangan untuk menentukan bagaimana seharusnya anggota kelompok profesi melaksanakan
kewajiban profesionalnya. Kode etik profesi pada dasarnya adalah norma perilaku yang sudah diangap benar atau yang sudah mapan dan tentunya akan lebih efektif lagi
apabila norma perilaku tersebut dirumuskan sedemikian baiknya, sehingga memuaskan pihak-pihak yang berkepentingan. Kode etik profesi merupakan
kristalisasi perilaku yang dianggap benar menurut pendapat umum karena berdasarkan pertimbangan kepentingan profesi yang bersangkutan.
95
Dengan demikian, kalau dikatakan bahwa etika profesi merupakan pegangan bagi anggota yang tergabung dalam profesi tersebut, maka dapat pula dikatakan
bahwa terdapat hubungan yang sistematis antara etika dengan profesi hukum. Menurut Liliana,
96
etika profesi adalah sebagai sikap hidup, yang mana berupa kesediaan untuk memberikan pelayanan profesional di bidang hukum terhadap
masyarakat dengan keterlibatan penuh dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas yang berupa kewajiban terhadap masyarakat yang membutuhkan
94
Ibid., hal. 79.
95
Ibid., hal. 79. lihat juga Supriadi, op. cit., hal. 24-25.
96
Liliana Tedjosaputra, op. cit., hal. 50.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008
pelayanan hukum dengan disertai refleksi yang seksama, dan oleh karena itulah di dalam melaksanakan profesi terapat kaidah-kaidah pokok berupa etika profesi yaitu
sebagai berikut:
97
Pertama, profesi harus dipandang dan dihayati sebagai suatu pelayanan karena itu, maka sifat pamrih menjadi ciri khas dalam pengembangan profesi.
Yang dimaksud dengan “tanpa pamrih” di sini adalah bahwa pertimbangan yang menentukan dalam pengambilan keputusan adalah kepentingan klien atau pasien
dan kepentingan umum, dan bukan kepentingan sendiri pengembangan profesi. Jika sifat tanpa pamrih itu diabaikan, maka pengembangan profesi akan mengarah
pada pemanfaatan yang dapat menjurus kepada penyalahgunaan sesama manusia yang sedang mengalami kesulitan atau kesusahan.
Kedua, pelayanan profesional dalam mendahulukan kepentingan klien atau pasien mengacu kepada kepentingan atau nilai-nilai luhur sebagai norma kritik
yang memotivasi sikap dan tindak. Ketiga, pengemban profesi harus selalu berorientasi pada masyarakat sebagai
keseluruhan. Keempat, agar persaingan dalam pelayanan berlangsung secara sehat sehingga
dapat menjamin mutu dan peningkatan mutu pengemban profesi, maka pengemban profesi harus bersemangat solidaritas antarrekan seprofesi.
Bertitik tolak dari pemikiran di atas, terdapat beberapa tujuan pokok dari standar-standar etika, yaitu:
98
1. Standar-standar etika menjelaskan dan menetapkan tanggung jawab kepala
klien, lembaga institusi dan masyarakat pada umumnya. 2.
Standar-standar etika membantu tenaga ahli profesi dalam menentukan apa yang harus mereka perbuat kalau mereka menghadapi dilema-dilema etika
dalam pekerjaan. 3.
Standar-standar etika membiarkan profesi menjaga reputasi atau nama dan fungsi profesi dalam masyarakat melawan kelakuan yang jahat dan anggota
tertentu. 4.
Standar-standar etika mencerminkanmembayangkan pengharapan moral dari komunitas. Dengan demikian, standar-standar etika menjamin bahwa para
anggota profesi akan menaati kitab undang-undang etika profesi dalam pelayanannya.
5. Standar-standar etika merupakan dasar untuk menjaga kelakuan dan integritas
atau kejujuran dari tenaga ahli profesi.
97
Ibid., hal. 50.
98
Ibid., hal. 50.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008
Dengan berpatokan pada hubungan etika dan profesi di atas, maka organisasi profesi memiliki tujuan agar menjalankan profesinya dengan cara profesional. Hal ini
sesuai pendapat yang dinyatakan Wawan Setiawan bahwa ciri-ciri profesional dapat dijadikan kriteria umum untuk dapat digolongkan profesional dengan
mempertahankan hubungan antara etika, norma profesi dan kriteria umum sebagai berikut:
99
1. Dasarbasis ilmu pengetahuan dan pengalaman serta keterampilan yang
memadai. 2.
