Kerangka Teori Kerangka Teori dan Konsepsi

topik dan permasalahan yang sama oleh peneliti lainnya. Namun demikian ada penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, antara lain: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Laura Ginting, mahasiswa Program Magister Kenotariatan, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Analisis Hukum Kedudukan Rapat Umum Pemegang Saham Pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar” 2. Penelitian yang dilakukan oleh Meggie Francissia, mahasiswa Program Magister Kenotariatan, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Peranan Notaris Dalam Pembuatan Akta Kontrak Bisnis Suatu Penelitian di Kota Medan”.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Pengertian mengenai hukum banyak dikemukakan oleh para ahli hukum. Satu sama lain memiliki perbedaan dan sampai sekarang tidak ada satu pengertian hukum yang disepakati oleh semua pihak, karena masing-masing mempunyai perspektif yang berbeda. Secara garis besar pengertian hukum dapat dikelompokkan menjadi 3 tiga yaitu: a. Hukum dilihat sebagai perwujudan nilai-nilai tertentu, maka metode yang dipergunakan bersifat idealis, metode ini selalu berusaha menguji hukum yang harus mewujudkan nilai-nilai tertentu. b. Hukum dilihat sebagai suatu sistem peraturan-peraturan yang abstrak, maka perhatian akan terpusat pada hukum sebagai suatu lembaga yang benar-benar otonom yang bisa dibicarakan sebagai subyek tersendiri terlepas dari M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008 kaitannya dengan hal-hal di luar peraturan tersebut. Cara pandang ini akan menggunakan metode normatif analitis. c. Hukum dipahami sebagai alat untuk mengatur masyarakat, maka metode yang digunakan adalah sosiologis. Metode ini akan mengkaitkan hukum kepada usaha-usaha untuk mencapai tujuan dan dalam memenuhi kebutuhan- kebutuhan kongkrit masyarakat. Pusat perhatiannya tertuju pada efektifitas dari hukum. 11 Jadi, dari uraian tersebut nampak bahwa cara pandang mengenai hukum berimplikasi pada metode yang akan dipergunakan dalam melakukan penelitian hukum. Untuk memperoleh pemahaman yang lengkap mengenai hukum, maka hukum harus dilihat dari dua sisi yaitu secara normatif law in books dan sosiologis law in actions. Hukum merupakan seperangkat norma-norma yang menunjukkan apa yang harus dilakukan atau harus terjadi. Hukum bukan sesuatu yang sekedar untuk menjadi bahan pengkajian secara logis-rasional melainkan hukum dibuat untuk dijalankan. Perwujudan tujuan, nilai-nilai ataupun ide-ide yang terkandung di dalam peraturan hukum merupakan suatu kegiatan yang tidak berdiri sendiri, melainkan mempunyai hubungan timbal balik dengan masyarakat. Oleh karena itulah, dalam membicarakan masalah tersebut kita tidak dapat mengabaikan struktur masyarakat. Setiap struktur masyarakat memiliki ciri-ciri yang dapat memberikan hambatan-hambatan sehingga hukum sulit untuk dijalankan, dan di sisi lain memberikan dukungan berupa penyediaan sarana-sarana bagi kehidupan hukumnya. Hukum juga memberikan kesempatan kepada manusia untuk menentukan pola perilakunya sendiri di dalam batas-batas hukum yang telah ada. 11 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996, hal. 6. M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008 Antonie A.G. Peters, berpendapat bahwa terdapat 3 tiga perspektif dari fungsi hukum di dalam masyarakat, yaitu yang pertama adalah perspektif kontrol sosial daripada hukum. Tinjauan yang demikian dapat disebut sebagai tinjauan dari sudut pandangan seorang polisi terhadap hukum the policemen view of the law. Perspektif kedua dari fungsi hukum di dalam masyarakat adalah perspektif social engineering tinjauan yang digunakan oleh para pejabat the official’s perspective of the law dan oleh karena pusat perhatiannya adalah apa yang dibuat oleh pejabatpenguasa dengan hukum, maka tinjauan ini kerap kali disebut juga the technocrat’s view of the law. Yang dipelajari adalah sumber-sumber kekuasaan apa yang dapat dimobilisasikan dengan menggunakan hukum sebagai mekanisme. Perspektif yang ketiga adalah perspektif emansipasi masyarakat daripada hukum. Perspektif ini merupakan tinjauan dari bawah terhadap hukum the bottom’s up view of the law dan dapat pula disebut sebagai perspektif konsumen the consumer’s perspective of the law. Dengan perspektif ini ditinjau kemungkinan-kemungkinan dan kemampuan hukum sebagai sarana untuk menampung aspirasi masyarakat. 