Tahun 1995 dan atau Anggaran Dasar. RUPS berhak memperoleh segala keterangan yang berkaitan dengan kepentingan perseroan dari direksi dan komisaris. Eksistensi
RUPS sangat signifikan dalam penyelenggaraan perseroan terbatas, mengingat keputusan-keputusan yang penting dalam suatu perseroan terbatas akan diambil
melalui mekanisme RUPS. Oleh karena itu pelaksanaan RUPS harus memenuhi segala sesuatu ketentuan yang termaktub dalam anggaran dasar perseroan dan
peraturan-perundangan yang berlaku, khususnya UUPT No. 1 Tahun 1995 sebagaimana telah direvisi dengan UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas. Dibuatnya hasil RUPS dalam suatu akta otentik yang dibuat dihadapan notaris
lebih dimaksudkan untuk menjadikannya sebagai alat bukti yang sempurna sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1870 KUH Perdata, yang memberikan diantara
para pihak termasuk para ahli warisnya atau orang yang mendapat hak dari para pihak itu suatu bukti yang sempurna tentang apa yang diperbuatdinyatakan dalam
akta ini. Ini berarti mempunyai kekuatan bukti sedemikian rupa karena dianggap melekatnya pada akta itu sendiri sehingga tidak perlu dibuktikan lagi dan bagi
Hakim itu merupakan “Bukti WajibKeharusan” Verplicht Bewijs
2. Konsepsi
a. Perseroan Terbatas
Perseroan Terbatas, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008
seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang serta peraturan pelaksanaannya.
17
Undang-undang mengatakan bahwa perseroan terbatas didirikan paling sedikit oleh 2 dua orang dan selamanya paling sedikit harus memiliki 2 dua pemegang
saham, karena perseroan didirikan berdasarkan perjanjian. Maksud dan tujuan dari badan hukum perseroan terbatas tidak bersifat sosial, karena badan usaha perseroan
terbatas benar-benar ingin menjalankan kegiatan usaha di bidang ekonomi yang menghasilkan keuntungan. Badan hukum perseroan terbatas merupakan asosiasi
modal sehingga dalam hal ini modal memegang peranan yang penting. Modal badan hukum perseroan terbatas yang disebut sebagai modal dasar seluruhnya terdiri atas
saham-saham. Yang dimaksud dengan persekutuan modal adalah bahwa modal dasar
perseroan terbagi dalam sejumlah saham yang pada dasarnya dapat dipindahtangankan transferable shares. Sehubungan dengan ini perlu ditegaskan
bahwa sekalipun semua saham dimiliki oleh satu orang, konsep persekutuan modal tetap valid karena perseroan tidak menjadi bubar melainkan tetap berlangsung
sebagai subjek hukum. Kebenaran ini dipertegas oleh ketentuan Pasal 7 ayat 7 yang mengatur bahwa 100 saham persero BUMN berbentuk perseroan terbatas dapat
dimiliki oleh negara dan perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian.
18
17
Lihat, Pasal 1 angka 1 UUPT No.40 Tahun 2007.
18
Fred B.G. Tumbuan, “Tugas dan Wewenang Organ Perseroan Terbatas Menurut Undang- Undang Tentang Perseroan Terbatas”, Disampaikan pada Acara “Sosialisasi Undang-Undang tentang
Perseroan Terbatas” yang diselenggarakan oleh Ikatan Notaris Indonesia INI pada tanggal 22
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008
b. Rapat Umum Pemegang Saham RUPS Selanjutnya, organ perseroan adalah RUPS, Direksi dan Komisaris. Rapat
Umum Pemegang Saham atau RUPS adalah organ perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan memegang segala wewenang yang tidak
diserahkan kepada Direksi dan Komisaris. 1.
Hak dan Wewenang a.
Rapat Umum Pemegang Saham mempunyai segala wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Komisaris dalam batas yang ditentukan UU No.
11995 dan atau Anggaran Dasar. b.
Rapat Umum Pemegang Saham berhak memperoleh segala keterangan yang berkaitan dengan kepentingan perseroan dari Direksi dan Komisaris.
2. Tempat Kedudukan dan Tempat RUPS Diadakan
a. Tempat kedudukan perseroan adalah tempat dimana kantor pusatnya berada
atau tempat perseroan melakukan kegiatan usahanya. b.
