PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu materi hukum yang diperlukan dalam menunjang pembangunan ekonomi nasional Indonesia adalah ketentuan-ketentuan di bidang Perseroan
Terbatas, yang dalam tatanan hukum Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Pengesahan
Undang-Undang nomor 1 tahun 1995 merupakan suatu tindakan pertama keluar dari lingkungan salah satu kodifikasi, yaitu: Wetboek van Koophandel yang lazim dikenal
dengan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD. Ketentuan tentang Perseroan Terbatas yang diatur dalam KUHD sudah tidak lagi dapat mengikuti dan
memenuhi kebutuhan perkembangan perekonomian dan dunia usaha yang sangat pesat. Bahkan dalam perkembangannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995
tentang Perseroan Terbatas yang telah direvisi dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 yang telah disahkan pada tanggal 20 Juli 2007 oleh DPR RI dan telah
diundangkan pada tanggal 16 Agustus 2007. Selanjutnya dalam tulisan ini disingkat menjadi UUPT No. 1 Tahun 1995 atau UUPT No. 40 Tahun 2007.
Pasal 1 butir 1 UUPT No. 40 Tahun 2007 yang menyatakan Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan
persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008
Perseroan terbatas adalah persekutuan yang berbentuk badan hukum, dimana badan hukum ini disebut dengan “perseroan”. Istilah perseroan pada perseroan
terbatas menunjuk pada cara penentuan modal pada badan hukum itu yang terdiri dari sero-sero atau saham-saham dan istilah terbatas menunjuk pada batas
tanggungjawab para persero atau pemegang saham, yaitu hanya terbatas pada jumlah nilai nominal dari semua saham-saham yang dimiliki.
1
Sebagai badan hukum, perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi
dalam saham mempunyai konsekuensi, yaitu merupakan lembaga yang mandiri pendukung hak dan kewajiban yang dapat melakukan perbuatan hukum baik di dalam
maupun di luar pengadilan serta mempunyai harta yang terpisah dari pengurusnya maupun para pendirinya. Para pendiri yang juga pemegang saham tidak dapat
dibebani tanggung jawab yang melebihi nilai nominal saham yang dimilikinya. Di samping itu perbuatan hukum yang dilakukan oleh pendiri perseroan sebelum
perseroan didirikan yaitu pada saat pendiri melakukan persiapan untuk mendirikan suatu perseroan dan perbuatan hukum pendiri yang mengatasnamakan perseroan
setelah perseroan berdiri terbentuk dengan akta pendirian yang dibuat oleh notaris, kesemuanya akan beralih menjadi tanggung jawab perseroan manakala perseroan
disahkan sebagaimana badan hukum. Dengan demikian, hak dan kewajiban yang timbul akibat perbuatan hukum yang dilakukan oleh pendiri beralih menjadi hak dan
kewajiban dari perseroan. Pendiri sudah terlepas dari hak dan kewajibannya yang timbul akibat perbuatan hukum yang dilakukannya terhadap pihak ketiga. Inilah
kelebihan perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas yang tidak dimiliki oleh
1
Kansil, Pokok-Pokok Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996, hal. 31
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008
badan usaha dalam bentuk lainnya,
2
seperti persekutuan perdata maatschap, CV dan Firma.
Berbeda dengan orang perseorangan manusia, perseroan terbatas walaupun merupakan subyek hukum mandiri, adalah suatu artificial person, yang tidak dapat
melakukan tugasnya sendiri. Oleh karena itu perseroan memerlukan organ-organnya untuk menjalankan usahanya, mengurus kekayaannya dan mewakili perseroan di
depan pengadilan maupun diluar pengadilan. Organ perseroan tersebut sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 ayat 2 UUPT No. 40 Tahun 2007, bahwa Organ
Perseroan adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi dan Dewan Komisaris. Organ-organ tersebut mempunyai fungsi dan tugas masing-masing sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang Perseroan Terbatas maupun anggaran dasar perseroan. Antara organ-organ perseroan tersebut satu sama lain mempunyai
hubungan organis maupun fungsional. Hubungan organis adalah hubungan yang berkaitan dengan keberadaan organ-organ tersebut, sedangkan hubungan fungsional
adalah hubungan yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi masing-masing organ sebagai penetap kebijakan, pelaksana kebijakan, pengawas atas pelaksanaan
kebijakan dan lain-lain.maka Perseroan mutlak memerlukan direksi, komisaris dan menyelenggarakan rapat umum pemegang saham RUPS.
