Pelaksanaan dan Tata Cara Perkawinan Berwalikan Hakim

tidak berfungsi. Artinya perpindahan perwalian dalam hal ini didasarkan karena masih adanya wali aqrob yang menghalangi hak perwalian bagi wali ab`ad. Terhalangnya wali ab`ad dan menolaknya wali aqrob untuk menikahkan menyebabkan perwalian jatuh kepada wali hakim.

C. Pelaksanaan dan Tata Cara Perkawinan Berwalikan Hakim

Perlu dijelaskan disini bahwa yang dimaksud dengan pelaksanaan adalah pelaksanan perkawinan dengan berwalikan hakim di Kota Medan. Data yang dikumpulkan adalah data dari Kantor Departemen Agama Kota Medan sejak bulan Januari tahun 2006 sampai dengan bulan Februari 2007. Data yang dikumpulkan adalah berasal dari 21 Kecamatan di Kota Medan dan masing-masing kecamatan telah mempunyai Kantor Urusan Agama. Tabel 1 : Jumlah Pernikahan Per Bulan Di Medan Dari Tahun 2006 sd Feb 2007 WALI WALI HAKIM JUMLAH WALI HAKIM ADHAL NON ADHAL NO BULAN TAHUN NASAB ADHAL N. ADHAL W. HKM JLH BLN 1 JAN 2006 1661 10 86 96 1757 5.46 0.57 4.89 2 FEB 2006 879 13 54 67 946 7.08 1.37 5.71 3 MAR 2006 870 9 49 58 928 6.25 0.97 5.28 4 APR 2006 1321 7 85 92 1413 6.51 0.50 6.02 5 MEI 2006 1119 0 77 77 1196 6.44 0.00 6.44 6 JUN 2006 1134 1 57 58 1192 4.87 0.08 4.78 7 JUL 2006 1194 5 67 72 1266 5.69 0.39 5.29 8 AGT 2006 1216 2 69 71 1287 5.52 0.16 5.36 9 SEP 2006 896 2 79 81 977 8.29 0.20 8.09 10 OKT 2006 115 0 17 17 132 12.88 0.00 12.88 11 NOP 2006 1268 8 73 81 1349 6.00 0.59 5.41 12 DES 2006 914 6 63 69 983 7.02 0.61 6.41 13 JAN 2007 1627 1 91 92 1719 5.35 0.06 5.29 14 FEB 2007 730 2 58 60 790 7.59 0.25 7.34 JUMLAH 14944 66 925 991 15935 9.58 8.73 9.64 Apabila suatu pernikahan akan dilaksanakan namun wali nasab wali aqrab atau wali ab`ad tidak dapat melaksanakan tugasnya disebabkan oleh faktor-faktor yang telah disebutkan di atas maka hak perwalian akan jatuh kepada wali hakim yang resmi ditunjuk oleh penguasa, dalam hal ini adalah Menteri agama Republik Indonesia yang selanjutnya mendelegasikan tugas tersebut kepada Kepala Kanwil Departemen Agama dan seterusnya ke bawah. Pelaksanaan dan tata cara perkawinan dengan berwalikan hakim dapat dilakukan antara lain dengan permintaan calon mempelai wanita. Hal ini dilakukan karena ketiadaan wali yang akan menikahkannya, baik hal itu disebabkan ghaib jauh, atau sakit, ihram, atau karena calon mempelai wanita merupakan anak hasil hubungan zina dan lain sebagainya. Dapat pula dilakukan karena keengganan `adhalnya wali aqrab dan keengganan disini bukan disebabkan oleh faktor yang dibanarkan oleh syara`, sehingga perannya dapat digantikan oleh wali hakim. Pelaksanaan dan tata cara pernikahan dengan berwalikan hakim adalah meminta kepada pejabat yang ditunjuk oleh negara dengan surat resmi serta mencantumkan nama, binti, umur, pekerjaan dan alamat. Selanjutnya dicantumkan pula nama, bin, umur, pekerjaan dan alamat orang yang akan ditunjuk sebagai wali hakim si calon mempelai wanita serta disebutkan jumlah mahar dan alasan tidak dapatnya wali nasab atau aqrob menjalankan fungsinya sebagai wali. Pada bagian kiri bawah surat dicantumkan pula nama dan tanda tangan dua orang saksi. Selanjutnya wali hakim mengucapkan ijab dengan menyatakan dengan jelas kedudukannya sebagai wali hakim. Dengan demikian, pada dasarnya tidak ada perbedaan tata cara pelaksanaan pernikahan yang dilaksanakan oleh wali aqrab, ab`ad dengan wali hakim. Perbedaan hanya terletak pada redaksi yang diucapkan oleh para pihak.

BAB IV KEABSAHAN SUATU PERKAWINAN MELALUI WALI HAKIM