RUPS diadakan di tempat kedudukan perseroan. Dalam Anggaran Dasar dapat ditetapkan bahwa RUPS dapat dilakukan di luar tempat kedudukan
perseroan atau kecuali ditentukan lain dalam Anggaran Dasar tetapi harus terletak di wilayah negara Republik Indonesia.
3. Macam-macam RUPS
a. RUPS terdiri atas RUPS tahunan danRUPS lainnya;
Agustus 2007 di Jakarta. Lihat juga Pasal 1 angka 1 jo Pasal 7 ayat 4, ayat 5 dan ayat 6, Pasal 57 UUPT No.40 Tahun 2007.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008
b. RUPS tahunan, diadakan dalam waktu paling lambat 6 enam bulan setelah
tahun buku, dan dalam RUPS tahunan tersebut harus diajukan semua dokumen perseroan;
c. RUPS lainnya dapat diadakan sewaktu-waktu berdasarkan kebutuhan.
4. Penyelenggaraan RUPS
Penyelenggaraan RUPS adalah Direksi. Direksi menyelenggarakan RUPS tahunan dan untuk kepentingan perseroan, ia berwenang menyelenggarakan RUPS
lainnya, atau dapat juga dilakukan atas permintaan satu pemegang saham atau lebih yang bersama-sama mewakili 110 bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak
suara yang sah, atau suatu jumlah yang lebih kecil sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar perseroan yang bersangkutan. Permintaan tersebut diajukan kepada
Direksi atau Komisaris dengan surat tercatat disertai alasannya. RUPS seperti itu hanya dapat membicarakan masalah yang berkaitan dengan alasan yang diajukan
tersebut.
c. Pengertian Notaris
Lembaga notariat mempunyai peranan yang penting karena menyangkut akan kebutuhan dalam pergaulan antara manusia yang menghendaki adanya alat bukti
tertulis dalam bidang hukum Perdata, sehingga mempunyai kekuatan otentik. Mengingat pentingnya lembaga ini, maka mengacu pada peraturan perundang-
undangan di bidang notariat, yaitu Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 UUJN.
19
19
Kita telah mempunyai perundang-undangan di bidang notariat, yakni “Peraturan Jabatan Notaris” Notaris Reglement – Stbl.1860-3, yang sekarang ini telah berumur kurang lebih 120 tahun,
sebagai pengganti dari “Instructie voor notarissen in Indonesia” Stbl.1822-11 dan bahkan jauh
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris termasuk dalam lingkup undang-undang dan peraturan-peraturan organik, karena mengatur
Jabatan Notaris. Materi yang diatur dalamnya termasuk dalam hukum publik, sehingga ketentuan-ketentuan yang terdapat di dalamnya adalah peraturan-peraturan
yang bersifat memaksa dwingend recht. Seorang notaris yang berwenang untuk membuat akta-akta otentlik dan
merupakan satu-satunya pejabat umum yang diangkat serta diperintahkan oleh suatu peraturan yang umum atau yang dikehendaki oleh orang-orang yang berkepentingan
G.H.S. Lumban Tobing memberikan pengertian notaris sebagai berikut:
20
Notaris adalah pejabat umum yang satu-satunya berwenang untuk membuat Akte otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan penetapan yang
diharuskan oleh suatu peraturan umum atau oleh yang berkepentingan dikehendaki untuk dinyatakan dalam suatu Akte otentik, menjamin kepastian
tanggalnya, menyimpan aktenya dan memberikan grosse, salinan dan kutipannya, semuanya sepanjang pembuatan akte itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan
kepada pejabat atau orang lain..
21
Lembaga notariat di kenal mulai pada abad ke-11 atau ke-12 dengan nama Latijnse Notariaat yang berasal dari Italia Utara. Perkembangan notariat di negara
ini meluas ke negara Perancis, notariat ini di kenal sebagai suatu pengabdian kepada masyarakat umum, yang kebutuhan dan kegunaannya senantiasa
mendapatkan pengakuan. Pada permulaan abad ke-19 lembaga notariat telah di kenal dan meluas ke negara-negara lain.
sebelumnya, yakni dalam tahun 1620 telah diangkat notaris pertama di Indonesia. Tobing, G.H.S. Lumban. Peraturan Jabatan Notaris, Jakarta: Penerbit Erlangga, 1999, hal. 1
20
Ibid., hal. 31.