Rapat Umum Pemegang Saham atau RUPS adalah organ perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan memegang segala wewenang
yang tidak diserahkan kepada Direksi dan Komisaris. RUPS mempunyai segala wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Komisaris dalam batas yang
2
Agus Budiarto, Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002, hal. 16.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008
ditentukan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 dan atau Anggaran Dasar. RUPS berhak memperoleh segala keterangan yang berkaitan dengan kepentingan perseroan
dari direksi dan komisaris. RUPS terdiri atas RUPS tahunan dan RUPS lainnya yang sewaktu-waktu diperlukan yang disebut Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham
RULBPS. RUPS tahunan, diadakan dalam waktu paling lambat 6 enam bulan setelah tahun buku, dan atau dapat diadakan sewaktu-waktu berdasarkan kebutuhan.
RUPS merupakan organ perseroan yang kedudukannya adalah sebagai organ yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan sebagaimana ditentukan dalam
Pasal 1 butir 4 UUPT No. 40 Tahun 2007 yang menyatakan Rapat umum pemegang saham yang selanjutnya disebut RUPS adalah organ perseroan yang memegang
kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada direksi atau komisaris.
Akan tetapi, jika melihat pada bunyi kalimat memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada direksi atau komisaris, maka apa dimaksud di dalam
Pasal 1 butir 4 UUPT No. 40 Tahun 2007 tersebut di atas sebenarnya kekuasaan RUPS adalah tidak mutlak. Artinya, kekuasaan tertinggi yang diberikan oleh undang-
undang kepada RUPS tidak berarti bahwa RUPS dapat melakukan lingkup tugas dan wewenang yang telah diberikan undang-undang dan anggaran dasar kepada direksi
dan komisaris. Kekuasaan yang tertinggi yang dimiliki oleh RUPS hanya mengenai wewenang yang tidak diserahkan kepada direksi atau komisaris. Dengan demikian
dapat dipahami pula bahwa direksi atau komisaris mempunyai wewenang yang tidak dapat dipengaruhi oleh RUPS. Tugas, kewajiban, wewenang dari setiap organ
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008
termasuk RUPS sudah diatur secara mandiri otonom di dalam undang-undang perseroan terbatas. Setiap organ diberi kebebasan bergerak asal semuanya dilakukan
demi tujuan dan kepentingan perseroan. Instruksi dari organ lain, misalnya RUPS, dapat saja tidak dipenuhi oleh direksi meskipun direksi diangkat oleh RUPS sebab
pengangkatan direksi oleh RUPS tidak berarti bahwa wewenang yang dimiliki direksi merupakan pemberian kuasa atau bersumber dari pemberian kuasa dari RUPS kepada
direksi melainkan wewenang yang ada pada direksi adalah bersumber dari undang- undang dan anggaran dasar. Oleh karena itu, RUPS tidak dapat mencapuri tindakan
pengurusan perseroan sehari-hari yang dilakukan direksi sebab tindakan direksi semata-mata adalah untuk kepentingan perseroan, bukan untuk RUPS. Paham klasik
yang berpendapat bahwa lembaga RUPS merupakan kekuasaan tertinggi perseroan terbatas, dalam arti segala kekuasaan yang ada dalam suatu perseroan terbatas tidak
lain bersumber dari RUPS, kiranya sudah ditinggalkan oleh UUPT No. 1 Tahun 1995 sebagaimana telah direvisi dengan UUPT No. 40 Tahun 2007 tersebut.