Ada lembagaorganisasi profesi yang bersangkutan dan di samping mutlak sebagai anggota juga pendukung dengan kepedulian, dedikasi, serta
loyalitas yang tinggi.
3. Ada aturan dan persyaratan masuk dalam kelompok profesi.
4. Mempunyai kode etik
5. Mempunyai standar proforma.
Lebih jauh Wawan Setiawan mengatakan bahwa seorang profesional haruslah memiliki kepribadian sosial, yaitu:
100
1. bertanggung jawab atas semua tindakannya;
2. berusaha selalu meningkatkan ilmu pengetahuannya;
3. menyumbangkan pikiran untuk memajukan keterampilankemahiran dan
keahlian serta pengetahuan profesi; 4.
menjunjung tinggi kepercayaan orang lain terhadap dirinya; 5.
menggunakan saluran yang baik dan benar serta legal dan halal untuk menyatakan ketidakpuasannya;
6. kesediaan bekerja untuk kepentingan asosiasiorganisasinya dan senantiasa
memenuhi kewajiban-kewajiban organisasi profesinya; 7.
mampu bekerja dengan baik dan benar tanpa pengawasan tetap atau terus- menerus;
8. mampu bekerja tanpa pengarahan terinci;
9. tidak mengorbankan orangpihak lain demi kemajuankeuntungan diri
pribadinya semata-mata. 10.
setia pada profesi dan rekan seprofesi;
99
Wawan Setiawan, dalam Liliana Tedjasaputra, Ibid., hal. 53.
100
Ibid., hal. 54.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008
11. mampu menghindari desas-desus;
12. merasa bangga pada profesinya;
13. memiliki motivasi penuh untuk lebih mengutamakan kepentingan masyarakat
yang dilayainya; 14.
jujur, tahu akan kewajiban dan menghormati hak pihakorang lain; 15.
segala pengalamannya senantiasa diniati dengan niat dan itikad yang baik, tujuan yang dicapai hanya tujuan yang baik, demikian pula tata cara mencapai
tujuan itu juga dengan cara yang baik.
Selanjutnya pembahasan kode etik profesi hukum ini akan berkisar pada profesi hukum Notaris di Indonesia.
Lembaga notaris di Indonesia berasal dari zaman Belanda, karena Peraturan Jabatan Notaris Indonesia berasal dari Notaris Reglement Stbl. 1660-3 bahkan jauh
sebelumnya yakni dalam tahun 1620. Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen mengangkat notarium publicum. Notaris pertama di Hindia Belanda ialah Melchior
Kerchem dan tugasnya adalah melayani semua surat, surat wasiat di bawah tangan condicil, persiapan penerangan, akta kontrak perdagangan, perjanjian kawin, surat
wasiat testament, dan akta-akta lainnya dan ketentuan-ketentuan yang perlu dari kota praja dan sebagainya. Melchior Kerchem pada waktu menjabat sebagai
sekretaris college Van Schepenen di Jakarta sehingga beliau merangkap jabatan sebagai secretaris van den gereclite dan notaris publiek. Baru lima tahun kemudian
jabatan-jabatan tersebut dipisahkan dan jumlah notaris pada waktu itu bertambah terus. Pengangkatan-pengangkatan notaris tersebut diprioritaskan bagi kandidat-
kandidat yang telah pernah menjalani masa magang pada seorang notaris.
101
Perjalanan Notaris Indonesia mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan negara dan bangsa Indonesia. Hal ini ditandai dengan berhasilnya
101
Liliana Tedjosaputra, Etika Profesi dan Profesi Hukum, Semarang: Aneka Ilmu, 2003, hal. 86.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008
pemerintah orde Reformasi mengundangkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Peraturan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 ini
merupakan pengganti Peraturan Jabatan Notariat Stb. 1660-3 dan Reglement op Het Notaris Ambt in Indonesie Stb. 1860: 3 yang merupakan peraturan Pemerintah
Kolonial Belanda. Dalam diktum penjelasan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 UUJN
dinyatakan bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan secara tegas bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum.
Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian, ketentuan, dan perlindungan hukum
menuntut antara lain, bahwa lalu lintas hukum dalam kehidupan masyarakat memerlukan adanya alat bukti yang menentukan dengan jelas hak dan kewajiban
seorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat. Akta otentik sebagai alat bukti terkuat dan penuh mempunyai peranan penting
dalam setiap setiap hubungan hukum dalam kehidupan masyarakat. Dalam berbagai hubungan bisnis, kegiatan di bidang perbankan, pertanahan, kegiatan sosial, dan lain-
lain, kebutuhan akan pembuktian tertulis berupa akta otentik makin meningkat sejalan dengan berkembangnya tuntutan akan kepastian hukum dalam berbagai
hubungan ekonomi dan sosial, baik pada tingkat nasional, regional, maupun global. Melalui akta otentik yang menentukan secara jelas hak dan kewajiban, menjamin
kepastian hukum, dan sekaligus diharapkan pula dapat dihindari terjadinya sengketa. Walaupun sengketa tersebut dapat dihindari, dalam proses penyelesaian sengketa
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008
tersebut, akan otentik yang merupakan alat bukti tertulis dan terpenuh memberi sumbangan nyata bagi penyelesaian perkara secara murah dan cepat.
Berdasarkan uraian di atas, maka Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik sejauh pembuatan akta otentik tertentu tidak
dikhususkan bagi pejabat umum lainnya. Pembuatan akta otentik tertentu tidak ada yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dalam rangka menciptakan
kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum. Selain akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris, bukan saja karena diharuskan oleh peraturan perundang-
undangan, tetapi juga karena dikehendaki oleh pihak yang berkepentingan untuk memastikan hak dan kewajiban para pihak demi kepastian, ketertiban, dan
perlindungan hukum bagi pihak yang berkepentingan sekaligus bagi masyarakat secara keseluruhan.
Notaris merupakan suatu pekerjaan yang memiliki keahlian khusus yang menuntut pengetahuan luas, serta tanggung jawab yang berat untuk melayani
kepentingan umum dan inti tugas notaris adalah mengatur secara mufakat meminta jasa notaris. Menurut Ismail Saleh, Notaris perlu memperhatikan apa yang disebut
sebagai perilaku profesi yang memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
102
2. mempunyai integritas moral yang mantap;
3. harus jujur terhadap klien maupun diri sendiri kejujuran intelektual;
4. sadar akan batas-batas kewenangannya;
5. tidak semata-mata berdasarkan uang.
102
Ismail Saleh, dalam Liliana Tedjasaputra, Op. Cit., hal. 86.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008
Lebih jauh Ismail Saleh mengatakan bahwa empat pokok yang harus diperhatikan para notaris adalah sebagai berikut:
103
1. Dalam menjalankan tugas profesinya, seorang notaris harus mempunyai
integritas moral yang mantap. Dalam hal ini, segala pertimbangan moral harus melandasi pelaksanaan tugas profesionya. Walaupun akan memperoleh
imbalan jasa yang tinggi, namun sesuatu yang bertentangan dengan moral yang baik harus dihindarkan.
2. Serorang notaris harus jujur tidak hanya pada kliennya, juga pada dirinya
sendiri. Ia harus mengetahui akan batas-batas kemampuannya, tidak memberi janji-janji sekedar untuk menyenangkan kliennya, atau agar si klien tetap mau
memakai jasanya. Kesemuanya itu merupakan suatu ukuran tersendiri tentang kadar kejujuran intelektual seorang notaris.
3. Seorang notaris harus menyadari akan batas-batas kewenangannya. Ia harus
menaati ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku tentang seberapa jauh ia dapat bertindak dan apa yang boleh serta apa yang tidak boleh dilakukan.
Adalah bertentangan dengan perilaku profesional apabila seorang notaris ternyata berdomisili dan bertempat tinggal tidak di tempat kedudukannya
sebagai notaris. Atau memasang papan dan mempunyai kantor di tempat kedudukannya, tetapi tempat tinggalnya di lain tempat. Seorang notaris juga
dilarang untuk menjalankan jabatannya di luar daerah jabatannya. Apabila ketentuan tersebut dilanggar, maka akta yang bersangkutan akan kehilangan
daya autentiknya.
