Alasan pendapat kedua, yang berpandangan bahwa perkawinan boleh dilakukan tanpa wali, atau perempuan boleh melakukan ijab akad nikah dengan
alasan:
1. Al-Quran:
a. Q.S. Al-Baqarah: ayat 230:
ロゲΒビ ゅィヱコ ウムレゎ ヴわェ ギバよ リョ ヮャ モエゎ Κプ ゅヰボヤデ ラみプ
Artinya: Kemudian jika suami mentalaknya sesudah talak yang kedua perempuan itu tidak halal lagi baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain ….
Perkataan tankiha dia kawin pada ayat ini merupakan kata kerja yang artinya menikahi, pelaku subyek adalah bekas istri yang ditalak. Hakikatnya
pekerjaan itu dilaksanakan langsung oleh subyek aslinya, tidak dilakukan orang lain. Berdasarkan ini jelaslah wali tidak menjadi syarat dalam perkawinan.
56
Selain itu mereka mengkiaskan analog akad nikah pada akad jual beli, hal mana akad jual beli boleh saja dilakukan oleh orang dewasa termasuk perempuan,
demikian juga dengan akad nikah.
57
56
Al-Alusi, Rûh al-Ma`ani, Beirut: Idarah Matba`ah Munirah, Juz I, tt., hlm. 141.
57
Hasan Ayyub, op. cit., hlm. 48.
b. Q. S. Al-Baqarah: ayat 232:
リヰイャヱコぺ ウムレΑ ラや リワヲヤツバゎ Κプ リヰヤィぺ リピヤらプ ¬ゅジレャや ユわボヤデ やクまヱ ...
Artinya: Apabila kamu mentalak istri-istrimu, lalu habis iddahnya, maka janganlah kamu menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal suaminya ….
58
Zakaria al-Bariy memandang bahwa ayat 230 dan 232 surah al-Baqarah tersebut disandarkan diisnadkan nikah itu kepada perempuan. Artinya kata tankiha
dan yankiha merupakan kata kerja, subyeknya adalah perempuan bekas istri.
59
Dengan demikian maka perempuan boleh mengawinkan menjadi wali nikah.
2. Hadits-hadits:
a. Hadits riwayat Muslim dari ibn Abbas yang berkata: Telah bersabda
Rasulullah SAW:
ゲョほわジゎ ゲムらャやヱ ゅヰΒャヱ リョ ゅヰジヘレよ ペェぺ ょΒんャや
60
Artinya: Janda adalah berhak atas dirinya dari pada walinya dan perempuan gadis diminta izin mengenai dirinya dan izinnya adalah memadai dengan
diamnya ….
58
Departemen Agama RI., loc. cit.
59
Zakaria al-Bari, Al-Ahkam al-Asâsiyahli al-Usrah al-Islâmiyah, Mesir: Ma`had al-
Dirasah al-Islamiyah, tt., hlm. 78.
60
Al-Kahlani, op.cit., hlm. 119.
b. Hadits yang diriwayatkan Abu Daud dari al-Nasai:
ヲヨヤャ ザΒャ ゲョほわジゎ るヨΒわΒャやヱ ゲョぺ ょΒんャや ノョ ヴャ
61
Artinya: Wali tidak mempunyai urusan dengan perempuan janda tsayyib dan yatimah
perempuan yatim dimintai pendapatnya. Perempuan janda memiliki kewenangan sempurna mengenai dirinya dan
hartanya. Kalau terhadap hartanya ia mempunyai kewenangan karena kecakapannya, maka demikian pulalah kewenangannya mengenai pernikahannya.
62
3. Pertimbangan Ratio