21
Engelbrecht De Wetboeken wetten en Veroordeningen, Benevens de Grondwet van de Republiek Indonesie, Jakarta: Ichtiar Baru-Van Voeve, 1998, hal. 882.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008
Di dalam perkembangannya, nama-nama lain selain notariat antara lain digunakan sebagai :
1. Notarius, yang artinya untuk menandakan suatu golongan orang-orang yang
melakukan suatu bentuk pekerjaan tulis menulis tertentu.
22
2. Notarii, yang artinya orang-orang yang mencatat atau menuliskan pidato yang
diucapkan dahulu oleh cato dalam senat Romawi dengan mempergunakan tanda- tanda kependekan.
23
3. Tabelliones, yang artinya orang-orang yang ditugaskan bagi kepentingan
masyarakat untuk membuat akta-akta dan lain-lain surat walaupun jabatan atau kedudukan mereka itu tidak mempunyai sifat kepegawaian dan juga tidak
ditunjuk atau diangkat oleh kekuasaan umum untuk melaksanakan sesuatu formalitas yang ditentukan oleh undang-undang.
24
4. Tabularii, yang artinya pegawai negeri yang mempunyai tugas mengadakan dan
memelihara pembukuan keuangan kota-kota dan juga ditugaskan untuk melakukan pengawasan atas arsip dari magistrat kota-kota, di bawah resort mana
mereka berada.
25
d. Akta Notaris sebagai Suatu Akta Otentik Otensitas dari akta notaris bersumber dari Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang
Jabatan Notaris No. 30 Tahun 2004, yaitu notaris dijadikan sebagai pejabat umum, sehingga akta yang dibuat oleh notaris dalam kedudukannya tersebut memperoleh
22
G. H.S. Lumban Tobing, op. cit, hal. 5.
23
Ibid., hal. 6.
24
Ibid., hal. 7.
25
Ibid., hal. 8.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008
sifat akta otentik. Akta yang dibuat oleh notaris mempunyai sifat otentik, bukan oleh karena undang-undang menerapkan demikian, tetapi karena akta itu dibuat oleh atau
dihadapan pejabat umum. Hal ini sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1868 KUHPerdata yang menyatakan: “Suatu akta otentik ialah suatu akta yang di dalam
bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai- pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat dimana akta dibuatnya”.
Akta yang dibuat oleh notaris dapat merupakan satu akta yang memuat “relaas” atau menguraikan secara otentik sesuatu tindakan yang dilakukan atau
suatu keadaan yang dilihat atau disaksikan oleh pembuat akta itu, yakni notaris sendiri, di dalam menjalankan jabatannya sebagai notaris. Akta yang dibuat
sedemikian dan memuat uraian dari apa yang dilihat dan disaksikan dan yang dialaminya itu dinamakan akta yang dibuat “oleh” door notaris sebagai pejabat
umum. Akan tetapi akta notaris dapat juga berisikan suatu “cerita” dari apa yang terjadi karena perbuatan yang dilakukan oleh pihak lain di hadapan notaris,
artinya yang diterangkan atau diceritakan oleh pihak lain kepada notaris dalam menjalankannya jabatannya dan untuk keperluan mana pihak lain itu sengaja
datang di hadapan notaris dan memberikan keterangan itu atau melakukan perbuatan itu di hadapan notaris, agar keterangan atau perbuatan itu dikonstatir
oleh notaris di dalam suatu akta otentik. Akta sedemikian dinamakan akta yang dibuat “dihadapan” ten overstaan notaris.
26
Dari uraian di atas dapat diketahui, bahwa ada 2 golongan akta notaris, yakni:
27
1. akta yang dibuat “oleh” door notaris atau yang dinamakan “akta relaas” atau
“akta pejabat” ambtelijke akten; Contoh: antara lain: pernyataan keputusan rapat pemegang saham dalam
perseroan terbatas, akta pencatatan budel. 2.
akta yang dibuat “di hadapan” ten overstan notaris atau yang dinamakan “akta partij partij-akten.
26
Ibid., hal. 51.
27
Ibid., hal. 51,52.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008
Contoh, akta yang memuat perjanjian hibah, jual beli tidak termasuk penjualan di muka umum atau lelang, wasiat, kuasa.
Perbedaan di antara kedua golongan akta itu, dapat di lihat dari bentuk akta-akta itu. Dalam akta partij, dengan diancam akan kehilangan otensitasnya atau
dikenakan denda, harus ditandatangani oleh para pihak atau para pihak yang bersangkutan, misalnya para pihak atau salah satu pihak buta huruf atau
tangannya lumpuh dan lain sebagainya, keterangan tersebut harus dicantumkan oleh notaris dalam akta itu dan keterangan itu dalam hal ini berlaku sebagai
pengganti tanda tangan surrogaat tanda tangan.