4. Sekalipun keahlian seseorang dapat dimanfaatkan sebagai upaya yang lugas
untuk mendapatkan uang, namun dalam melaksanakan tugas profesinya ia tidak semata-mata didorong oleh pertimbangan uang. Seorang notaris yang
Pancasilais harus tetap berpegang teguh kepada rasa keadilan yang hakiki, tidak terpengaruh oleh jumlah uang, dan tidak semata-mata hanya
menciptakan alat bukti formal mengejar adanya kepastian hukum, tapi mengabaikan rasa keadilan.
Sehingga, dalam menjalankan tugasnya seorang notaris harus berpegang teguh kepada kode etik jabatan notaris. Dalam kode etik Notaris Indonesia telah
ditetapkan beberapa kaidah yang harus dipegang oleh notaris selain memegang teguh kepada peraturan jabatan notaris, di antaranya adalah:
104
103
Ibid., hal. 87.
104
Supriadi, op. cit., hal. 51-52.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008
a. Kepribadian notaris, hal ini dijabarkan kepada:
4. Dalam melaksanakan tugasnya dijiwai Pancasila, sadar dan taat kepada
hukum peraturan jabatan notaris, sumpah jabatan, kode etik notaris dan berbahasa Indonesia yang baik.
5. Memiliki perilaku profesional dan ikut serta dalam pembangunan
nasional, terutama sekali dalam bidang hukum. 6.
Berkepribadian dan baik dan menjunjung tinggi martabat dan kehormatan notaris, baik di dalam maupun di luar tugas jabatannya.
b. Dalam menjalankan tugas, notaris harus:
4. menyadari kewajibannya, bekerja mandiri, jujur tidak berpihak dan
dengan penuh rasa tanggung jawab; 5.
menggunakan satu kantor sesuai dengan yang ditetapkan oleh undang- undang, dan tidak membuka kantor cabang dan perwakilan dan tidak
menggunakan peratara;
6. tidak menggunakan media massa yang bersifat promosi
c. Hubungan notaris dengan klien harus berlandaskan:
4. notaris memberikan pelayanan kepada masyarakat yang memerlukan
jasanya dengan sebaik-baiknya; 5.
notaris memberikan penyuluhan hukum untuk mencapai kesadaran hukum yang tinggi, agar anggota masyarakat menyadari hak dan kewajibannya;
6. notaris harus memberikan pelayanan kepada anggota masyarakat yanag
kurang mampu; d.
Notaris dengan sesama rekan notaris haruslah: 4.
hormat-menghormati dalam suasana kekeluargaan; 5.
tidak melakukan perbuatan ataupun persaingan yang merugikan sesama; 6.
saling menjaga dan membela kehormatan dan korps notaris atau dasar solidaritas dan sifat tolong-menolong secara konstruktif.
Dalam salah satu rumusan mengenai kode etik notaris, dicantumkan larangan- larangan yang tidak boleh dilakukan oleh anggota notaris sebagai berikut:
105
1. Melakukan tindakan-tindakan yang pada hakikatnya mengiklankan diri tetapi
tidak terbatas pada tindakan berupa memasang iklan untuk keperluan pemasaran atau propaganda, antara lain:
a.
Memasang iklan dalam surat kabar, majalah berkala, terbitan perdana suatu kantor, perusahaan, biro jasa, biro iklan, baik berupa pemuatan
nama, alamat, nomor telepon, maupun berupa ucapan selamat, dukungan, sumbangan uang atau apa pun. Pemuatan dalam buku-buku yang
disediakan untuk pemasangan iklan danatau promosi.
105
Ibid., hal. 53-54.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008
b. Mengirim karangan bunga atas kejadian apa pun kepada siapa pun yang
dengan itu nama anggota terpampang kepada umum, baik umum terbatas maupun tak terbatas;
c. Mengirim orang-orang selaku salesman ke berbagai tempatlokasi untuk
mengumpulkan klien atau akta. 2.
Memasang papan nama yang besarnyaukurannya melewati batas kewajaran atau memasang papan nama di beberapa tempat di luar lingkungan kantor
anggota yang bersangkutan.
3. Mengajukan permohonan baik lisan maupun tertulis kepada instansi-instansi,
perusahaan-perusahaan, lembaga-lembaga untuk ditetapkan menjadi notaris dari instansi, perusahaan, atau lembaga tersebut, baik tanpa apalagi disertai
penurunan tarif yang jumlahnyabesarnya tidak rendah dari tarif yang dibayar oleh instansi tersebut kepada notarisnya.