Berdasarkan paham tersebut, komisaris dan direksi mempunyai kekuasaan berdasarkan mandat atau kuasa dari RUPS sehingga apabila RUPS menghendakinya
sewaktu-waktu dapat mencabutnya kembali. Melihat dari pengaturan tentang tugas, kewajiban dan wewenang dari organ perseroan yang oleh UUPT telah diatur secara
mandiri otonom bagi tiap-tiap organ tersebut, menurut Emmy Panggaribuan,
3
sudah menggambarkan adanya paham baru yang dikenal sebagai paham
3
Emmy Pangaribuan, Interaksi Fungsi Organ Perseroan Terbatas dan Perlindungannya Kepada Pemegang Saham dan Kreditur Berdasarkan Undang-Undang Perseroan Terbatas. Makalah
Seminar Nasional, Yogyakarta: UGM, 1995, hal. 32.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008
institusional.
4
Paham ini menurut Rudhi Prasetya,
5
berpandangan bahwa ketiga organ perseroan terbatas masing-masing mempunyai kedudukan yang otonom dengan
kewenangannya sendiri-sendiri sebagaimana yang diberikan dan menurut undang- undang dan anggaran dasar tanpa wewenang organ yang satu boleh dikerjakan oleh
organ yang lain. Dengan undang-undang dan anggaran dasar, maka pengurus tersebut berhak untuk tidak mematuhi perintah-perintah atau instruksi-instruksi dari organ
lainnya, baik dari komisaris maupun RUPS. Dengan perkataan lain, menurut paham tersebut wewenang yang ada pada organ-organ dimaksud bukan bersumber dari
limpahan atau kuasa dari RUPS melainkan bersumber dari ketentuan undang-undang dan anggaran dasar.
Selanjutnya tata cara penyelenggaraan RUPS sebagaimana telah dinyatakan di atas, sesuai dengan Pasal 65 UUPT No. 1 Tahun 1995 sebagaimana telah direvisi
menjadi Pasal 78 UUPT No. 40 Tahun 2007, bahwa RUPS dapat diselenggarakan dengan dua macam, yaitu RUPS tahunan yang diselenggarakan dalam waktu paling
lambat 6 enam bulan setelah tahun buku, serta RUPS lainnya yang dapat diselenggarakan sewaktu-waktu berdasarkan kebutuhan.
4
Mengenai faham institusional ini juga pernah dikemukakan oleh Munir Fuady, dalam http:www.Hukumonline.com
, yang menyatakan Kalau saya bilang, KUHD untuk masalah pemegang saham ini lebih bagus, KUHD bilang bahwa memang waktu didirikan itu harus dua orang. Tetapi
ketika telah menjadi badan hukum, satu orang nggak ada masalah. Nggak ada larangan. Tapi dalam UUPT No.1 Tahun 1995, satu orang dikasih waktu enam bulan. Dia harus carai orang lainkan. Di
mana-mana, teori perjanjian sudah mulai ditinggalkan. Yang banyak sekarang ini adalah teori yang namanya teori institusionalitas. PT itukan bukan perjanjian, PT itu institusi. Berapapun orang di
dalamnya, ya terserah dialah. Bukan perjanjiannya yang dilihat, tetapi institusinya. Jadi sebagai PT, dia punya kekayaan sendiri, dia punya pengurus.