28
Pada umumnya akta itu adalah suatu surat yang ditandatangani, memuat keterangan tentang kejadian-kejadian atau hal-hal yang merupakan dasar dari suatu
perjanjian, dapat dikatakan bahwa akta itu adalah suatu tulisan dengan mana dinyatakan sesuatu perbuatan hukum. Pasal 1867 KUHPerdata menyatakan:
29
Pembuktian dengan tulisan dilakukan dengan tulisan-tulisan otentik maupun dengan tulisan-tulisan di bawah tangan.
Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka terdapat dua macam akta yaitu akta yang sifalnya otentik dan ada yang sifatnya di bawah tangan. Dalam Pasal 1868
KUHPerdata yang dimaksud dengan akta otentik adalah:
30
Suatu akta otentik ialah suatu akta yang di dalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang, dibuat oleh
atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat di mana akta dibuatnya.
28
Ibid., hal. 53.
29
R. Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Cetakan XXIV, Jakarta: PT. Intermasa, 1986, hal. 475.
30
Ibid. 475.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008
Pegawai umum yang dimaksud di sini ialah pegawai-pegawai yang dinyatakan dengan undang-Undang mempunyai wewenang untuk membuat akta
otentik, misalnya notaris, panitera juru sita, pegawai pencatat sipil, Hakim dan sebagainya.
Akta yang dibuat dengan tidak memenuhi Pasal 1868 KUHPerdata bukanlah akta otentik atau disebut juga akta di bawah tangan. Perbedaan terbesar antara akta
otentik dan akta yang dibuat di bawah tangan ialah: a.
Akta otentik
Merupakan alat bukti yang sempurna, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1870 KUH Perdata. Ia memberikan diantara para pihak termasuk para
ahli warisnya atau orang yang mendapat hak dari para pihak itu suatu bukti yang sempurna tentang apa yang diperbuat dinyatakan dalam akta ini. Ini
berarti mempunyai kekuatan bukti sedemikian rupa karena dianggap melekatnya pada akta itu sendiri sehingga tidak perlu dibuktikan lagi dan
bagi Hakim itu merupakan “Bukti WajibKeharusan” Verplicht Bewijs. Dengan demikian barang siapa yang menyatakan bahwa Akta otentik itu palsu,
maka ia harus membuktikan tentang kepalsuan akta itu. Oleh karena itulah maka akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian, baik lahiriah, formil
maupun materil Uitwendige, formiele, en materiele bewijskrach.
31
b. Akta di bawah tangan
31
N.G Yudara, Pokok-pokok Pemikiran Diseputar Kedudukan dan Fungsi Notaris serta Akta Notaris Menurut Sistim Hukum Indonesia“, Renvoi, Nomor 10.34.III, tanggal 3 Maret 2006, hal 74.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008
Akta di bawah tangan bagi Hakim merupakan “Bukti Bebas” VRIJ Bewijs karena akta di bawah tangan ini baru mempunyai kekuatan bukti
materil setelah dibuktikan kekuatan formilnya. Sedang kekuatan pembuktian formilnya baru terjadi, bila pihak-pihak yang bersangkutan mengakui akan
kebenaran isi dan cara pembuatan akta itu. Dengan demikian akta di bawah tangan berlainan dengan akta otentik, sebab bilamana satu akta di bawah
tangan dinyatakan palsu, maka yang menggunakan akta di bawah tangan itu sebagai bukti haruslah membuktikan bahwa akta itu tidak palsu.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka akta yang dibuat secara otentik dengan akta yang dibuat secara di bawah tangan, mempunyai nilai
pembuktian suatu akta meliputi:
32
a. Kekuatan pembuktian lahir pihak ketiga
Kekuatan pembuktian lahiriah artinya akta itu sendiri mempunyai kemampuan untuk membuktikan dirinya sendiri sebagai akta otentik; Mengingat sejak awal yaitu
sejak adanya niat dari pihak pihak-pihak yang berkepentingan untuk membuat atau melahirkan alat bukti, maka sejak saat mempersiapkan kehadirannya itu telah
melalui proses sesuai dan memenuhi ketentuan Pasal 1868 KUHPerdata jo Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 atau dahulu Stbl 1860 Nomor 3 Reglement
of Notaris Ambt in Indonesia. Kemampuan atau kekuatan pembuktian lahiriah ini tidak ada pada aktasurat di bawah tangan Vide Pasal 1875 KUHPerdata.
