Menurut Kompilasi Hukum Islam KHI dinyatakan sebagai berikut: Pasal 20: Kompilasi Hukum Islam KHI
Ayat 1 Yang bertindak sebagai wali nikah ialah sorang laki-laki yang memenuhi syarat hukum Islam yaitu muslim, aqil dan baligh.
Ayat 2 Wali nikah terdiri dari a wali nasab,b wali hakim. Pasal 22: Apabila wali nikah yang paling berhak, urutannya tidak memenuhi
syarat sebagai wali nikah atau oleh karena wali nikah itu menderita tuna wicara, tuna rungu atau sudah udzur, maka hak menjadi wali bergeser kepada wali nikah yang lain
menurut derajat berikutnya.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa secara hukum fiqih Islam maupun Kompilasi Hukum Islam KHI menyatakan secara jelas ada kemungkinan seorang
perempuan untuk memilih dengan berwali hakim. Namun apakah pemilihan wali hakim menjadi wali nikah dapat dilaksanakan oleh calon mempelai wanita dengan
serta-merta tanpa ada faktor lain yang mempengaruhinya. Dengan kata lain, apabila seorang wali nasab yang enggan untuk menjadi wali dalam pernikahan tersebut,
disebabkan oleh ketidaksukaan wali kepada calon mempelai laki-laki misalnya, apakah calon mempelai wanita langsung dapat meminta seorang petugas resmi yang
ditunjuk pemerintah untuk menjadi wali nikahnya.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, perumusan masalah yang menjadi dasar pembahasan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Marahalim : Pernikahan Dengan Menggunakan Wali Hakim Ditinjau Dari Fiqih Islam Dan Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, 2007
USU Repository © 2008
1. Bagaimana pengangkatan Wali hakim dalam UU Nomor 1 tahun 1974 dan
Hukum Islam 2.
Bagaimana fungsi Wali hakim dalam perkawinan. 3.
Bagaimana pertimbangan Wali hakim dalam menikahkan seorang perempuan yang memiliki wali nasab serta keabsahan Wali hakim dalam pernikahan tersebut.
C. Tujuan Penelitian
Sebagaimana diketahui bahwa pluralisme mazhab bidang furu`iyah tidak dapat dihindarkan sehingga tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa yang membenarkan seorang perempuan dapat menikah
dengan berwali hakim 2.
Untuk mngetahui siapa wali hakim, dan siapa yang berhak mengangkatnya 3.
Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi pertimbangan wali hakim sebagai wali nikah, dan bagaimana keabsahan wali hakim dalam
menikahkan perempuan tersebut.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun praktis.
Marahalim : Pernikahan Dengan Menggunakan Wali Hakim Ditinjau Dari Fiqih Islam Dan Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, 2007
USU Repository © 2008
Secara teoritis memberi informasi tentang kedudukan dan kekuasaan wali dan atau wali hakim dalam perwaliannya menurut para ahli hukum pada umumnya
dan hukum Islam pada khususnya. Secara praktis menambah khazanah ilmu pengetahuan hukum pada
umumnya, dan ilmu pengetahuan hukum keluarga pada khususnya tentang perwalian bagi wali hakim dalam hukum Islam, sehingga nantinya memberikan hukum
sekunder bagi kalangan yang berminat mempelajarinya.
E. Batasan Masalah
Batasan yang dimaksud dalam tulisan ini adalah membahas tentang penyebab seorang perempuan menikah dengan berwali hakim, peran dan kekuasaan
wali atau wali hakim dalam pelaksanaan perkawinan. Sedangkan yang dimaksud dengan Wali Hakim ialah wali yang ditunjuk dan ditetapkan berdasarkan Peraturan
Menteri Agama RI Nomor 2 Tahu 1987 tentang Wali Hakim. Jelasnya kedudukan dan wewenang wali hakim dalam pelaksanaan perkawinan.
F. Keaslian Penelitian