5
Rudhi Prasetyo, Kedudukan, Peran dan Pertanggungjawaban Pengurus Perseroan Terbatas. Makalah Seminar Hukum Dagang Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen
Kehakiman, 1987, hal. 11.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008
Penyelenggaraan RUPS secara tahunan dan secara sewaktu-waktu pada prinsipnya yang berwenang menyelenggarakan adalah direksi, kecuali direksi
berhalangan atau ada pertentangan kepentingan antara direksi dan perseroan, maka pemanggilan dilakukan oleh komisaris. Penyelenggaraan RUPS tersebut menurut
Pasal 79 ayat 2 UUPT No. 40 Tahun 2007 dapat dilakukan atas permintaan 1 satu orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama mewakili 110 satu
persepuluh atau lebih dari jumlah seluruh saham dengan hak suara, kecuali anggaran dasar menentukan suatu jumlah yang lebih kecil, atau Dewan Komisaris. Jadi
prakarsa menyelenggarakan RUPS di sini datang dari pemegang saham. Bahkan menurut Pasal 80 ayat 2 UUPT No. 40 Tahun 2007 bahwa dalam hal Direksi atau
Dewan Komisaris tidak melakukan pemanggilan RUPS dalam jangka waktu yang ditentukan maka pemegang saham yang meminta penyelenggaraan RUPS dapat
mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Perseroan untuk menetapkan pemberian izin kepada
pemohon melakukan sendiri pemanggilan RUPS tersebut. Ketentuan ini merupakan kontrol dari pemegang saham yang diberikan oleh
undang-undang atas pengurusan dan pengawasan yang dilakukan oleh direksi dan komisaris melalui ketua pengadilan negeri yang berwenang memberi izin. Ketua
pengadilan negeri dapat memerintahkan direksi dan atau komisaris untuk hadir dalam RUPS tersebut bahkan dapat juga menentukan bentuk, isi, dan jangka waktu
pemanggilan RUPS serta menunjuk ketua rapat tanpa terikat pada ketentuan undang- undang perseroan terbatas dan anggaran dasar.
6
6
Agus Budiarto, op. cit., hal. 59.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008
Selanjutnya dengan mengacu pada Pasal 82 UUPT No. 40 Tahun 2007 bahwa pemanggilan RUPS dilakukan dalam jangka waktu paling 14 empat belas hari
sebelum tanggal RUPS diadakan, dengan tidak memperhitungkan tanggal pemanggilan dan tanggal RUPS. Pemanggilan RUPS dilakukan dengan Surat
Tercatat danatau dengan iklan dalam Surat Kabar. Dalam pemanggilan RUPS dicantumkan tanggal, waktu, tempat dan mata acara rapat disertai pemberitahuan
bahwa bahan yang akan dibicarakan dalam RUPS tersedia di kantor perseroan sejak tanggal dilakukan pemanggilan RUPS sampai dengan tanggal RUPS diadakan.
Perseroan wajib memberikan salinan bahan materi kepada pemegang saham secara cuma-cuma jika diminta. Dalam hal pemanggilan dan panggilan tidak sesuai dengan
ketentuan dimaksud, keputusan RUPS tetapi sah jika semua pemegang saham dengan hak suara hadir atau diwakili dalam RUPS dan keputusan tersebut disetujui dengan
suara bulat. RUPS yang diselenggarakan oleh suatu perseroan merupakan organ yang
sangat penting dalam mengambil berbagai kebijakan yang berkaitan dengan perseroan, sehingga sesuai dengan Pasal 77 ayat 4 UUPT No. 40 Tahun 2007 setiap
penyelenggaraan RUPS harus dibuatkan risalah rapat pernyataan keputusan rapat yang disetujui dan ditandatangani oleh semua peserta RUPS. Dalam prakteknya
RUPS dituangkan dalam suatu akta otentik yang dibuat dihadapan notaris. Notaris adalah pejabat umum yang mempunyai wewenang untuk membuat
akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan penetapan yang diperintahkan oleh peraturan umum atau diminta oleh para pihak yang membuat akta.
7
7
Sudikno Mertokusumo, Arti Penemuan Hukum Bagi Notaris, Renvoi, Nomor 12, tanggal 3 Mei 2004, hal. 49.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008
Lebih lanjut dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris dinyatakan Notaris adalah pejabat
umum yang berwenang untuk membuat akta otentik sejauh pembuatan akta otentik tertentu tidak dikhususkan bagi pejabat umum lainnya.
Pembuatan akta otentik ada yang diharuskan oleh peraturan perundang- undangan dalam rangka menciptakan kepastian, ketertiban, dan
perlindungan hukum. Selain akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris, bukan saja karena diharuskan oleh peraturan perundang-
undangan, tetapi juga karena dikehendaki oleh pihak yang berkepentingan untuk memastikan hak dan kewajiban para pihak demi kepastian,
ketertiban, dan perlindungan hukum bagi pihak yang menyelenggarakan RUPS untuk kepentingan perseroan sekaligus bagi masyarakat secara
keseluruhan.