4. Menerimamemenuhi permintaan dari seseorang untuk membuat akta
rancangan yang rancangannya telah disiapkan oleh notaris lain. Dalam hal demikian anggota yang bersangkutan wajib menolak permintaan atau, anggota
boleh memenuhi permintaan itu setelah mendapat izin dari notaris pembuat rancangan.
5. Dengan jalan apapun berusaha atau berupaya agar seseorang berpindah dari
notaris lain kepadanya, baik upaya itu ditunjuk langsung kepada klien yang bersangkutan, maupun melalui perantaraan orang lain.
6. Menempatkan pegawai atau pegawai-pegawaiasisten di satu atau di cabang
yang tempat di luar kantor anggota yang bersangkutan, baik di kantor cabang yang sengaja dan khusus dibuka untuk keperluan itu, maupun di dalam kantor
atau instansi lembagaklien anggota yang bersangkutan, di mana pegawaiasisten tersebut membuat akta-akte itu, membacakannya atau tidak
membacakannya kepada klien, dan menyuruh klien yang bersangkutan menandatanganinya di tempat pegawaiasisten itu di kantor di instansi atu
lembaga tersebut. Akte-akte yang dibuat oleh para pegawaiasisten tersebut kemudian dikumpulkan untuk ditandatangani oleh anggota notaris majikan
dikantornya atau di rumahnya.
7. Mengirim minta kepada klien atau klien untuk ditandatangani oleh klien-klien.
8. Menjelek-jelekkan rekan notaris atau menjelek-jelekkan atau mempersalahkan
akta yang dibuat oleh rekan notaris; a.
Apabila seorang anggota menghadapi suatu akte buatan rekannya yang ternyata terdapat kesalahan-kesalahan yang serius atau yang
membahayakan klien, maka ia wajib memberitahukan rekan yang membuat kesalahan itu akan kesalahan ulang dibuatnya, tidak dengan
nadasuara untuk menggurui rekan itu, melainkan untuk menjaga agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan menimpa rekan tersebut.
b. Apabila dijumpai keadaan termaksud dalam ayat 8 di atas, maka setelah
berhubungan dengan rekan notaris yang bersangkutan, kepada klien yang
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008
bersangkutan dapat dan hendaknya dijelaskan apa yang merupakan kesalahan dan bagaimana memperbaikinya.
9. Menahan berkas seseorang dengan maksud memaksa orang itu agar membuat
akta pada notaris yang menahan berkas tersebut. 10.
Membiarkan orang lain membuat atau menyuruh orang lain membuat akte dan menandatangani akte itu sebagai aktenya sendiri, tanpa ia
mengetahuimemahami isi akte itu, apalagi kalau ia menuruti permintaan orang lain itu untuk tidak mengadakan perubahan sedikit pun pada akte yang
dibuat orang lain tetapi ditandatangani anggota tersebut, dengan lain perkataan anggota ini dilarang menjadi alat orang atau pihak lain untuk
semata-mata menandatangani akte buatan orang lain sebagai akte anggota itu.
11. Membujuk-bujuk atau dengan cara lain apapun memaksa klien membuat akte
padanya atau membujuk-bujuk seseorang agar pindah dari notaris lain. 12.
Dilarang membentuk kelompok di dalam Ikatan Notaris Indonesia yang tidak merupakan salah satu seksi dari organisasi INI dengan tujuan untuk melayani
kepentingan suatu instansi atau lembaga secara khususeksekutif, apalagi menutup kemungkinan bagi anggota lain untuk berpartisipasi.
Selain larangan-larangan yang dilakukan oleh anggota notaris di atas, maka yang tidak termasuk dalam larangan sebagaimana disebut di atas adalah sebagai
berikut:
106
1. Tidak termasuk larangan ialah:
a. Pengiriman kartu pribadi dari anggota berisi ucapan selamat pada
kesempatan ulang tahun, kelahiran anak, keagamaan, adat atau ucapanikut berduka cita dan lain sebagainya yang bersifat pribadi.
b. Pemuatan nama anggota oleh Perum Telkom atau badan yang ditugasinya,
dalam lembaga kuning dari buku telepon yang disusun menurut kelompok-kelompok jenis usaha, tanpa pembuatan nama anggota dalam
boks-boks iklan lembaran kuning buku telepon itu.
c. Pemuatan nama anggota dalam buku petunjuk faksimile danatau teleks.