12 Berkaitan dengan pemecahan masalah penelitian ini diperlukan bantuan suatu paradigma sosial. George Ritzer 13 merumuskan pengertian paradigma, yaitu suatu 12 Antonie A.G. Peters, Koesrini Siswosoebroto, Hukum dan Perkembangan Sosial, Buku III Teks Sosiologi Hukum, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990, hal. 18-19. 13 Goerge Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, terjemahan Alimandan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1992, hal. 100. Lihat juga Lili Rasjidi dan I.B. Wyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Bandung: Mandar Maju, 2003, hal. 103. Istilah atau kata “paradigma” itu sendiri diintrodusir oleh Thomas S.Kuhn dalam bukunya “The Structure of Scientific Revolutions”. Makna dari kata itu adalah pola, berasal dari paradeigma bahasa Latin. Mengenai istilah “paradigma” ini selanjutnya Lili Rasjidi menulis sebagai berikut, oleh Kuhn istilah ini dipergunakan untuk menunjuk dua pengertian utama, pertama, sebagai totalitas konstelasi pemikiran, M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008 pandangan fundamental tentang pokok persoalan dalam suatu cabang ilmu pengetahuan dicipline. Paradigma membantu merumuskan tentang apa yang harus dipelajari, persoalan-persoalan apa yang harus dijawab, dari aturan-aturan apa yang harus diikuti dalam menginterpretasikan jawaban yang diperoleh. Paradigma adalah kesatuan konsensus yang terluas dalam suatu cabang ilmu pengetahuan dan yang membantu membedakan antara satu komunitas ilmuwan atau sub komunitas dari komunitas ilmuwan lainnya. Paradigma menggolong-golongkan, mendefinisikan dan menghubungkan antara eksemplar, teroi-teori, metode serta peralatan yang terkandung di dalamnya. Adapun paradigma yang dipergunakan di sini adalah paradigma definisi sosial, yang memandang sebagai manusia yang aktif menciptakan kehidupan sosialnya sendiri, tidak memandang manusia sebagai individu yang statis dan yang terpaksa dalam bertindak. Fokus perhatian paradigma ini terletak pada bagaimana caranya manusia mengartikan kehidupan sosialnya atau bagaimana mereka membentuk kehidupan sosial yang nyata. 14 Sedangkan teori yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu teori interaksi simbolik yang mempunyai pandangan bahwa manusia merupakan aktor yang kreatif dari realitas sosialnya. Tokoh teori interaksi simbolik ini adalah Herbert Blumer. Subtansi teori interaksionisme simbolik ini adalah bahwa kehidupan bermasyarakat terbentuk melalui proses interaksi dan komunikasi antar individual dan antar kelompok dengan menggunakan simbol-simbol yang dipahami maknanya keyakinan, nilai, persepsi, dan teknik yang dianut oleh akademisi maupun praktisi disiplin ilmu tertentu yang mempengaruhi cara pandang realitas mereka. Kedua, sebagai upaya manusia untuk memecahkan rahasia ilmu pengetahuan yang mampu menjungkirbalikkan semua asumsi maupun aturan yang ada. 14 Goerge Ritzer op. cit., hal. 105. M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008 melalui proses belajar. Tindakan seseorang dalam proses interaksi tersebut bukan semata-mata merupakan suatu tanggapan yang bersifat langsung terhadap stimulus yang datang dari lingkungannya atau dari luar dirinya. Tindakan tersebut merupakan hasil dari proses interpretasi terhadap stimulus. Jadi merupakan hasil proses belajar, dalam arti memahami simbol-simbol. Meskipun norma-norma, nilai-nilai sosial dan makna simbol-simbol tersebut memberikan pembatasan terhadap tiindakannya. Namun dengan kemampuan berpikir yang dimiliki, manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan tindakan-tindakan dan tujuan-tujuan yang hendak dicapai. 