Pada dasarnya
suatu perbuatan
hukum yang dilakukan oleh pihak-pihak terkandung maksud tertentu yaitu mengharapkan terjadinya suatu akibat hukum yang
dikehendaki. Dahulu orang dalam melakukan perbuatan hukum cukup dengan adanya kata sepakat dari kedua belah pihak secara lisan, dengan dilandasi atas saling percaya
mempercayai berbeda halnya dengan zaman sekarang, di mana orang pihak-pihak biasanya lebih cenderung melakukan perbuatan hukum tersebut dengan
merealisasikannya dalam bentuk perjanjian secara tertulis atau lebih dikenal dengan sebutan akta otentik.
8
8
Hartono Hadisoeprapto, Pokok-Pokok Hukum Perikatan dan Hukum Jaminan, Yogyakarta: Penerbit Liberty, 1984, hal. 42.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008
Akta otentik sebagai alat bukti terkuat dan terpenuh mempunyai peranan penting dalam setiap hubungan hukum dalam kehidupan masyarakat. Dalam berbagai
hubungan bisnis, kegiatan di bidang perbankan, pertanahan, kegiatan sosial, dan lain- lain, kebutuhan akan pembuktian tertulis berupa akta otentik makin meningkat
sejalan dengan berkembangnya tuntutan akan kepastian hukum dalam berbagai hubungan ekonomi dan sosial, baik pada tingkat nasional, regional, maupun global.
Melalui akta otentik yang menentukan secara jelas hak dan kewajiban, menjamin kepastian hukum, dan sekaligus diharapkan pula dapat dihindari terjadinya sengketa.
Walaupun sengketa tersebut tidak dapat dihindari, namun dalam proses penyelesaian sengketa tersebut, akta otentik yang merupakan alat bukti tertulis terkuat dan
terpenuh memberi sumbangan nyata bagi penyelesaian perkara. Akta otentik pada hakikatnya memuat kebenaran formal sesuai dengan apa
yang diberitahukan pada pihak kepada Notaris. Namun, Notaris mempunyai kewajiban untuk memasukkan bahwa apa yang termuat dalam Akta Notaris sungguh-
sungguh telah dimengerti dan sesuai dengan kehendak para pihak, yaitu dengan cara membacakannya sehingga menjadi jelas isi Akta Notaris, serta memberikan akses
terhadap informasi, termasuk akses terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait bagi para pihak penandatangan akta. Dengan demikian, para pihak dapat
menentukan dengan bebas untuk menyetujui, atau tidak menyetujui isi Akta Otentik yang akan ditandatanganinya.
9
Dari uraian-uraian latar belakang di atas, dilakukan pengakajian tentang tanggung jawab Notaris dalam pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang
9
Lihat penjelasan umum UUJN.
M.Zunuza : Tanggungjawab Notaris Dalam Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham..., 2008 USU e-Repository © 2008
Saham perseroan terbatas. Karena dalam hal pembuatan berita acara rapat umum pemegang saham yang dibuat oleh Notaris, bahwa notaris hanya menguraikan secara
otentik sesuatu tindakan yang dilakukan atau suatu keadaan yang dilihat atau disaksikannya di dalam menjalankan jabatannya sebagai notaris. Walaupun dalam
setiap penyelenggaraan RUPS wajib dibuat berita acara rapat dan dibubuhi tanda tangan ketua rapat dan paling sedikit satu orang pemegang saham yang ditunjuk dari
dan oleh peserta RUPS yang maksudnya untuk menjamin kepastian dan kebenaran isi keputusan rapat tersebut, namun apabila RUPS tersebut dibuat oleh notaris, maka
kewajiban menandatangani tersebut tidak diperlukan.
10
Kemudian juga sering terjadi dalam pembuatan berita acara rapat para pihak yang hadir telah meninggalkan rapat
sebelum akta itu ditandatangani, sehingga notaris harus menerangkan di dalam akta, bahwa para pihak yang hadir telah meninggalkan rapat sebelum menandatangani
akta itu.
B. Permasalahan