2. Anggota tidak dilarang untuk menggunakan kalimat, pasal rumusan yang
terdapat dalam akta anggota lain, asal saja aktanya itu sudah selesai dibuat menjadi milik klien.
Notaris sebagai anggota yang tergabung dalam suatu organisasi, memiliki suatu kewajiban yang merupakan tanggung jawab anggota tersebut. Kewajiban harus
106
Ibid., hal. 54-55.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008
dilaksanakan, karena merupakan tolok ukur dalam menilai kinerja anggota tersebut. Dalam Pasal 2 kode etik notaris dinyatakan bahwa anggota wajib:
a. Memberi penyuluhan kepada klien, sejauh mungkin sehingga klien itu dapat
menangkapmemahami penyuluhan tersebut walaupun dengan diberikannya penyuluhan, orang itu urung membuat akta atau urung menjadi klien dari
anggota yang bersangkutan.
b. Memberi isyarat kepada rekan yang membuat kesalahan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat 8 c.
Menjaga agar kliennya tidak makin terjerumus dalam kesalahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 8
d. Menyelesaikan akta PT, CV, Firma, Yayasan, Perkumpulan, sampai tahap
pendaftaran pada Pengadilan Negeri dan Pengumuman dalam Berita Negara, apabila klien yang bersangkutan dengan tegas-tegas menyatakan akan
menyerahkan pengurusannya kepada anggota yang bersangkutan dan klien telah memenuhi syarat-syarat yang diperlukan.
e. Kalau pendaftaran pada Pengadilan Negeri dan Pengumuman dalam Berita
Negara itu telah selesai, anggota wajib memberitahu kepada klien perihal selesainya pendaftaranpengumuman itu danatau mengirim kepada atau
menyuruh mengambil akta yang sudah didaftar atau Berita Negara yang sudah selesai dicetak tersebut oleh klien yang bersangkutan.
Selanjutnya dalam Pasal 4 Kode Etik Notaris diatur mengenai pelanggaran- pelanggaran yang dapat dilakukan oleh anggota, selain yang disebut dalam Pasal 1,
dan yang pada umumnya dapat dikenakan sanksi, pelanggaran yang secara umum disebut pelanggaran terhadap kode etik notaris, yang antara lain meliputi pelanggaran
terhadap: a.
Ketentuan-ketentuan dalam Jabatan Notaris; b.
Apa yang oleh setiap anggota diucapkan pada waktu mengangkat sumpah jabatan;
c. Hal-hal yang menurut ketentuan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
haruswajib dilakukan oleh anggota, antara lain membayar iuran dan lain sebagainya, danatau hal-hal yang menurut anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga INI Ikatan Notaris Indonesia tidak boleh dilakukan;
d. Kewajiban membayar uang duka dalam hal meninggalnya notarismantan
notaris dan kewajiban mentaati ketentuan-ketentuan tentang tarif minimum.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008
Sejalan dengan uraian di atas, maka dalam Pasal 5 kode etik dinyatakan bahwa tanpa mengurangi tata cara maupun pengertian tingkatan sanksi-sanksi berupa
peringatan dan teguran, maka pelanggaran-pelanggaran yang oleh pengurus Pusat secara mutlak harus dikenakan sanksi pemberhentian sementara sebagai anggota INI,
disertai usul Pengurus Pusat kepada kongres untuk memecat anggota yang bersangkutan sebagai anggota INI ialah pelanggaran-pelanggaran yang disebut
dalam: a.
Pasal 1 ayat 7, ayat 10 dan ayat 12 b.
Peraturan jabatan Notaris yang berakibat bahwa anggota yang bersangkutan dinyatakan bersalah berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum pasti. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 5 di atas, maka dalam Pasal 6 kode etik
notaris dinyatakan bahwa pengenaan sanksi pemberhentian sementara sebagai anggota Ikatan Notaris Indonesia INI terhadap pelanggaran termaksud dalam Pasal
5 di atas ini, oleh Pengurus Pusat wajib diberitahukan kepada Menteri Kehakiman dengan tembusan Mahkamah Agung.
C. Upaya Notaris Mengatasi Konflik Dalam Pembuatan Berita Acara RUPS