15 Perkembangan suatu masyarakat yang susunannya menjadi kompleks serta pembidangan kehidupan yang semakin maju dan berkembang, menghendaki pengaturan hukum juga harus mengikuti perkembangan yang demikian itu. Hampir setiap bidang kehidupan sekarang ini kita jumpai dalam peraturan hukum. Melalui penormaan terhadap tingkah laku manusia, hukum menelusuri hampir semua bidang kehidupan manusia. Hukum semakin memegang peranan sebagai kerangka kehidupan sosial masyarakat modern. Salah satu peranan hukum adalah untuk menyeimbangkan kepentingan- kepentingan yang ada di dalam hidup bermasyarakat. Roscoe Pound membedakan antara kepentingan pribadi yaitu kepentingan yang berkaitan dengan masalah- masalah kehidupan pribadi, kepentingan publik, yaitu tuntutan-tuntutan yang berkaitan dengan kehidupan bernegara, dan kepentingan sosial yaitu tuntutan- tuntutan yang berkaitan dengan kehidupan sosial. 16 Melalui undang-undang 15 Ibid, hal. 69. 16 Satjipto Rahardjo, Op. cit, hal. 26. M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008 perseroan terbatas, para pelaku ekonomi diharapkan dapat mampu berpartisipasi lebih luas dalam pembangunan ekonomi nasional ditengah-tengah derasnya arus globalisasi dan persaingan bebas dalam perekonomian internasional. Dilihat dari ilmu hukum, undang-undang perseroan terbatas ini dapat berfungsi sebagai sarana dalam menseimbangkan kepentingan-kepentingan dalam hidup bermasyarakat sebagaimana dikemukakan oleh Roscoe Pond. Selaku Badan Hukum perseroan terbatas adalah merupakan subjek hukum yang mandiri sebagaimana halnya manusia dewasa yang cakap melakukan perbuatan hukum. Perseroan Terbatas dikatakan sebagai subjek hukum yang mandiri karena tidak terkait dengan urusan pemegang saham dan pengurus. Pemegang saham diperkenankan untuk berganti, akan tetapi badan hukum tetap berdiri. Perseroan Terbatas berwenang untuk memiliki kekayaan sendiri sehingga apabila timbul kerugian atau perseroan harus membayar kewajiban yang dilakukannya, perseroan akan menggunakan kekayaan sendiri tanpa perlu menggunakan kekayaan pemegang saham dan pengurusnya. Perseroan memerlukan organ-organnya untuk menjalankan usahanya, mengurus kekayaannya dan mewakili perseroan di depan pengadilan maupun diluar pengadilan. UUPT No.40 Tahun 2007 menentukan bahwa organ perseroan terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham RUPS, Direksi dan Komisaris Pasal 1 angka 2. Rapat Umum Pemegang Saham atau RUPS adalah organ perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi dan Komisaris. RUPS mempunyai segala wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Komisaris dalam batas yang ditentukan UU No. 1 M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008 Tahun 1995 dan atau Anggaran Dasar. RUPS berhak memperoleh segala keterangan yang berkaitan dengan kepentingan perseroan dari direksi dan komisaris. Eksistensi RUPS sangat signifikan dalam penyelenggaraan perseroan terbatas, mengingat keputusan-keputusan yang penting dalam suatu perseroan terbatas akan diambil melalui mekanisme RUPS. Oleh karena itu pelaksanaan RUPS harus memenuhi segala sesuatu ketentuan yang termaktub dalam anggaran dasar perseroan dan peraturan-perundangan yang berlaku, khususnya UUPT No. 1 Tahun 1995 sebagaimana telah direvisi dengan UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dibuatnya hasil RUPS dalam suatu akta otentik yang dibuat dihadapan notaris lebih dimaksudkan untuk menjadikannya sebagai alat bukti yang sempurna sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1870 KUH Perdata, yang memberikan diantara para pihak termasuk para ahli warisnya atau orang yang mendapat hak dari para pihak itu suatu bukti yang sempurna tentang apa yang diperbuatdinyatakan dalam akta ini. Ini berarti mempunyai kekuatan bukti sedemikian rupa karena dianggap melekatnya pada akta itu sendiri sehingga tidak perlu dibuktikan lagi dan bagi Hakim itu merupakan “Bukti WajibKeharusan” Verplicht Bewijs

2. Konsepsi