b. Kekuatan pembuktian formil
32
Ibid, hal 74.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008
Kekuatan pembuktian formil artinya dari akta otentik itu Dibuktikan bahwa apa dinyatakan dan dicantumkan dalam akta itu adalah benar merupakan uraian
kehendak pihak-pihak; itulah kehendak pihak-pihak yang dinyatakan dalam akta itu oleh atau dihadapan Pejabat yang berwenang dalam menjalankan jabatannya. Dalam
arti formil akta otentik menjamin kebenaran :
1 tanggal ;
2 tanda tangan ;
3 komparan, dan ;
4 tempat akta dibuat.
Dalam arti formil pula akta Notaris membuktikan kebenaran dari apa yang disaksikan yaitu yang dilihat, didengar dan dialami sendiri oleh Notaris
sebagai Pejabat umum dalam menjalankan jabatannya. Akta di bawah tangan tidak mempunyai kekuatan formil, terkecuali bila si penandatangan dari
suratakta itu mengakui kebenaran tanda tangannya.
c. Kekuatan pembuktian material
Kekuatan pembuktian materil artinya bahwa secara hukum yuridis isi dari akta itu telah membuktikan keberadaannya sebagai yang benar terhadap setiap orang,
yang membuat atau menyuruh membuat akta itu sebagai tanda bukti terhadap dirinya termasuk ahli warisnya atau orang lain yang mendapat hak darinya; inilah
yang dinamakan sebagai “Preuve Preconstituee“ artinya akta itu benar mempunyai kekuatan pembuktian materiil. Kekuatan pembuktian inilah yang dimaksud dalam
Pasal 1870, 1871 dan 1875 KUHPerdata. Oleh karena itulah, maka akta otentik itu
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008
berlaku sebagai alat bukti sempurna dan mengikat pihak pihak-pihak yang membuat akta itu.
33
Dengan demikian siapapun yang membantah kebenaran akta otentik sebagai alat bukti, maka ia harus membuktikan kebalikannya.
d. Tanggung jawab kepada kode etik jabatan Selama tidak diatur dalam undang-undang, maka dalam menjalankan
tugasnya seorang notaris harus berpegang teguh kepada kode etik jabatan notaris. Dalam kode etik Notaris Indonesia telah ditetapkan beberapa kaidah yang harus
dipegang oleh notaris selain memegang teguh kepada peraturan jabatan notaris, di antaranya adalah:
34
a. Kepribadian notaris, hal ini dijabarkan kepada:
1. Dalam melaksanakan tugasnya dijiwai Pancasila, sadar dan taat kepada
hukum peraturan jabatan notaris, sumpah jabatan, kode etik notaris dan berbahasa Indonesia yang baik.
2. Memiliki perilaku profesional dan ikut serta dalam pembangunan
nasional, terutama sekali dalam bidang hukum. 3.
Berkepribadian dan baik dan menjunjung tinggi martabat dan kehormatan notaris, baik di dalam maupun di luar tugas jabatannya.
b. Dalam menjalankan tugas, notaris harus:
1. menyadari kewajibannya, bekerja mandiri, jujur tidak berpihak dan
dengan penuh rasa tanggung jawab; 2.
menggunakan satu kantor sesuai dengan yang ditetapkan oleh undang- undang, dan tidak membuka kantor cabang dan perwakilan dan tidak
menggunakan peratara;
3. tidak menggunakan media massa yang bersifat promosi
c. Hubungan notaris dengan klien harus berlandaskan:
1. notaris memberikan pelayanan kepada masyarakat yang memerlukan
jasanya dengan sebaik-baiknya; 2.
notaris memberikan penyuluhan hukum untuk mencapai kesadaran hukum yang tinggi, agar anggota masyarakat menyadari hak dan kewajibannya;
3. notaris harus memberikan pelayanan kepada anggota masyarakat yanag
kurang mampu;
33
G.H. S Lumban Tobing, op. cit., hal. 59.
34
Supriadi, op. cit., hal. 51-52.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008
d. Notaris dengan sesama rekan notaris haruslah:
1. hormat-menghormati dalam suasana kekeluargaan;
2. tidak melakukan perbuatan ataupun persaingan yang merugikan sesama;
3. saling menjaga dan membela kehormatan dan korps notaris atau dasar
solidaritas dan sifat tolong-menolong secara konstruktif.
G. Metode Penelitian